Sambil berbicara, aku berjalan ke jendela belakang kamar dan melihat ke luar. Benar, kulihat di seberang ada bar dengan lampu warna-warni, tapi sepertinya di dalam bar itu...
“Minum-minum lah. Shixiong belum pernah ke sana jadi tidak tahu. Minum di bar punya sensasi berbeda, bisa lupakan semua masalah. Temani aku saja, kita hanya minum lalu langsung pulang.” tiba-tiba pria gemuk menyela pikiranku.
Mendengar itu, aku langsung menggelengkan tangan:
“Jangan ngaco! Sensasi berbeda? Maksudmu cari cewek berbeda ya? Tidak mau! Kamu pergi sendiri, aku mau makan pangsit di warung bawah.” kataku sambil berjalan ke pintu.
“Shixiong, tunggu! Bar itu baru buka hari pertama, semua konsumsi gratis!” pria gemuk buru-buru menahanku.
“Apa? Gratis semua?” aku menoleh bertanya.
“Iya, minum tidak bayar sepeserpun, semaumu.” jawabnya.
“Goblog, tunggu apa lagi, ayo pergi!” Aku langsung menutup pintu dan pergi bersama pria gemuk itu.
Sebenarnya perubahan keputusan mendadaku ini bukan karena ingin mengejar keuntungan kecil di bar. Tadi saat melihat ke arah bar melalui jendela, tiba-tiba kusadari ada semburan energi Yin yang samar-samar di dalamnya. Jika tidak diperhatikan seksama, mustahil terdeteksi.
Di area kota yang ramai seperti ini, adanya energi Yin benar-benar langka. Mungkinkah roh ketiga Master Lu sendiri telah melakukan perjalanan ribuan kilometer dari Shandong ke Xiangxi, Hunan ini?
Meski kemungkinannya kecil, tapi bukan mustahil sama sekali.
Karena itu aku memutuskan menemani pria gemuk itu ke bar tersebut.
Setelah keluar dari hotel, kami menuju ke bar "Huatiandi" di seberang jalan. Benar saja di pintu masuk tergantung papan bertuliskan: "Pembukaan hari ini, minuman gratis semua!" Begitu masuk, dentuman musik langsung memenuhi ruangan. Kerumunan manusia bergerak tak karuan, di mana-mana terlihat siluet-siluet seksi yang membuat pria gemuk itu hampir meneteskan air liur.
Beberapa satpam berjaga di sisi ruangan. Di tengah panggung dansa, tiga empat wanita berbaju minim dengan lekuk tubuh menggairahkan sedang memimpin tarian. Puluhan pasang mata penuh hasrat di bawah panggung menatap tajam para gadis cantik itu.
Karena ini hari pertama buka plus minuman gratis, baik pengunjung yang ingin berdansa maupun minum semua membludak. Seluruh bar dipenuhi asap rokok, riuh suara orang, dan lampu-lampu yang berkedip tak karuan...
Setelah pria gemuk membawaku masuk, dia berjalan ke dalam, mencari dan duduk di depan sofa yang tidak ada orang.
Tak lama kemudian pelayan mendatangi kami menanyakan minuman. Pria gemuk memesan beberapa botol bir dan sepiring besar kacang tanah, lalu bertanya keras padaku: "Bagaimana Shixiong, suasana di sini bagus kan? Lihatlah gadis itu, tubuhnya seksi berlekuk-lekuk. Andai aku punya istri seperti itu, mati pun tak menyesal..." Pria gemuk itu menunjuk seorang wanita yang mondar-mandir di antara kerumunan pria di tengah area dansa.
Kutolehkan pandangan, lalu mencibir pada pria gemuk: "Perempuan macam ini berani kau nikahi? Tidak takut dia selingkuh? Atau tiba-tiba kabur bersama pria tampan kaya?"
Mendengar ucapanku, pria gemuk terlihat kaget sejenak, lalu berkata canggung: "Aku... aku hanya bercanda, sekadar khayalan. Kau kira aku benar-benar mau? Tidak mungkin! Pasti tidak!"
Melihat geleng-geleng kepala pria gemuk itu, aku malas menanggapi. Kufokuskan perhatian memindai setiap sudut dan area di bar ini...
Setelah mengamati sekeliling, yang aneh dan tak terduga adalah energi Yin yang sebelumnya kulihat dari jendela penginapan, setelah masuk ke bar ini lenyap sepenuhnya seolah menguap...
“Bagaimana pun aku mencari, tak bisa menemukan di mana letak Energi Yin itu. Jangan-jangan setelah kita masuk, dia ketahuan lalu kabur?”
Sambil berpikir begitu, pelayan hotel tiba-tiba mengantar bir dan kacang tanah yang dipesan pria gemuk tadi.
“Shixiong, birnya sudah datang. Minum!” Pria gemuk itu menggigit tutup botol bir dengan gigi lalu menyodorkannya padaku.
Aku menerimanya, meneguk sedikit, lalu mengeluarkan Yin Fu dari tas ransel dan menempelkannya di dada di balik baju untuk menekan Energi Yin pada diri sendiri, agar tidak terdeteksi oleh entitas jahat yang bersembunyi. Lalu kusodorkan satu Yin Fu lagi ke pria gemuk.
“Tempel ini,” kataku sambil menyodorkan Yin Fu ke pria gemuk yang sedang asyik minum.
Pria gemuk melirikku lalu bertanya bingung: “Shixiong, apa latihan Tao-mu sampai kebablasan? Minum-minum biasa kok pakai tempel-tempel begini?”
“Banyak tingkah. Tempel saja!” jawabku kesal.
Pria gemuk buru-buru meletakkan birnya, menerima Yin Fu dan menempelkannya di balik baju. Tapi masih saja ngeloyor: “Lagi ramai-ramai begini disuruh tempel jimat. Orang pada ngira kita edan. Gimana caranya ngegombal cewek?...”
Persis saat ucapannya habis, suara familiar An Rushuang tiba-tiba terdengar dari sampingku:
"Hei, Zuo Shisan, ngapain kamu ke sini? Wah, banyak banget cewek cantik di depan, kamu datang nonton cewek ya?"
Setelah mendengar suara An Rushuang, aku langsung menoleh dan melihatnya sedang duduk di sampingku, memandangi para penari di panggung dengan mata phoenix-nya yang sangat indah.
"Nggak, tadi aku merasa ada yang nggak beres di bar ini, jadi mampir cek," aku menjelaskan pada An Rushuang.
An Rushuang tersenyum sambil mengangguk kecil, "Iya bener, emang ada yang aneh di sini. Cewek-cewek di sini bajunya pada kebangetan dikit, lebih vulgar dibanding yang biasa kamu lihat di komputer..."
Wah, makin kubahas malah makin runyam nih...
"Shixiong, itu istrimu dateng?" Si pria gemuk yang sudah terbiasa melihatku "berbicara sendiri", sambil mengunyah kacang bertanya.
Sebelum sempat kujawab, tiba-tiba suara wanita asing lainnya terdengar di sebelah kami:
"Halo cowok ganteng, duduk minum doang kan ngebosenin. Ayo, ikut aku joget ke depan!"
Kulihat ke arah suara itu. Seorang wanita berambut keriting panjang pirang dengan gaun mini super ketat sedang melenggok mendekati meja kami.
Saat sudah dekat, baru kulihat wajahnya yang masih kekanakan. Bajunya yang plunging nyaris menampilkan seluruh dadanya yang montok.
“Kukatakan, adik kecil, kamu bukanlah penipu minuman atau makanan, kan?” Meski doyan wanita, pria gemuk itu juga seorang yang berpengalaman. Dia tahu di situasi seperti ini, pertemuan dengan gadis cantik biasanya harus dibayar mahal.
“Ah omongan kalian, aku terlihat seperti orang yang kekurangan uang?” Gadis itu berkata sambil menatapku. Sambil berjalan mendekat, dia berkata padaku: “Cowok ganteng, pertama kali main ke sini ya? Kok kaku sekali. Mau menari bersamaku?”
Aku menoleh melihat An Rushuang, tapi ternyata tanpa kusadari dia sudah kembali ke dalam giok liontin.
“Goblog, Shixiong, si cewek udah nanya. Jawab dong!” Kali ini si pria gemuk yang sok kepo ikut nimbrung.
“Hei cowok ganteng, aku tanya nih. Mau atau enggak nari bareng aku?” Gadis itu mendekatiku dan duduk rapat di sampingku. Kaki panjangnya yang putih dan berotot menyandar di pahaku. Lengannya melingkari leherku, menarik wajahku mendekat ke dadanya yang montok.
Saat itu, aku menundukkan kepala di tubuh wanita itu. Tanganku meraih tas ransel sambil berkata dingin: “Nona, pertama kali merayu pria? Baru mati belum lama ya?”
Gadis itu mendengar ucapanku, seluruh tubuhnya gemetar ringan. Dia terdiam sejenak, lalu berkata dengan nada terkejut dan panik, "Cowok ganteng, kamu... kamu bilang apa tadi? Aku... aku tidak mengerti maksudmu."
