"Shixiong, kalian lagi ngasih kode rahasia apa di situ?" Si pria gemuk yang tidak memahami situasi tiba-tiba bertanya.
"Tidak mengerti? Kalau begitu akan kubuat kamu mengerti!" Aku mengabaikan si pria gemuk. Dengan gerakan cepat, aku mengeluarkan selembar *Fu Pengusir Hantu Zichen Wujia* dari tas ransel. Badanku bangkit dari posisi menindih gadis itu, lalu tangan kananku mengarahkan kertas jimat itu ke dadanya.
Alasan aku memilih *Fu Pengusir Hantu Zichen Wujia* alih-alih *Fu Pengusir Energi Jahat Enam Ding Enam Jia* adalah karena energi Yin dari gadis di hadapanku ini tidak terlalu kuat. Menggunakan *Fu Pengusir Energi Jahat* akan sia-sia.
Melihat *Fu Pengusir Hantu Zichen Wujia* di tanganku, wajah gadis itu berubah pucat. Saat dia berusaha bangkit menghindar, aku malah menekan kakinya dengan kuat. Kertas jimat itu menempel di dada gadis itu.
Suara melengking terdengar, lalu bayangan hitam keluar melesat dari tubuh gadis itu dan terbang menuju pintu keluar bar.
Melihat ini, aku segera membaringkan gadis yang pingsan itu di atas sofa, lalu berkata pada pria gemuk di samping: "Pria gemuk, kamu jaga dia baik-baik!" Setelah itu, aku langsung mengejar ke arah bayangan hitam yang melarikan diri.
Setelah keluar dari bar, berdiri di depan pintu dan melihat ke kiri-kanan, kusadari bayangan hitam itu kabur ke jalan sebelah kiri. Aku segera mengejarnya.
Sambil berlari, aku merobek Yin Fu yang menempel di tubuhku, lalu menggantinya dengan Fu Yang untuk meningkatkan energi Yang dalam diriku.
Arwah yin yang merasuki wanita itu jelas bukan makhluk baik. Kemungkinan baru mati belum lama lalu dan berhasil kabur dari alam baka, memilih jalan sesat dengan menyerap energi Yang manusia untuk meningkatkan Level-nya secara cepat.
Mengejar bayangan hitam itu dengan tergesa-gesa, kami masuk ke sebuah gang kecil. Melihat jarak antara kami semakin jauh, kusadari ini bukan cara efektif. Kukeluarkan bendera ritual dari tas ranselku sambil berseru: "Lenyapkan ilusi dan keraguan, raih pencerahan sejati di tanah suci! Jíjí rú lǜ lìng, She!" Kemudian melemparkan bendera itu ke arah bayangan hitam di depan.
Bendera itu melesat dari tanganku, mengejar bayangan hitam yang kabur. Dalam sekejap menyusul dan menghantam tubuh bayangan itu!
“Sssst!!” Bayangan hitam itu setelah terkena bendera, mengeluarkan jeritan aneh lalu jatuh ke tanah. Tubuh hantunya pun terlihat. Aku segera mengambil Fu Pengusir Hantu Zichen Wujia dari tas dan menerjang arwah yin yang tergeletak itu.
Setelah mendekat, kulihat arwah yin itu mengenakan seragam tentara compang-camping. Dari desainnya, ternyata seragam tentara Jepang masa Perang Dunia II!
Hantu tentara Jepang!! Aku tertegun. Bagaimana bisa arwah tentara Jepang dari Tanah Siasat Macan Putih tiba-tiba muncul di sini?!
“Baka!!” Hantu tentara Jepang itu bangkit sambil menoleh. Lengannya yang membusuk meraihku dengan wajah garang yang semakin mengerikan di bawah lampu jalan.
“Cari mati!!” Aku mendengus dingin, mengeluarkan lagi Fu Pengusir Hantu Zichen Wujia dan menempelkannya ke dada hantu tentara Jepang itu.
Saat hantu itu mendekat, kuhentikan lengannya dengan tangan kiri. Tangan kananku menempelkan Fu Pengusir Hantu Zichen Wujia tepat di dadanya.
Begitu fu menempel, hantu tentara Jepang itu menjerit nyaring sambil mengeluarkan asap putih. Tubuhnya perlahan menghilang sampai akhirnya rohnya tercerai-berai...
"Melihat kertas jimat yang terbuang dan menghitam di lantai, aku merasa heran: Bagaimana mungkin hantu tentara Jepang ini tiba-tiba muncul di sini? Bahkan berani terang-terangan menarik orang di pusat kota, tidak takut ketahuan oleh Aliran Longhu dan Tim Penyelidik Fenomena Gaib negara?"
Saat aku sedang bingung, An Rushuang tiba-tiba keluar dari Giok dan berdiri di sampingku: "Shisan, sepertinya Xiangtian itu sangat terburu-buru memulihkan level-nya. Makanya dia nekat mengirim hantu-hantu ini untuk menarik energi Yang dan membawanya kembali. Dengan cara memakai Yang untuk mengisi Yin, bisa dipastikan akhir-akhir ini banyak korban jiwa karena mereka."
Setelah mendengar penjelasan An Rushuang, aku bertanya padanya: "Sebenarnya berapa banyak hantu tentara Jepang seperti ini yang ada di bawah komando Xiangtian dari Jepang itu?"
An Rushuang menggelengkan kepalanya dengan lembut:
"Aku tidak tahu pasti. Meski selama Era Perang Dunia II ada ratusan ribu tentara Jepang yang tewas di Tiongkok, sebagian besar pergi ke Kota Kematian Tidak Wajar. Arwah yin di sana bahkan tidak bisa kembali ke dunia manusia selama Hari Ketujuh maupun Festival Hantu. Jadi jumlah hantu tentara Jepang yang kabur atau tertinggal di dunia manusia pasti sangat sedikit."
"Begitu ya. Ngomong-ngomong Rushuang, apa sebenarnya Kota Kematian Tidak Wajar itu?" tanyaku pada An Rushuang.
“Kota Kematian Tidak Wajar juga termasuk wilayah yang dikelola alam baka. Kematian tidak wajar berarti bukan meninggal karena usia tua, melainkan akibat bunuh diri, bencana, perang, atau mati karena kejahatan yang dilakukan. Kota Kematian Tidak Wajar adalah tempat tinggal arwah-arwah ini di alam baka. Karena semasa hidup mereka adalah penjahat besar, kebebasan mereka di kota itu dikontrol ketat. Setiap hari mereka terus-menerus dihina dan dipukuli petugas neraka (Yin Si) untuk pelampiasan amarah, juga dipaksa melakukan kerja paksa membangun tembok kota. Mereka tidak bisa menerima uang kertas untuk arwah maupun persembahan kertas yang dibakar keluarga di dunia yang, juga tidak bisa pulang ke dunia yang saat Festival Hantu seperti arwah lain. Semua harta yang dibakar untuk mereka akan disimpan sementara di tempat Yang Mulia Mulian, asisten Bodhisattva Ksitigarbha.” An Rushuang menjelaskan dengan detail sambil menatapku.
Mendengar penjelasan An Rushuang, aku mengangguk, akhirnya mengerti konsep Kota Kematian Tidak Wajar.
“Sudahlah, Shisan. Jangan terlalu banyak berpikir. Kita harus kembali sekarang, kalau tidak si pria gemuk tidak akan sabar menunggu.” An Rushuang berkata sambil menatapku.
“Baik, ayo pergi.” Kataku sambil bergegas bersama An Rushuang menuju "Huatian Jiu Di Bar".
Saat tiba di bar, dari kejauhan kulihat pria gemuk sedang duduk sendiri di sofa menenggak bir. Aku mendekat dan bertanya, “Mana gadis tadi?”
Pria gemuk meletakkan birnya di meja, lalu berkata padaku;
“Tidak lama setelah kamu pergi, dia sadar sendiri lalu menelepon pacarnya dan pergi. Ngomong-ngomong Shixiong, tadi kamu keluar ngapain? Mengejar hantu ya?” Pria gemuk itu menatapku penuh rasa ingin tahu sambil bertanya. Meski belum paham detail kejadian sebelumnya, dia sudah menebak-nebak setelah melihatku menempelkan kertas jimat ke tubuh gadis itu.
“Hm, berhasil kubasmi. Sudah lah, kita sudah minum-minum dan lihat cewek cantik, saatnya pulang ya?” Kutanyakan pada si gemuk yang masih asyik menonton gadis menari di sofa.
“Shixiong, kita... kita nonton sebentar lagi dong, baru pukul sepuluh.” Pria gemuk itu masih enggan pergi, melirik jam tangan sambil bicara.
“Kalau mau nonton silakan sendiri. Aku duluan pulang.” Kataku sambil berjalan menuju pintu keluar bar.
“Eh, Shixiong, tunggu aku...” Melihat itu, si gemuk buru-buru bangkit dari sofa dan mengejarku.
Setelah keluar dari bar, kusuruh si gemuk pulang sendiri ke penginapan terlebih dahulu lalu memulai latihan hari ini.
Lari jarak jauh, squat berdiri, push-up, sit-up. Setelah semua latihan selesai, aku kembali ke penginapan. Si gemuk sudah mandi dan sedang asyik nonton film di depan laptop.
“Denger ya, kalau ada waktu luang lebih baik latihan menggambar jimat. Bakal berguna buatmu.” Kukatakan padanya.
“Iya Shixiong, nanti setelah episode ini selesai...” Si gemuk menjawab asal-asalan.
"Aku juga malas mengomelinya lagi, mandi sekali lagi membersihkan keringat di tubuh, lalu kembali ke kasur dan mulai melatih energi Yang dengan Teknik Pernapasan dan Teknik Pemurnian Diri."
Setelah sekali latihan, aku merasa agak lelah, langsung merebahkan diri dan tertidur...
Dalam keadaan setengah sadar, seolah aku berjalan ke padang rumput asing. Di sana kulihat seekor rubah putih seputih salju. Rubah itu tak takut, malah mendekatiku dan menggosok-gosokkan diri di antara kakiku dengan manja.
"Bai Ruotong?" Aku berjongkok perlahan sambil menatap rubah putih itu.
Rubah putih itu tak menjawab. Melihatku jongkok, ia berbalik dan lari. Dari kejauhan, tubuhnya perlahan berubah menjadi gadis anggun - tak lain adalah Bai Ruotong!
"Bai Ruotong! Bai Ruotong!..." Teriakku sambil mengejarnya.
Tiba-tiba kakiku menginjak kosong. Aku terjatuh ke dalam jurang. Di kegelapan tak berujung, terpancang sebuah peti mati kayu.
Dari dalam peti, terdengar suara merdu nan menggoda:
"Kemarilah... Jika ingin tahu segala tentangnya... Temui aku... Akan kuceritakan..."
