Melihat ini hatiku berteriak dalam hati: Tidak baik! Tanpa ragu lagi, kukeluarkan beberapa Fu Enam Jia Enam Ding Pengusir Energi Jahat dari tubuhku, lalu berlari ke arah hantu itu.
“Shisan, hati-hati!” An Rushuang berpesan dari belakangku setelah melihat tindakanku.
Saat aku berlari mendekati hantu pria itu, segera kutempelkan Kertas Jimat Enam Jia Pengusir Energi Jahat di dada dan titik Mingguan di dahinya.
Dalam sekejap, beberapa kertas Enam Jia di tanganku telah menempel di tubuh hantu itu. Namun yang membuatku ciut, kertas-kertas jimat ini sepertinya sama sekali tidak mempan. Begitu ditempel, energi Yin yang mengalir dari tubuhnya langsung menutupi dan menggerogoti kertas-kertas itu.
An Rushuang yang kini telah menyusul, melirik hantu pria itu lalu berkata dengan sigap: "Shisan, cepat bawa Zhao Man kabar! Aku yang akan menghadangnya!"
Perkataan An Rushuang bagai pisau tajam yang menancap di hatiku. Seluruh tubuhku gemetar sambil menggoyangkan kepala: "Aku takkan pergi! Lebih baik mati daripada meninggalkanmu di sini!!" Niat hantu jahat terhadap An Rushuang sudah jelas terucap. Jika kubiarkan dia tinggal, pasti demi menyelamatkanku dia akan mengorbankan diri.
Ini hasil yang takkan kuterima meski nyawa taruhannya.
"Shisan, ini bukan waktunya bersikap kekanakan! Dia takkan berani apa-apa padaku. Cepat bawa Zhao Man pergi! Jika kalian tetap di sini, dia benar-benar akan MEMBUNUH kalian!!" An Rushuang berbicara dengan panik.
“Aku tidak pergi! Aku benar-benar tidak mau pergi! Mati pun takkan pergi!!” Aku berteriak pada An Rushuang dengan mata memerah, entah mengapa saat ini aku sama sekali tak bisa mengendalikan emosiku.
An Rushuang menatapku dengan air mata mengalir di kedua matanya. Saat dia hendak berbicara lagi, hantu pria itu lebih dulu menyela:
“Hari ini tak satu pun dari kalian bisa lolos!!” Suaranya tak hanya penuh hawa pembunuhan, tapi juga menyiratkan kemarahan. Tampaknya Fu Pengusir Energi Negatif Bidou yang kutempelkan tadi telah melukainya cukup parah.
Mendengar suaranya, aku mengangkat kepala dan memandang hantu itu. Sekarang seluruh tubuhnya diselubungi energi Yin hitam pekat. Ekspresi wajahnya yang kesakitan terdistorsi, kedua matanya menyala dengan niat membunuh yang tertuju padaku.
Sorot matanya seolah mengatakan bahwa saat ini juga dia ingin mencincang tubuhku menjadi serpihan!
Melihat ini, hatiku hampir putus asa. Bahkan Fu Bidou pemberian Master Gui yang seharusnya menyelamatkan nyawa pun tak mampu mengalahkannya. Tampaknya sekarang hanya satu jalan: bertaruh nyawa.
Menggunakan jurus Lóng Hŭ Qī Shè Yìn untuk melawannya.
Begitu keputusan ini terlintas, segera kurajut Mudra Lóng Hŭ Qī Shè Yìn dengan satu tangan, sementara mulutku komat-kamit mengucapkan mantra:
“Qi tak tercerai, semangat tak redup! Dalam keheningan, Yang Satu terlahir!!” Begitu mantra selesai, seketika kurasakan energi Yang yang tersisa di Dantianku mengalir deras ke telapak tangan kanan.
Aku menoleh dan melihat jari tanganku tiba-tiba memancarkan sinar kuning redup. Melihat ini, hatiku dipenuhi sukacita——berhasil!!
"Dasar p****n! Xiao Ye yang akan meladenimu!!" Aku membentak hantu pria itu sambil menerjang ke arahnya.
Hantu pria itu tampak sama sekali tak menyangka serangan tiba-tiba ini. Ia terdiam sejenak, tapi segera menyadari situasi sambil mendengus dingin padaku:
"Hmph! Seperti belalang mencoba menghentikan kereta, tidak tahu kemampuan sendiri, cari mati!!" Sambil berkata demikian, tangannya segera mengeluarkan gumpalan Energi Yin hitam pekat yang langsung menyambar ke arahku!
Di saat kritis ini, kurasakan seluruh energi Yang dalam tubuhku terkumpul di tangan kanan. Badan terasa seperti terkuras kosong seketika, sementara sinar kuning di tangan semakin terang. Tanpa pikir panjang, kugunakan seluruh tenaga untuk menerjang hantu itu, mengayunkan tinju ke titik vital di dadanya.
"Lóng Hŭ Qī Shè Yìn?!!" Saat pertarungan kami hampir bersentuhan, ia tiba-tiba menyadari sinar redup di tanganku. Matanya menyiratkan ketakutan saat tubuhnya berusaha menghindar.
Meski gesit, dalam jarak sedekat ini bahkan jika ia gunakan cheat, aku tetap 100% yakin bisa mengenainya.
Dengan refleks kilat, hantu itu mengangkat kedua lengan menyangga. Sebuah tameng hitam dari Energi Yin langsung terbentuk di depannya.
Aku mengerahkan tenaga, langsung menghantam ke arah gumpalan Energi Yin itu.
"Braak!!" Terdengar suara ledakan keras, hantu pria itu terpental mundur akibat pukulanku.
Yang mengejutkanku, hantu itu tampaknya tidak terluka parah. Ia malah menurunkan lengan, meregangkan bahu sambil tertawa kecil padaku:
"Hehehehe...Kau benar-benar setengah matang. Kukira jurus Lóng Hŭ Qī Shè Yìn tingkat berapa, ternyata bahkan bentuk pertama pun belum kau kuasai. Sungguh mengecewakan..." Matanya memancarkan cemooh dan ejekan.
Pandangan itu bagai pedang tajam yang menusuk jantungku!
"Kamu..." Saat hendak berbicara, tiba-tiba kepalaku terasa berat. Dunia berputar-putar, tubuhku limbung lalu terjatuh.
"Shisan!!" An Rushuang menyambar tepat sebelum tubuhku membentur tanah, menyambutku dalam pelukan.
"Shisan, kau baik-baik saja? Jangan nakuti aku!" Pelukan Rushuang terus mengguncang-guncang lenganku. Kulindra sensasi dingin sesekali di pipi - mungkin air matanya yang menetes. Ternyata air mata hantu sedingin es...
"Shisan, Shisan, bicaralah! Katakan kau baik-baik..." Suara Rushuang sudah dipenuhi sendu tangis.
“Rushuang, aku... aku... aku tidak apa, cuma merasa agak lelah...” Aku melihat An Rushuang dengan susah payah membuka mulut untuk berbicara padanya. Sekarang ini aku merasa seluruh tubuhku tak tersisa tenaga sedikitpun, bahkan membuka kelopak mata pun terasa sangat sulit.
“Hmph! Aku akan mengantarmu ke perjalanan terakhir. Sayang sekali Tubuh Tao Bawaanmu. Jika bukan karena kita saling bertentangan, kau benar-benar akan menjadi Wadah yang baik...” Saat ini aku samar-samar mendengar suara hantu pria itu berbicara. Kulihat ia melangkah mendekatiku, namun tak ada sedikitpun rasa takut dalam diriku.
Sungguh, saat menghadapi kematian sekarang, hatiku justru tenang. Sangat tenang. Namun dalam ketenangan itu masih ada secercah kekhawatiran dan ketidakrelaan.
“Hei, kau mau membunuhnya? Sudah minta izin dari Sekte Naga Harimau Maoshan kami belum?” Tiba-tiba suara gadis terdengar dari belakangku.
Suara ini agak kukenal, sepertinya... Qiu Shasha!!
Dia... kenapa dia bisa datang ke sini? Setelah mendengar suaranya, perlahan kupalingkan kepala. Benar saja, orang yang datang adalah Qiu Shasha.
“Shisan! Tegakkan tulang punggungmu! Pria dari Aliran Longhu kami, meski kalah telak, meski bukan tandingan lawan, meski tangan kaki patah terinjak tanah, bahkan saat mati pun harus mati dengan tulang punggung tegak!!...” Qiu Shasha memegang kuas kaligrafi panjang sambil berjalan mendekatiku, teriaknya keras.
Mendengar ucapan Qiu Shasha, aku langsung terdiam kaku, berbaring di tanah tanpa sadar meluruskan pinggang.
"Kamu siapa lagi?" Hantu pria itu sepertinya melihat sesuatu yang mencurigakan dari diri Qiu Shasha, tidak langsung menyerang melainkan memandangnya dengan sedikit keraguan sambil bertanya.
"Sekte Naga Harimau Maoshan, Qiu Shasha." Qiu Shasha menatap pria itu dengan suara tegas.
"Oh? Sudah terlalu lama di dunia ini, biar kurenungkan... Oh benar, kamu putri Pemimpin Qiu dari Longhu Zong sekarang? Hehe, hari ini semakin menarik. Jika kamu datang, mungkin para Zhenren Longhu Zong juga ikut bersamamu?" Hantu pria itu menatap Qiu Shasha dan bertanya.
Qiu Shasha tersenyum mendengar perkataan hantu itu, "Aku datang sendiri."
"Berani sekali kamu. Tapi saat ini aku tidak ingin memperburuk hubungan dengan Longhu Zong. Jika mau pergi, masih ada waktu." Hantu pria itu berbicara datar kepada Qiu Shasha.
Qiu Shasha mengibaskan kuas kaligrafi di tangannya, berkata dengan tekad baja: "Qiu Shasha yang keluar hari ini, kecuali membawa mereka pergi, tidak berniat pulang sendirian."
"Kamu pikir aku tidak berani BUNUH kamu?" Hantu pria itu menyeringai dingin pada Qiu Shasha.
“Banyak sekali omong kosong! Langsung serang saja, belum tentu aku yang mati atau kau yang jadi Tai!” Qiu Shasha berkata pada hantu pria itu sambil mengarahkan kuas kaligrafi di tangannya, tangan kiri mengambil selembar kertas jimat merah dari tubuhnya dan menggenggamnya erat.
