Mendengar suara Pria Bertopi, hatiku dipenuhi perasaan aneh yang tak terjelaskan. Dugaan sebelumnya ternyata benar—dia terus mengikuti kami diam-diam.
Tapi apa tujuan sebenarnya dia membuntuti kami? Yang pasti, niatnya telah berubah. Dia tak ingin membunuhku, setidaknya untuk saat ini. Sebelumnya, dia bisa saja dengan mudah menghabisi nyawaku.
"Apa tujuan dia mengikuti kita selama ini? Dan di saat seperti ini, dia tiba-tiba muncul. Dari perkataannya, sepertinya dia tidak satu kelompok dengan hantu pria itu. Lalu untuk apa dia melakukan ini?"
"Fenghuang Dan!!"
Entah mengapa, tiga karakter 'Fenghuang Dan' tiba-tiba melintas di benakku, membuat bulu kudukku merinding. Jika pria bertopi itu mengikuti kita untuk Fenghuang Dan, maka ini benar-benar masalah besar.
Perasaan tidak tenang menyelimuti seluruh tubuhku. Jika di kemudian hari seorang ahli seperti itu mengincar Fenghuang Dan, bahkan jika kita benar-benar berhasil menemukannya, pasti akan direbut olehnya.
Sementara aku berpikir, sosok bertopi bambu melompat dari tempat tinggi dan mendarat di tanah di hadapan kami, berhadapan dengan hantu pria itu.
"Datang lagi orang yang ingin bunuh diri!!" Hantu pria itu melirik pria bertopi, nada suaranya penuh ejekan.
Pria bertopi itu tidak berkata apa-apa. Perlahan dia mengeluarkan pedang kayu hitam berbentuk aneh dari balik jubahnya, menggenggamnya dan menyilangkannya di depan dada.
Melihat ini, hantu pria itu pun diam. Energi Yin dari seluruh tubuhnya mulai menyembur keluar...
Tiba-tiba, Zhao Man yang tak sadarkan diri di tanah mulai batuk-batuk. Mendengar suaranya, aku segera berlari ke arahnya dan membantunya bangun perlahan.
"Kakak Zhao Man, Zhao Man... Kau sadar?"
"Suara yang sepertinya tidak terdengar oleh Zhao Man", dia masih terus batuk dengan mata tertutup. Melihat ini, aku baru teringat bahwa telinganya tersumbat. Segera kukeluarkan busa dari telinganya.
Setelah mengeluarkan busa dari telinganya, kuteriakkan beberapa kali lagi. Zhao Man perlahan membuka matanya setelah mendengar suaraku, dan batuknya pun berhenti.
"Kak Zhao Man, bagaimana perasaanmu?" Tanyaku segera setelah melihatnya sadar.
Zhao Man menggelengkan kepala sambil memandangku, lalu mengerutkan alis dan bertanya:
"Shisan, ini... di mana ini? Di mana orang yang main seruling itu?"
Mendengar pertanyaannya, segera kulihat ke arah hantu pria dan Pria Bertopi. Ternyata Pria Bertopi sudah mulai bertarung dengan hantu itu. Baru sekarang kusadari kemampuan sebenarnya Pria Bertopi - setiap ayunan pedangnya memancarkan sinar kuning yang langsung menghancurkan energi Yin yang keluar dari tubuh hantu itu.
Setiap jurusnya sangat ganas, dengan gerakan tubuh dan kecepatan yang jauh melampaui Qiu Shasha.
Tapi energi Yin dari hantu pria itu seolah tak ada habisnya. Bagaimanapun Pria Bertopi menebas dengan pedangnya, tak ada efek berarti. Lukanya hanya di permukaan, tak menyentuh intinya.
"Pria Bertopi juga menyadari masalah ini. Tubuhnya berhenti sejenak, lalu mengayunkan pedangnya dengan keras. Secara bersamaan, dia mengeluarkan beberapa lembar Kertas Jimat dari tubuhnya dan melemparkannya ke udara. Sambil membacakan serangkaian mantra dengan cepat, Kertas Jimat yang melayang di udara itu seolah-olah 'hidup', semuanya terbang menuju hantu pria tersebut.
Qiu Shasha yang selama ini berada di sampingku segera mengeluarkan selembar Kertas Jimat merah dari balik jubahnya. Setelah membaca mantra, Kertas Jimat itu mendesing dan menyusul Kertas Jimat milik Pria Bertopi, terbang menuju hantu tersebut.
Karena terlalu banyak Kertas Jimat yang dilempar Pria Bertopi sekaligus, hantu pria itu tidak bisa menghindar semuanya. Baru saja dia menghindar dua lembar pertama, langsung terkena Kertas Jimat yang datang berikutnya.
"Braak! Braak! Braak!!" Beberapa Kertas Jimat menempel di tubuh hantu itu dan meledak secara bersamaan, menghancurkan Energi Yin pekat yang menyelimutinya. Seluruh area di sekitar hantu itu dikepung kabut putih hasil ledakan Kertas Jimat.
Melihat ini, Pria Bertopi tetap berdiri di tempat. Awalnya dia terus memandang ke arah hantu itu, tapi tiba-tiba secara tak terduga dia menoleh dan memandang ke arahku.
Dia terus menatapku dengan tajam selama beberapa detik, seolah menemukan sesuatu pada diriku. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, tubuhnya melesat dengan beberapa kali lompatan jauh, menghilang ke dalam Hutan Lebat...
"Melihat ini, aku langsung terpaku. Dia... apa maksudnya keluar sebentar, menyerang lalu kabur? Apa dia sudah mengalahkan hantu pria itu? Atau merasa bukan tandingannya, lalu kabur mengambil kesempatan?"
Dengan kebingungan di hati, aku segera menatap ke arah hantu pria itu. Di balik asap putih, masih terasa energi Yin. Ini membuktikan hantu pria itu sama sekali belum mati!
"Shisan, ini... apa yang sebenarnya terjadi?" Zhao Man menatapku dengan wajah terkejut dan bingung menanyakan situasi di depan matanya.
"Itu... nanti, Kak Zhao Man, kalau kita bisa pulang hidup-hidup, baru akan kuceritakan..." Aku menjawab Zhao Man. Saat ini sungguh aku bingung bagaimana menjelaskannya, bahkan diriku sendiri masih belum paham.
Zhao Man tidak melanjutkan pertanyaan. Saat mencoba berdiri, tubuhnya oleng hampir terjatuh. An Rushuang yang selalu di sampingku segera membantu menyangga Zhao Man berdiri perlahan dari tanah.
"Kabur?" Suara hantu pria itu kembali bergema dari depan kami.
Aku mengangkat pandangan. Asap putih telah menghilang. Meski energi Yin pada tubuh hantu pria itu berkurang, dia tidak mengalami luka parah.
Hantu itu menengadah ke langit malam, wajahnya menjadi muram sebelum menoleh ke arah kami.
"Waktu mepet, matilah kau!" Tubuhnya tiba-tiba melesat mendekat dengan kecepatan tinggi!
Melihat hal ini, Qiu Shasha segera mengangkat kuas kaligrafi di tangannya untuk menghadapi. Tapi hantu pria itu sepertinya menggunakan seluruh kekuatannya saat ini. Hanya beberapa gerakan, Qiu Shasha sudah terlempar oleh semburan energi Yin dari tubuhnya, badannya menghantam pohon lalu jatuh ke tanah, memuntahkan darah segar dalam jumlah besar.
Setelah melontarkan Qiu Shasha, hantu pria itu berputar tubuhnya dan langsung menerjang ke arahku dengan aura negatif yang mengerikan.
Aku berdiri di tempat, ingin menghindar. Tapi meski otak sudah bereaksi, tubuh tak sempat bergerak. Leherku tiba-tiba dicekik kekuatan dahsyat, rasa sesak napas langsung menyergap.
"Zuo Shisan ya? Selamat tinggal..." Hantu itu menyeringai dingin padaku, tangan satunya sudah mengarah ke jantungku untuk mencengkeram.
"BERHENTI!!!" Suara An Rushuang tiba-tiba terdengar dari belakangku.
"Berhenti? Kau memerintahku?" Hantu itu menoleh ke arah suara An Rushuang. Meski kata-katanya kasar, tangannya tetap berhenti bergerak.
"Bukan..." jawab An Rushuang.
"Kalau begitu kau memohon padaku?" Hantu itu menyeringai jahat ke arah An Rushuang.
"Ling Xi, lepaskan mereka." Kata An Rushuang sambil menatap hantu itu, suaranya direndahkan.
"Oh? Dengan hak apa?" Hantu pria itu membalas tatapan An Rushuang.
Mendengar itu, An Rushuang mengangkat tangan dan menekan titik Mingguan di dahinya.
Arwah pria itu terlihat panik melihat hal ini, buru-buru berkata: "Rushuang, apa yang kau inginkan?!?"
An Rushuang justru menatapnya dengan tenang: "Lingxi, bukankah kau selalu menyukaiku? Jika kau membunuhnya, aku akan memutus Pintu Nyawa-ku sendiri. Jika kau melepaskan mereka, aku akan pergi bersamamu..." Setelah mengucapkan kalimat terakhir, aku bisa melihat jelas air mata mengalir di pipinya.
Kalimat An Rushuang itu, saat masuk ke telingaku, terasa seperti sesuatu yang jatuh dari ketinggian dan hancur berkeping-keping di dalam hatiku.
Apakah ini sakit? Bahkan kata "sakit" pun tak mampu menggambarkannya.
Leherku dicekik erat oleh arwah pria itu, tak bisa berteriak, hanya bisa menggelengkan kepala sekuat tenaga ke arah An Rushuang.
Tapi An Rushuang sama sekali tidak menatapku, matanya terus menempel pada arwah pria itu, menunggu jawabannya.
"Oh? Selama ini mengikutiku?" Arwah pria itu menatap An Rushuang bertanya.
"Selalu." Saat mengucapkan ini, tidak ada secuil keraguan dalam suara An Rushuang.
Seolah kudengar suara hatiku remuk.
"Baik, akan kulepaskan mereka. Sekiranya kau mengatakan ini sejak awal, tak perlu repot-repot begini." Arwah itu sambil berkata, pertama-tama menekan titik di tubuhku dengan keras, lalu perlahan melepaskan cekikan di leherku.
Setelah dilepaskan, aku ingin berteriak memohon An Rushuang jangan setuju. Tapi mulutku sama sekali tak bisa dibuka, badan pun tak bisa bergerak, hanya bisa pasrah melihat An Rushuang berjalan mendekati arwah pria itu.
Saat An Rushuang berjalan mendekatiku, dia berhenti, menatapku sejenak, lalu mendekatkan mulutnya ke telingaku dan berbisik lembut, "Suami, di dunia ini, tak banyak orang yang bisa membuat Rushuang benar-benar mengakui. Hanya kamu satu-satunya..."
Setelah meninggalkan kata-kata itu padaku, dia berpaling dan pergi tanpa menengok kembali.
Memandangi sosok Rushuang yang berjalan perlahan mengikuti hantu pria itu, bahkan sepatah kata pun tak bisa kuteriakkan. Ingin kutubruk hantu itu dan bertarung mati-matian, tapi tubuhku terkunci tak bisa bergerak. Hatiku terasa hampa bagai dikosongkan paksa, siksaan dan penderitaan ini tak sanggup kubendung...
Saat ini, aku bagai daun kering yang terhempas ke kolam dingin menusuk di musim gugur, menciptakan riak-riak yang menyayat hingga membuat sesak nafas!
Pada detik itu, suara serangga di sekeliling tiba-tiba menghilang. Angin pun berhenti berhembus...
