Setelah menginjak benda itu, aku cepat-cepat menarik kaki dan mengeluarkan senter dari tas. Saat cahaya menyinari lantai, terlihat seorang gadis berbaju suku Miao terbaring setengah di tepi tebing batu gua.
Gadis itu tergeletak dengan mata tertutup rapat. Di tempat penuh energi Yin ini, sulit kubicara apakah dia masih hidup atau sudah mati.
Aku mendekatinya perlahan, lalu berjongkok. Tanganku menyentuh tangan gadis yang terbuka. Sensasi dingin seketika merambat! Dadaku berdebar tak karuan.
Aku masih belum menyerah, meletakkan tangan di bawah hidung gadis itu untuk memeriksa nafasnya. Masih tidak ada.
Benar-benar sudah mati.
Gadis yang seharusnya sedang dalam masa remaja ini, mati begitu saja tanpa alasan yang jelas di dalam gua ini. Melihatnya, hatiku langsung merasa tidak nyaman dan sangat menyesal.
Hanya mereka yang pernah benar-benar mengalami hidup dan mati yang punya perasaan seperti ini. Setiap kali melihat mayat, entah ada hubungannya denganku atau tidak, selalu ada perasaan sedih yang tiba-tiba muncul, sangat menyiksa!
Menghela napas, aku perlahan melepaskan tubuh gadis Miao itu dari dinding, membaringkannya di tanah. Lalu mengambil senter dan melanjutkan perjalanan ke depan.
Setelah berjalan sekitar ratusan meter, tiba-tiba muncul benda-benda seperti kepompong ulat sutra di dinding gua. Berjejer rapi di tepian dinding, tak terlihat ujungnya.
Dari celah-celah kepompong itu kulihat pakaian dan rambut manusia. Kusimpulkan semua kepompong ini berisi mayat! Gadis-gadis yang dibunuh oleh hantu pria itu dengan suara serulingnya!!
Melihat ini, tak bisa kugambarkan perasaanku. Rasanya seperti menelanjangi seluruh rantai makanan! Sialan! Seberapa jahat sih hantu pria ini?! Demi meningkatkan levelnya, dia sudah membunuh begitu banyak nyawa tak bersalah! Tempat ini lebih kejam dari lubang penguburan massal di makam kuno, membuat bulu kudukku merinding.
Menggigit gigi, aku terus berjalan ke depan membawa senter. Setelah berjalan sekitar lebih dari sepuluh menit, tiba-tiba muncul persimpangan di depan: satu ke kiri, satu ke kanan. Seketika aku terdiam di tempat, tak tahu harus memilih jalan mana.
Karena kedua gua ini sama-sama memiliki energi Yin, sama sekali tak bisa kubedakan ke gua mana hantu pria itu membawa An Rushuang.
Saat aku masih bingung berdiri di tempat, suara pria tadi kembali terdengar:
"Kanan."
Mendengar suaranya, tanpa ragu lagi aku langsung mengambil jalur kanan.
Gua setelah persimpangan ini lebih sempit dari sebelumnya. Udara di sini lembap, tetesan air sedingin es terus jatuh dari langit-langit. Setiap langkah kakiku menimbulkan gema samar.
Sambil mendengar gema langkahku sendiri yang perlahan masuk semakin dalam, perasaan tak nyaman mulai menyergap. Seolah ada sesuatu yang menguntit dari belakang, atau sepasang mata tak kasat mata yang mengawasi setiap gerak-gerikku dari kegelapan.
Perasaan ini semakin kuat seiring aku masuk lebih dalam. Perlahan kurasakan hembusan energi Yin yang sangat dingin mulai mendekat dari belakang.
Begitu menyadari ini, cepat-cepat kuputar badan dan sorotkan senter ke arah sumbernya. Benda yang muncul di hadapan langsung membuatku terkesiap.
Itu adalah wajah manusia berwarna hijau muda yang sangat besar, ukurannya minimal setinggi setengah badan pria dewasa. Wajah itu melayang di udara, dengan sepasang mata besar berwarna hijau kejahatan yang terus menatapku, seolah bisa menembus seluruh keberadaanku.
Melihat wajah raksasa ini, awalnya aku benar-benar ketakutan. Tapi kemudian kusadari, kekuatanku sekarang bukan seperti dulu. Hatiku langsung mantap, tangan kanan mengeras, lengan diayunkan, langsung kurengkuh wajah hijau itu.
Begitu tangan bergerak, seketika terasa hawa dingin menusuk dari tangan kanan. Lengan separuhnya diselimuti asap hitam pekat yang melesat menghantam wajah raksasa itu.
Menyaksikan ini, ekspresi panik langsung tergambar di wajah besar itu. Bahkan sebelum sempat berteriak, hantamanku tepat mengenai sasaran. Seluruh wajahnya terkoyak, serpihan hijau berhamburan perlahan di dalam gua.
Meski tak tahu asal-usul wajah ini, sebelumnya pernah kulihat. Bisa mengikuti hantu pria itu, pasti bukan makhluk baik. Karena itu tanpa ragu kuhancurkan langsung, memusnahkan ancaman sampai ke akar-akarnya.
Setelah menghilangkan wajah hijau raksasa yang mengerikan itu, aku berbalik dan kembali berjalan ke dalam gua. Kali ini tidak lama berjalan, tiba-tiba kudengar suara seorang pria berbicara... bukan! Suara opera dari kedalaman gua.
"Sejak zaman dahulu kata mutiara berbunyi, kesucian seorang gadis adalah yang utama. Hidup tanpa menjaga kehormatan diri, percuma saja bernafas di dunia ini..."
Setelah kusimak baik-baik, suara itu ternyata berasal dari hantu pria sebelumnya! Jantungku berdegup kencang, segera kukejar sumber suara itu.
Setelah melewati belokan terakhir, kulihat cahaya di ujung gua. Kututup senter lebih dulu lalu berjalan pelan menuju sumber cahaya itu.
Saat mencapai ujung gua, pandanganku disambut ruang luas yang dipenuhi energi Yin pekat. Meski gelap, ternyata cukup terang. Merayap di tepi dinding gua, kulihat An Rushuang sedang duduk di atas altar batu!!
Wajahnya tampak kosong bagai kehilangan roh, matanya menatap lurus ke satu arah. Kulihat jejak air mata yang masih basah di pipinya.
Sementara hantu pria itu sibuk mengobrak-abrik sesuatu sambil terus menyanyikan opera dengan wajah penuh kegirangan.
"Rushuang, kutemukan, untukmu~" Hantu itu mengulangi nada operanya sambil menyodorkan benda hitam ke An Rushuang.
An Rushuang melirik benda itu, lalu menggelengkan kepala perlahan:
"Barangmu, aku tidak mau."
Hantu pria itu memandangi An Rushuang diam-diam cukup lama, kemudian melemparkan benda hitam pekat ke tanah sambil mengaum keras: "An Rushuang! Kau tak memiliki hati sama sekali?!!"
Mendengar perkataan hantu itu, An Rushuang tersenyum dingin dan berkata dengan datar: "Hatiku memang selalu ada padanya. Dulu, sekarang, dan selamanya akan tetap di sana."
"Jika tak bisa mendapatkan hatimu, maka aku akan mengambil keperawananmu!" Ujar hantu itu dengan wajah mengerikan siap menerkam An Rushuang.
Melihat ini, senyum tipis mengembang di bibir An Rushuang. Perlahan ia mengulurkan tangan, mengelak dari pandangan hantu itu, dan diam-diam menekan titik kehidupan di dadanya.
Jantungku berdebar kencang. An Rushuang hendak menghancurkan rohnya sendiri! Aku segera melompat sambil berteriak: "Rushuang, hentikan!!"
Tubuh An Rushuang bergetar mendengar suaraku. Matanya bersinar bahagia sesaat sebelum langsung meredup. Dengan nada kesal ia membentak: "Zuo Shisan, kenapa kau ke sini?!"
"Aku datang untuk membawamu pulang," jawabku tegak sambil tersenyum padanya.
Hantu pria itu juga berbalik dan melihatku, matanya tiba-tiba memancarkan aura negatif yang terasa jelas mengandung kecemburuan dan kebencian...
"Shisan, jangan nekat! Cepat pergi, aku baik-baik saja!!" An Rushuang buru-buru bangkit dari batu altar dan berusaha mendekatiku, namun dihalangi oleh hantu pria itu.
"Zuo Shisan, berani sekali kau datang ke sini mencari kematian!" Hantu pria itu berbicara dengan nada dingin sambil menatapku.
"Dasar jangan banyak bicara! Wajahmu mirip bajingan kecil! Andai aku bawa panci, sudah kurebus kau jadi sup!" Aku memaki sambil mengerahkan seluruh Energi Yin di tangan kanan dan menerjangnya!
