"Di hati aku berpikir, lalu perlahan menggerakkan cambuk di tangan. Tidak menemukan perbedaan khusus dibanding cambuk lainnya. Serat putih di depannya meski berkilau diterangi cahaya bulan, namun sekeras apapun aku memandang, tak kunjung menemukan keistimewaannya."
"Tepat di saat itu, Siluman Ular itu perlahan bangkit dari lantai. Ekspresinya saat menatapku kini dipenuhi kewaspadaan, tak lagi menunjukkan sikap meremehkan seperti sebelumnya."
"Hmph! Aku memang tak menyangka, anak ini menyembunyikan diri sedalam ini. Berani menyimpan cadangan sampai detik terakhir! Jika kubiarkan kau bertahan hari ini, apa jadinya kelak!" Nada bicara Jing Changchong semakin dingin. Langkahnya mulai mendekat ke arahku satu persatu.
Aku berdiri di tempat sambil menggenggam erat cambuk di tanganku. Entah apakah ini akan efektif, tapi satu-satunya yang bisa kuharapkan sekarang hanyalah ini!
Jing Changchong mungkin masih trauma dengan seranganku tadi. Dia tidak terlalu mendekat, berhenti di tengah jalan lalu tiba-tiba menyapu ke arahku dengan ekor raksasanya.
Ini dia sedang menguji aku!
Melihat ini, aku segera mengayunkan cambuk di tanganku untuk menghadapinya. Tepat saat aku menggerakkannya, cambuk itu langsung menyedot seluruh energi Yang dari tubuhku. Serat-serat putih di ujungnya tiba-tiba hidup bagai makhluk bernyawa, memancarkan cahaya putih redup dan menari-nari tanpa angin!
Tubuhku seketika terasa hampa seperti dikosongkan.
"Creek!!" Cambuk di tanganku menghantam ekor ular Jing Changchong itu dengan suara nyaring. Jelas kulihat serat-serat putih di ujung cambuk berubah menjadi bilah-bilah pisau tajam, merobek sisik dan menusuk daging di ekor ular itu.
Cairan hitam pekat mengalir deras dari luka di ekor ular. Seluruh tubuh Jing Changchong itu bergetar hebat. Ia mendongakkan kepala dan mengeluarkan jeritan melengking yang memekakkan telinga sebelum terlempar jauh oleh cambukku!
Menyaksikan adegan ini, aku hampir tak percaya pada mataku sendiri. Astaga! Cambuk yang terlihat biasa ini... bagaimana bisa memiliki kekuatan dahsyat seperti ini?!
Siluman ular itu tergeletak di tanah. Beberapa kali ia mencoba bangun namun gagal, akhirnya terjatuh lagi. Tampaknya pukulanku tadi memang melukainya cukup parah.
Memandang situasi ini, aku menggenggam erat cambuk di tangan dan berencana menghabisi makhluk itu saat ia masih lemah.
Tepat saat aku melangkah satu langkah, tiba-tiba rasa pusing yang hebat menyerang kepalaku, hampir membuatku terjatuh. Aku segera menghentikan langkah, menutup kepala dengan satu tangan sambil berdiri di tempat. Setelah beberapa saat, rasa pusing itu perlahan menghilang.
Ketaku ku melangkah maju sekali lagi, rasa berat yang belum pernah kurasakan sebelumnya tiba-tiba memenuhi seluruh tubuhku, membuat kakiku seolah tertanam ke tanah!
A...Aku kenapa ini? Kurasakan tubuhku semakin berat, seluruh tenaga seakan terkuras. Tangan yang memegang cambuk tiba-tiba lemas, cambuk itu pun jatuh ke tanah. Perlahan kelopak mataku terasa berat, pandangan mulai buram...
Apa yang sebenarnya terjadi? Kurasakan kesadaranku perlahan memudar, seolah...seolah tubuhku ini bukan lagi milikku sendiri sejak saat ini...
Jangan-jangan...jangan-jangan aku akan mati? Memikirkan ini, aku tak bisa menahan senyum getir. Bahkan ingin mengumpat. Sungguh ingin marah! Jika menggunakan cambuk ini harus membayar dengan nyawa, paling tidak pembuatnya harus mencantumkan petunjuk pemakaian! Cara begini benar-benar MENJEBAK AYAH!
Dulu saat sedang bosan, sering kubayangkan berbagai cara kematianku: dicekik hantu sampai mati, digigit zombie, dimakan siluman yang sudah jadi-jadian, bahkan dibunuh secara diam-diam oleh pembunuh bayaran yang dikirim Lin Sen dan ayahnya...
Namun, aku sama sekali tidak menyangka bahwa cara kematianku ternyata seperti ini, sungguh agak spesial.
Tapi bagaimanapun juga, setidaknya sebelum mati aku berhasil melukai Jin Changchong di hadapanku. Meski sekarang aku benar-benar mati, iblis itu takkan bisa mengganggu Master Qingfeng, pria gemuk, dan Zhao Man. Jadi aku tidak menyesal, jalan ini memang kupilih sendiri.
Hanya saja... aku benar-benar... sangat tidak rela... Aku, sungguh tak ingin mati...
Saat ini, tenaga terakhir dalam tubuhku telah habis. Seolah darah dalam tubuhku membeku seluruhnya, tubuhku perlahan condong ke depan, lalu seluruh badannya rebah ke tanah.
Tapi di saat itu, bayangan seseorang tiba-tiba muncul di hadapanku. Tangannya menyambar dan menahan tubuhku yang hampir terjatuh. Aku seolah terbaring di pelukan seorang wanita, hidungku langsung menangkap aroma anggrek yang lembut.
Aroma ini terasa familiar, pasti dari tubuh Qiu Shasha!
"Aduh, sejak kepergianku, hatimu selalu tak tenang. Ternyata benar-benar terjadi masalah. Shisan, kamu sangat bodoh, sungguh sangat bodoh..." Bisik lembut Qiu Shasha menggema di telingaku.
"Telan ini." Qiu Shasha mengeluarkan butir pil beraroma obat kuat dan meletakkannya di bibirku.
Naluri bertahan hidup bawaan membuatku refleks menelan pil itu. Saat pil itu meluncur ke perut, perlahan kurasakan kehangatan memancar dari lambungku, membuatku nyaman. Perasaan kelopak mata berat tadi pun berangsur menghilang...
"Shisan, apa kau sudah merasa lebih baik?" Qiu Shasha bertanya sambil menunduk memandangiku dengan wajah khawatir.
Kutatap dia sebentar, mengangguk tipis. Ingin bangkit dari pangkuannya, tapi tubuhku masih lemas tak berdaya.
"Syukurlah kalau sudah membaik. Tunggu di sini sebentar, aku akan habisi siluman ular itu untukmu." Qiu Shasha perlahan membaringkanku di tanah, lalu melompat gesit sambil mengeluarkan kuas kaligrafi. Dengan teriakan pendek, dia menerjang ke arah Jing Changchong.
Ingin kutolehkan kepala untuk melihat, tapi sudut pandangku terhalang. Tanpa perlu kulihat pun, aku tahu nasib siluman ular yang sudah terluka parah ini ketika berhadapan dengan Qiu Shasha, ahli Aliran Longhu.
Hanya sekitar semenit, Qiu Shasha sudah kembali melompat ke sampingku sambil bertepuk tangan:
"Selesai. Kubuat dia mati tanpa mayat utuh. Barang-barangmu juga sudah kukumpulkan." Qiu Shasha berjongkok di sebelahku, perlahan mengangkat tubuhku dari tanah.
“Shisan, aku akan membawamu untuk memperpanjang nyawa.” Qiu Shasha langsung mengangkatku dengan memeluk pinggangku.
“Tunggu…… tunggu sebentar……”
“Ada apa?” Qiu Shasha menunduk memandangku bertanya.
“Pergi lihat dulu…… lihat bagaimana kondisi Shifu-ku, kalau tidak hatiku tetap tidak tenang……” Kataku pada Qiu Shasha sambil memikirkan apakah Master Qingfeng masih hidup atau sudah mati, membuatku terus gelisah.
“Diam kau!” Kali ini Qiu Shasha mengaum padaku, alisnya berkerut di wajah cantiknya yang tampak benar-benar marah.
“Dia baik-baik saja! Sudah genting begini masih memikirkan orang lain? Kau tidak sadar nyawamu sendiri sudah di ujung tanduk!!” Teriak Qiu Shasha padanya dengan campur kesal dan khawatir.
Meski belum lama mengenalnya, ini pertama kalinya kulihat si putri manja ini marah sebesar ini.
Melihatnya demikian, aku memilih diam. Jangan-jangan sang putri ini benar-benar kalap dan melakukan hal nekat.
Qiu Shasha melompat sambil membawaku melesat ke satu arah. Dalam pelukannya, aku menghirup aroma anggrek yang semerbak sebelum akhirnya terlelap.
……
"Tidak tahu sudah berapa lama tertidur, saat aku bangun lagi, merasa diri masih dipeluk erat oleh Qiu Shasha. Dengan setiap lompatannya yang cepat, aku tak tahu sudah sejauh apa dan berapa lama dia membawaku berlari. Hanya merasakan tetesan seperti air di wajahku, apa mungkin hujan turun?"
Pikiran ini membuatku menengadah ke langit. Bulan bersinar terang dengan bintang-bintang yang jarang, sama sekali tidak seperti tanda hujan. Saat memandang Qiu Shasha, penampilannya yang kulihat justru membuatku terkejut!
Wajah Qiu Shasha sekarang pucat sekali. Dengan kecepatan penuh, dia terus melompat sambil menggendongku. Butiran keringat membanjiri wajahnya, hidung yang mengerut menunjukkan penderitaan hebat yang sedang ditanggungnya. Namun sorot matanya yang teguh membuktikan bahwa seberat apapun kelelahan dan rasa sakit, dia takkan melepaskanku.
"Qiu Shasha, turunkan aku..." Desakku dengan suara parau dan terburu-buru.
Qiu Shasha seolah tak mendengar, tak juga berhenti. Matanya melirik sebentar ke arahku sebelum kembali mempercepat lari.
"Qiu Shasha, berhentilah, istirahat sebentar..." Kataku dengan nada memohon dan perih, menatapnya penuh kepedulian.
"Tidak bisa! Energi Yang di tubuhmu hampir habis. Jika terlambat, kau akan mati. Tidak ada waktu lagi..." Napasnya tersengal-sengal sambil menggigit bibir hingga putih. Butir keringat di pelipisnya dan rahang yang mengeras, semua ini menunjukkan dia sedang menguras habis nyawanya!!
