"Sudah, sudah! Cepat bawa pulang," perintahku padanya.
Pria gemuk itu mengangguk dan mulai menyetir menuju rumahnya.
"Shixiong, ini luka atau bagaimana? Kok dibalut perban besar-besar di dada?" Tanyanya sambil menyetir, tangannya meraih rokok tapi segera mengembalikannya setelah menatapku.
"Nggak apa-apa kok merokok. Luka kecil saja," kataku.
Dia cekikikan:
"Nggak perlu, nggak perlu. Aku bisa tahan."
……Saat kembali ke rumah pria gemuk, pertama-tama aku menaruh tas di kasur. Karena ada luka di tubuh, tidak bisa mandi, langsung mengambil setelan baju dari tas yang dibawa pria gemuk untukku, mengganti pakaian. Setelah makan mi instan yang dia sediakan, merapikan diri, lalu bertanya pada pria gemuk yang duduk di sofa: "Pria gemuk, Shifu kita mana? Sudah kembali ke Kuil Qingzhu?"
"Iya, aku yang mengantarnya pulang. Dia hanya menyuruhku kembali sendiri, menunggumu di Dongdian." Pria gemuk mengangguk padaku.
Mendengar perkataannya, aku melanjutkan pertanyaan: "Kalau Zhao Man?"
"Dia langsung pergi tergesa-gesa sendirian begitu sampai di Dongdian, mungkin ada urusan mendesak." Jawab pria gemuk.
"Oh, bagaimana dengan Lu Yu?" Tanyaku.
"Dia tidur di kamarnya. Tidak mau pulang ke Kuil Qingzhu, bersikeras menunggumu di rumahku. Gadis kecil ini sepertinya sangat terikat padamu." Pria gemuk mengangkat tangan pasrah menunjuk kamarnya.
"Aku akan menengoknya." Kataku sambil berjalan menuju kamar pria gemuk. Perlahan kubuka pintu dan melihat Lu Yu terbaring di kasur sedang memeluk erat boneka beruang, tertidur lelap...
"Melihat pemandangan ini, tahu bahwa Lu Yu tidak apa-apa, aku akhirnya merasa lega. Perlahan kututup kembali pintu kamarnya, lalu berkata pada pria gemuk: 'Pria gemuk, setelah kembali kali ini, aku berencana membereskan barang-barang lalu pergi ke Gunung Kunlun untuk mencari buah Qiqiaolinglong yang bisa menghidupkan kembali istriku.'" Kabar tentang buah Qiqiaolinglong di Gunung Kunlun ini kudapat dari Master Gui sebelumnya. Soal menghidupkan kembali An Rushuang, memang tak pernah kusembunyikan dari pria gemuk.
Pria gemuk terdiam lama mendengar perkataanku. Setelah beberapa saat, ia mengangkat kepala dengan ragu: "Shixiong, bukan maksudku ikut campur. Meski kau sudah cukup ahli, Gunung Kunlun itu bahaya. Ketinggiannya ekstrim, belum lagi kejadian-kejadian aneh di sana. Tim ekspedisi berpengalaman dengan peralatan lengkap pun banyak yang hilang tak kembali."
"Seberbahaya apapun, aku harus pergi." Aku berjalan mendekat dan duduk di sofa seberangnya. "Sudah dapat Fenghuang Dan, aku tidak boleh berhenti di tengah jalan."
Pria gemuk segera membalas dengan nada misterius: "Shixiong, ini bukan omong kosong. Pamanku pernah tinggal beberapa tahun di Pegunungan Kunlun lebih dari sepuluh tahun lalu."
"Apa yang terjadi padanya akhirnya?" tanyaku.
"Mati......"
Jawaban tiba-tiba ini membuatku terkejut.
"Bagaimana dia meninggal?" Tanyaku tak kuasa menahan rasa penasaran.
“Kalau tahu bagaimana orang mati, Gunung Kunlun tidak akan semenyeramkan itu.” Pria gemuk itu menghela napas berat. Kulihat ekspresinya tidak sedang bercanda.
“Tidak mungkin. Dulu Shifu pernah cerita, Gunung Kunlun alias Kunlun Xu adalah gunung suci nomor satu di Tiongkok, gunung leluhur segala gunung. Ini tempat suci aliran Hunyuan Taoisme sejak akhir Dinasti Ming. Cuma ketinggiannya ekstrim, salju abadi di puncak. Mana ada serem kayak omonganmu?” Kataku pada pria gemuk itu.
Pria gemuk itu mendekatiku dengan ekspresi serius. “Shixiong, aku kasih tahu fakta, bukan mengada-ada. Waktu kecil, pamanku pernah cerita tentang Lembah Kematian di Kunlun. Gembala disana lebih memilih ternaknya mati kelaparan di gurun daripada masuk lembah subur nan sunyi itu. Pamanku pernah nyemplung—eh, bukan nyemplung sih, cuma jenguk dari tepi—langsung ciut nyalinya! Di dalam sana penuh kulit serigala, tulang beruang, senjata berkarat, sampai kuburan tua. Setiap jengkal tanah memancarkan aura kematian yang mengerikan! Semua nyata! Orang hidup yang nekat masuk, jangan harap bisa kembali hidup-hidup!” Usai bercerita, ia menuangkan air minum untuk dirinya sendiri.
“Itu semua cuma kabar burung…” Si pria gemuk memang suka mengarang cerita, aku juga tidak menanggapi omongannya serius.
Tapi setelah mendengar perkataanku, dia malah panik. Buru-buru mengeluarkan ponsel dari sakunya sambil membuka sesuatu, lalu berkata: “Shixiong, jangan tidak percaya! Aku akan cari data sejarah Gunung Kunlun untukmu. Ini, lihat!” Pria gemuk itu menemukan sesuatu di ponselnya, lalu menyodorkannya padaku.
Aku menerima ponsel itu dan mulai membaca. Di layar tertera beberapa paragraf dengan huruf sederhana berwarna hitam:
“Tahun 1950, Li Mingzhi dari Partai Nasionalis memimpin sisa pasukan sekitar 60 orang masuk ke Lembah Kematian dengan mengandalkan persenjataan modern. Namun tak satu pun yang selamat.
Tahun 1983, sekawanan kuda dari Peternakan Ala'er, Qinghai terperosok ke lembah itu karena tergiur rumput subur. Seorang penggembala nekat masuk mencari kudanya. Beberapa hari kemudian, kuda-kuda itu kembali tapi sang penggembala hilang. Mayatnya ditemukan di sebuah bukit kecil: baju compang-camping, telanjang kaki, mata melotot, mulut menganga, senapan buruan masih mencengkeram di tangan—seolah mati penuh ketidakrelaan. Yang membingungkan, tidak ada bekas luka atau serangan di tubuhnya. Misteri ini belum terpecahkan hingga kini.
1991, 7 anggota tim rekayasa Biro Kehutanan dan 17 buruh migran hilang secara massal di dekat Lembah Kematian. Beruntung ditemukan cepat, ke-24 orang ini akhirnya kembali setelah mengalami kesulitan, namun semuanya menjadi gila tanpa terkecuali! Mata mereka kosong, mulut mereka terus mengulangi 'wajah manusia tubuh harimau, ada pola dan ekor.' Delapan karakter ini..."
Membaca ini, bulu kudukku meremang. Jika catatan ini benar, maka pegunungan Kunlun benar-benar seperti kata pria gemuk - sarang naga dan sarang harimau!
"Shixiong, gimana? Percaya kata-kataku sekarang?" Pria gemuk mengambil ponselnya dariku sambil bertanya.
Aku mengangguk:
"Sedikit percaya..."
"Sedikit apaan?! Hu Pangziku di matamu cuma segini kredibilitasnya?" Pria gemuk menggerutu tak puas.
Aku menggeleng sambil tersenyum, mendesah: "Entah ceritamu dan tulisan ini benar atau tidak, aku harus ke Gunung Kunlun. Pasti."
Pria gemuk tertegun sejenak, lalu berkata penuh gaya: "Baik! Kali ini Pangye rela mempertaruhkan nyawa menemani Junzi pergi!"
"Jangan ngaco! Takut jatuh ke Lembah Kematian?" Aku melambaikan tangan.
"Ah, masa? Sejauh ini aku selalu main nyawa bersamamu. Tadi cuma omong doang. Kalau benar-benar pergi, bahkan Lembah Kematian pun akan kugoncang sampai dasarnya!" Pria gemuk mulai membual lagi...
"Sebenarnya di dalam hatiku juga diam-diam merencanakan, kali ini jika pergi ke Pegunungan Kunlun, kemungkinan besar harus menjelajahi Lembah Kematian. Karena semakin langka dan berharganya sesuatu, semakin besar kemungkinannya muncul di tempat-tempat terpencil yang jarang dikunjungi manusia."
"Sedangkan Buah Qiqiao Linglong, kemungkinan muncul di Lembah Kematian jauh lebih tinggi dibandingkan daerah lain di Kunlun."
"Shisan, jika benar seberbahaya itu, lebih baik kamu jangan pergi." Pada saat itu, An Rushuang tiba-tiba muncul dari Giok, berdiri di sampingku dengan sepasang mata phoenix yang sangat indah memandangku dengan khawatir.
Melihat An Rushuang keluar dari Giok, aku segera berkata padanya: "Sebenarnya Pegunungan Kunlun tidak terlalu berbahaya, jangan dengarkan omong kosong pria gemuk itu."
Pria gemuk yang melihatku "berbicara sendiri" langsung menebak bahwa istri hantuku An Rushuang telah datang. Ia menggaruk kepala dan melihat ke arahku: "Kak ipar, shixiong benar, tadi aku hanya mengada-ada. Bahaya yang kusebutkan itu untuk orang biasa, bagi kita berbeda. Lagipapa, bukankah ada kau yang selalu melindungi shixiong? Pasti aman."
An Rushuang yang mendengar perkataan pria gemuk itu menampakkan seluruh postur tubuhnya, membuat pria gemuk juga bisa melihatnya. Kemudian ia memandang pria gemuk itu dan berkata perlahan: "Sebenarnya aku selalu bertanya-tanya, apakah Buah Qiqiaolinglong yang legendaris itu benar-benar ada di dunia ini?"
