“Pria gemuk yang duduk di seberangku, begitu mendengar perkataan An Rushuang, segera meletakkan gelas air di tangannya, lalu menatapnya sambil berkata: \”Kukira, Mbak, kamu tidak boleh pesimis melihat masalah. Kita harus selalu berpikir positif dalam segala hal. Buah Qiqiaolinglong itu pasti bisa kita temukan, dan Shixiong juga pasti bisa membantumu terlahir kembali sebagai manusia. Kita harus tetap optimis! Benar kan, Shixiong?\” Setelah selesai bicara, pria gemuk itu menoleh dan bertanya padaku.
Ini pertama kalinya sejak aku mengenal pria gemuk itu dia mengucapkan \”kata-kata manusiawi\”. Aku segera mengangguk:
\”Benar, memang begitu. Rushuang, di dunia ini sejak ada nama buah Qiqiaolinglong, pasti benda itu benar-benar ada. Bukankah Master Gui juga pernah berkata bahwa bertahun-tahun lalu ada orang yang melihat buah Qiqiaolinglong di Pegunungan Kunlun?\” Meskipun di hatiku sendiri aku tidak yakin apakah buah itu benar-benar ada, aku tetap menghibur An Rushuang.
Mendengar ucapanku, An Rushuang tersenyum dan mengangguk halus: \”Ya, aku mengerti, Shisan. Aku ingin mengunjungi Lu Yu.\”
\”Tentu saja. Silakan.\” Aku menyetujui.
An Rushuang berbalik dan berjalan menuju kamar tempat Lu Yu berada.
Melihat An Rushuang masuk ke rumah Lu Yu, pria gemuk itu melanjutkan pertanyaannya: \”Shixiong, apa kamu benar-benar sudah memutuskan untuk pergi ke Gunung Kunlun?\”
Aku merenung sejenak, lalu menatap pria gemuk itu dengan mantap berkata: "Sudah diputuskan, harus pergi." Sejak aku berusia sembilan tahun, An Rushuang selalu melindungiku, terus-menerus berkorban diam-diam untukku. Bahkan demi menyelamatkanku, dia berkali-kali hampir roh tercerai-berai. Kalau aku bahkan tidak bisa melakukan hal kecil ini, pantaskah aku disebut pria?
"Kalau begitu, kalau kamu pergi, aku juga ikut." Pria gemuk itu menepuk pahanya sambil menatapku.
"Kamu juga ikut?!" Aku menatap pria gemuk itu sambil bertanya.
"Iya, kenapa?" Pria gemuk itu mengeluarkan sebatang rokok dari saku, menyalakannya lalu menghisapnya.
Melihat sikapnya yang acuh tak acuh, aku menurunkan volume suara: "Denger, bukan aku bercanda. Kamu sendiri tahu, kali ini ke Pegunungan Kunlun, aku sudah siap mental mungkin tidak kembali. Ngapain kamu ikut?!"
Tak disangka, pria gemuk itu menyemburkan asap rokok lalu berkasak-kusuk: "Shixiong, bisakah kau percaya sedikit pada diri sendiri dan padaku? Apa maksudmu siap tidak kembali? Kita harus pulang dengan selamat, dan pasti menemukan buah Qiqiaolinglong itu."
"Aku percaya pada diriku sendiri, tapi pada kamu? Bisa dibilang susah." Aku tersenyum sinis padanya.
"Kamu sendirian pasti tidak bisa. Aku harus ikut." Pria gemuk itu malas berdebat, langsung bersikap kekanak-kanakan...
“Pria gemuk, aku benar-benar tidak mengerti. Bukankah kau takut dingin? Di Gunung Kunlun yang bersalju suhunya selalu rendah sepanjang tahun. Mengapa kau bersikeras ikut aku mengambil risiko ke sana?” Aku menatap pria gemuk itu dengan bingung.
“Kau mau dengar alasan sebenarnya?” Pria gemuk itu balas bertanya sambil menatapku.
“Tidak ada yang suka dibohongi.” Kataku.
“Karena kau bukan hanya shixiong-ku Hu Pangzi, tapi kita juga teman...” Pria gemuk itu berkata dengan ekspresi serius sambil menatapku.
Aku tertegun:
“Teman?”
“Ya, teman!” Pria gemuk itu menyeringai, memasukkan kembali rokok ke mulutnya. Tangan satunya mengeluarkan sebatang rokok lain dan menyodorkannya padaku:
“Shixiong, mau satu batang?”
Anehnya, kali ini aku tidak menggeleng menolak seperti biasa. Tanganku bergerak sendiri menerima rokok itu. Tapi aku tidak menghisap atau menyalakannya, hanya menggenggamnya erat...
Tiba-tiba terdengar tawa dari kamar Lu Yu. Setelah saling pandang dengan Pria gemuk, kami buru-buru menuju kamarnya.
Saat pintu terbuka, terlihat An Rushuang sedang duduk di kasur bermain dengan Lu Yu yang sudah sadar. Dengan gerakan tangan, An Rushuang langsung menarik gelas air dari meja secara telekinetik.
Lu Yu yang duduk di kasur terlihat gembira menyaksikan gelas itu "terbang" sendiri di udara.
"Ketika An Rushuang mendengar aku dan Pria Gemuk masuk, dia bangkit dari kasur, turun dan menatap kami sambil berkata: \"Lu Yu baru saja sadar tidak lama, aku menemani dia bermain sebentar.\""
Sebelum aku dan Pria Gemuk sempat bicara, Lu Yu yang di kasur langsung berlari turun begitu melihat kami masuk, lalu menerjang ke arahku.
"Kak, kapan kamu pulang? Aku lapar, mau makan." Lu Yu mendekatiku, meraih lenganku sambil menggoyang-goyangkan.
Melihat tingkah manjanya yang menggemaskan, aku tak tahan tersenyum. Aku segera menunduk dan berkata: "Baik, tidak masalah. Kakak akan mengajakmu. Mau makan apa?"
Lu Yu mengerlingkan matanya yang hitam berkilau, lalu menjawab: "Aku juga tidak tahu. Aku suka pedas."
"Bagus! Ayo kita minta kakakmu mentraktir kita makan hotpot di restoran seberang sana. Dijamin pedasnya nendang, setuju?" Tiba-tiba Pria Gemuk menyela sambil menatap Lu Yu.
"Setuju!" Lu Yu mengangguk mantap.
"Kenapa bukan kamu yang mentraktir?" Aku menoleh memandang Pria Gemuk.
"Aku tidak sekaya kamu. Waktu itu kamu mengakali Tuan Yan 200 ribu yuan, uang ceknya sudah kusimpan semua di kartumu..." gumam Pria Gemuk.
Sebenarnya tanpa dia ingatkan, aku sudah lupa kejadian itu. Waktu itu Leizi memperkenalkanku "pekerjaan" mengusir hantu di rumah Tuan Yan, memang menghasilkan 200 ribu yuan yang sampai sekarang belum sempat kugunakan.
"Kalau dipikir begitu, aku segera mengangguk setuju, "Baiklah, malam ini kita makan hotpot, makan sebanyak-banyaknya. Ngomong-ngomong Rushuang, daripada kamu sendirian di dalam Giok, ikut kita yuk?" Aku menatap An Rushuang yang berdiri di samping.
"Hah? ... Oke." An Rushuang mengangguk setelah mendengar saranku.
Begitu semua siap, menunggu si pria gemuk ganti baju, kami berempat turun bersama. Si pria gemuk memimpin jalan menuju pusat hotpot seberang...
Singkat cerita, setelah makan hotpot, kami jalan-jalan sebentar di taman kompleks perumahan sebelum kembali ke rumah si pria gemuk.
Sesampainya di rumah, kami berembuk: malam ini istirahat total, besok pagi ke Kuil Qingzhu dulu menemui Shifu Master Qingfeng sebelum memutuskan jadwal ke Gunung Kunlun.
Lu Yu yang sudah kenyang dan tidur nyenyak di rumah si pria gemuk tampak segar bugar. Begitu tiba, dia langsung nyalakan TV dan nonton Dunia Hewan. An Rushuang juga tertarik, menemani Lu Yu sambil menonton dengan seru.
Si pria gemuk sendiri mengurung diri di kamar main League of Legends. Dengan skill pas-pasan itu, dia pura-pura jadi newbie dan bikin jengkel teman satu tim...
Aku yang tidak ada kerjaan langsung duduk di kasurnya. Pertama-tama buka ponsel cek rute ke Gunung Kunlun.
Karena jaraknya sangat jauh, ada satu rute yang relatif aman. Langkah pertama, naik kereta api ke Kota Xining. Langkah kedua, dari Kota Xining naik mobil ke Gunung Fenghuang Zhamalong. Langkah ketiga, setelah mendaki Gunung Fenghuang Zhamalong, kita akan sampai di Pegunungan Kunlun.
Melihat jarak ribuan kilometer ini, bulu kudukku merinding. Ini pasti akan menjadi pertarungan melawan jarak dan waktu.
Lalu aku mencari informasi tentang Pegunungan Kunlun di ponsel, mempelajari iklim, kondisi geografis, dan binatang buas di sana. Tapi tepat saat aku sedang mencari, tiba-tiba muncul notifikasi QQ di layar. Aku buru-buru membukanya, ternyata itu pesan dari Fang Ziyan.
Selama beberapa hari ini dia sudah mengirim puluhan pesan QQ berturut-turut. Sebagian besar berisi permintaan maaf dan memohon pengampunan. Aku terus menggulir layar ke bawah. Saat melihat pesan terakhir, jantungku berdebar kencang. Pesan terakhir itu berbunyi:
"Shisan, aku tahu mungkin kau tak akan pernah memaafkanku. Tapi aku benar-benar sangat mencintaimu. Aku belum pernah mencintai siapapun seperti mencintaimu. Selama di rumah sakit ini, setiap hari yang kupikirkan, yang kurindukan, bahkan yang bermimpi di malam hari hanyalah dirimu. Hidupku tak akan berarti lagi tanpamu..."
Saat membaca kalimat terakhir itu, hatiku langsung berat. Aku duduk di kasur sambil memegang ponsel, berpikir sejenak. Akhirnya memutuskan untuk meneleponnya sekarang. Fang Ziyan adalah gadis yang setia tapi sangat ekstrem. Jika dia benar-benar nekat melakukan hal bodoh, itu yang paling tak ingin kulihat.
Meskipun aku tidak menyukainya, meskipun perbuatannya terlalu berlebihan, hukuman untuknya tidak seharusnya sampai mati.
