Aku mencari nomor ponsel Fang Ziyan di teleponku, lalu langsung meneleponnya.
Telepon baru berdering dua kali, langsung diangkat. Suara Fang Ziyan terdengar dari speaker:
"Zuo Shisan, apa... ini benar kamu?"
"Iya, aku..." Aku menghela napas pelan.
"Hiks... sniff..." Begitu mendengar suaraku, Fang Ziyan langsung menangis terisak-isak. Aku mendengar tangisannya yang tak henti di seberang sana, membuatku panik.
"Fang Ziyan, kalau ada masalah bicara langsung. Kenapa harus nangis terus?" tanyaku.
"Zuo... Zuo Shisan, maafkan aku... benar-benar maaf..." Isakannya semakin kencang di antara permintaan maafnya.
Aku memilih diam, menunggu sampai tangisannya reda.
Sekitar lebih dari sepuluh menit kemudian, tangisannya mulai mereda meski masih tersedu-sedu.
"Sudah selesai?" Tanyaku dengan sengaja memperkeras nada bicara. Aku berniat mengakhiri semua ikatan setelah penjelasan ini, demi An Rushuang yang tak boleh terluka lagi.
"Mm..." Jawaban lembut Fang Ziyan menggema di telepon.
“Apa sebenarnya maksud pesan-pesan yang kamu kirimkan lewat QQ sebelumnya? Biarkan masa lalu berlalu, aku tidak menyalahkanmu. Jangan cari-cari aku lagi, aku tidak layak diperhatikan terus seperti ini.” Aku berkata pada Fang Ziyan melalui telepon.
Fang Ziyan terdiam sejenak setelah mendengar perkataanku, alih-alih langsung menjawab pertanyaanku, dia malah balik bertanya: "Shisan, apakah kamu mencintai istri hantumu itu?"
"Cinta, sangat mencintai." Jawabku tanpa ragu.
"Kalau suatu hari dia menyuruhmu meninggalkannya, apa yang akan kamu lakukan?" Fang Ziyan tiba-tiba bertanya padaku.
Mendengar pertanyaannya, aku langsung membeku, tak tahu harus menjawab apa.
Fang Ziyan menungguku beberapa saat di seberang telepon, lalu melanjutkan: "Kamu pasti juga tidak akan meninggalkannya kan? Karena cintamu yang begitu dalam pada istri hantu itu, meski dia benar-benar mengusirmu, kamu tetap tidak akan pergi kan? Shisan, aku juga mencintaimu sedalam itu, bahkan lebih dari cintamu padanya. Untukmu, aku bahkan rela melepaskan segalanya, bersedia melakukan apapun, bersedia menemanimu seumur hidup."
Mendengar ini, aku menarik napas dalam-dalam lalu berkata pada Fang Ziyan: "Fang Ziyan, kau salah. Sungguh salah. Jika suatu hari nanti, istri hantuku benar-benar tidak mencintaiku lagi, benar-benar ingin melepasku, meski hatiku enggan berpisah dan sedih, aku pasti akan pergi. Asalkan dia bisa bahagia karena kepergianku, biarlah aku seorang diri terjun ke jurang neraka sambil tersenyum. Karena cinta adalah urusan dua hati. Waktu mungkin tak bisa mengikis segalanya, tapi pasti akan mengubur semua kenangan."
Suara isak Fang Ziyan perlahan mereda setelah mendengar ucapanku. Lama sekali dia baru berkata: "Tapi... Shisan, aku sangat mencintaimu. Jangan tinggalkan aku, ya? Aku tak butuh status atau pembagian, asalkan bisa terus mendampingimu, itu sudah cukup." Suaranya kembali tersekat oleh tangis...
Perkataan Fang Ziyan membuatku pasrah. Sebuah rasa tak nyaman menggelayut di hati. Meskipun gadis ini terkadang bertindak ekstrem dan penuh siasat, ketulusan perasaannya padaku tak perlu diragukan.
Namun meski perasaan Fang Ziyan tulus, aku tetap tak bisa menerimanya. Di dunia ini, hanya ada satu wanita yang bisa memenuhkanku - An Rushuang.
Perasaan ini telah berakar dalam hatiku sejak usia sembilan tahun. Ini sama sekali tak ada hubungannya dengan rupa An Rushuang. Karena baru di usia delapan belas tahun aku akhirnya bertemu dengannya.
"Tidak, hari ini aku meneleponmu bukan untuk mendengar semua ini. Aku hanya ingin menjelaskan dengan jelas, Fang Ziyan, tidak mungkin ada hasil apa pun antara kita. Cinta bukanlah segalanya dalam hidup, kamu masih punya keluarga, teman, teman sekelas... Jangan terus begini, sungguh, lakukanlah hal-hal bermakna yang kamu sukai." Setelah selesai berbicara, aku langsung mematikan telepon.
"Shixiong, gadis kecil mana lagi yang menelepon mengaku cinta? Kalau tidak mau, kasih saja padaku, aku mau!" Pria gemuk yang sedang bermain game di samping, melihatku mematikan telepon, buru-buru menoleh dan bertanya.
"Baik, aku kasih nomornya. Kejar sendiri." Aku menghela napas pelan.
"Lupakanlah! Wanita sekarang terlalu realistis. Entah kapan bisa lari dengan pria tampan kaya. Aku bukan pengasuh istri orang! Sebenarnya sekarang sendirian juga enak, bebas." Pria gemuk itu berkata padaku.
"Sudahlah! Jangan berpikir begitu. Di dunia ini masih banyak gadis baik. Mantanmu itu karena matamu tidak bersinar, memilih serigala tak tahu balas budi." Aku menatap pria gemuk itu.
Mendengar ucapanku, pria gemuk itu menghela napas berat. Tidak mau lagi membahas topik menyedihkan yang melukai hatinya ini, dia kembali memakai headphone dan terjun ke dunia game LOL, kembali ke era SD!
Melihatnya mulai bermain lagi, aku mengumpulkan semangat dan duduk bersila di kasur. Mulai berlatih energi Yang dengan Teknik Pemurnian Diri.
Waktu sekarang sangat berharga bagiku. Aku tidak mau menyia-nyiakannya percuma.
Tepat ketika aku mengendalikan energi Yang dalam tubuhku untuk bersirkulasi ke seluruh tubuh, saat energi Yang kembali ke Dantian, gelang yang selalu kukenakan di pergelangan tangan tiba-tiba mengeluarkan aliran panas. Panas itu mengalir dari gelang ke lenganku, lalu menerjang ke arah kepalaku!
Merasakan aliran panas aneh ini, hatiku berdebar kencang. Aku buru-buru ingin menghentikan Teknik Pemurnian Diri, namun sudah terlambat. Dalam sekejap, aliran hangat itu menyambar ke dalam kesadaranku. Bersamaan dengan itu, tiba-tiba muncul serangkaian karakter di pikiranku:
"Satukan qi dan hati, pertahankan kesadaran di Dantian, turunkan qi ke Huiyin, kumpulkan Yang ke seluruh tubuh."
Bangsat! Ini... situasi apa ini? Aku mengulang-ulang kata-kata ini dalam hati, merasa familiar seolah pernah mendengarnya sebelumnya.
Benar! Kalimat-kalimat ini persis seperti yang diucapkan Pria Bertopi saat mengejarku di tepi sungai!
Tapi bagaimana mungkin mantra darinya tiba-tiba muncul di pikiranku? Tidak! Pasti karena gelang ini yang membuat kalimat-kalimat itu muncul.
Ini kejadian macam apa? Jangan-jangan Pria Bertopi datang ke sungai bukan untuk membunuhku, tapi ingin memberikan mantra ini?
Jika benar begitu, maka tusukan Pisau belati yang meleset darinya bisa dijelaskan.
Memikirkan ini, aku perlahan membuka mata, menatap gelang hitam di tangan kiriku. Batu-batu aneh di gelang itu memancarkan cahaya putih berkilauan di bawah sorotan lampu.
Qing You, sebenarnya dia ini orang seperti apa?……
Aku tak bisa memahaminya, setidaknya untuk saat ini. Karena itu kuputuskan berhenti memikirkannya. Jika di benakku muncul empat kalimat itu, mengapa tak kucoba pelajari? Untuk apa sebenarnya empat kalimat ini?
Memikirkan ini, aku kembali menutup mata dan memusatkan seluruh perhatian.
"Qi hati dan kekuatan menyerang bersama... Fokuskan pikiran di Dantian, turunkan qi ke Huiyin, kumpulkan Yang ke seluruh tubuh...!" Ini seperti mantra untuk mengendalikan energi Yang!!
Aku mengikuti instruksi empat kalimat itu dalam hati. Setelah melakukannya, energi Yang dalam tubuhku terasa lebih mudah dikendalikan. Kucoba mengalirkan energi Yang dari Dantian ke lengan. Saat mencapai ujung jari, energinya seperti tersumbat, tak bisa bergerak lagi.
Jangan-jangan mantra hati ini ada hubungannya dengan Lóng Hŭ Qī Shè Yìn?!
Memikirkan ini, hatiku bergembira. Segera kuredam jantungku yang berdebar kencang. Tangan kanan terulur, cepat-cepat membentuk mudra Lóng Hŭ Qī Shè Yìn. Mulutku komat-kamit melafalkan: "Qi tak tercerai, shen tak redup! Dalam keheningan, Yang Satu terlahir! Jíjí rú lǜ lìng! She!!" Saat mantra ini kuteriakkan, tiba-tiba kurasakan energi Yang di tangan kananku menerjang keluar dari genggaman!
Aku segera membuka mata, melihat ke arah jari kananku. Di sana kini terlihat pancaran cahaya kuning samar, jelas terlihat bahwa jurus Lóng Hŭ Qī Shè Yìn berhasil digunakan!!
