Mendengar suara An Rushuang berasal dari belakangku, pelan-pelan kuperalih pandangan, melihatnya muncul di belakangku, melangkah perlahan mendekatiku, lalu duduk di samping.
"Tak mengharap balasan baik, hanya meminta bertanya pada hati nurani tanpa rasa bersalah..." Kupandang An Rushuang di samping, mengulang dalam hati kalimat yang baru diucapkannya.
“Benar, Shisan, kapan pun itu, kamu tidak boleh menyerah pada diri sendiri. Kamu harus selalu percaya bahwa semua masalah akan berlalu. Mereka yang kamu lihat sebagai orang kuat, baik Master Gui, Master Lu, Qiu Shasha, maupun Pria Bertopi yang misterius itu, pasti telah melewati cobaan yang tidak kalah berat darimu, bahkan lebih. Tapi mereka bertahan, sehingga menjadi ahli di mata orang biasa. Tidak ada ahli yang lahir tanpa perjuangan. Kamu juga begitu. Jadi apapun yang terjadi sekarang atau nanti, apapun cobaan yang datang, gigitlah kuat-kuat dan bertahanlah. Jangan pernah menyerah, apalagi menyalahkan takdir. Karena aku yakin kamu akan menjadi ahli, dan karena kamu adalah pria yang diakui oleh An Rushuang.” Saat itu, An Rushuang menatapku dengan mata indahnya tanpa berkedip, berbicara dengan penuh kesungguhan.
Kata-kata An Rushuang bagai menambahkan kekuatan baru di hatiku. Kekuatan ini terus mengingatkanku: apapun yang terjadi sekarang, gigit gigi, terus berjuang, berusaha mati-matian, menjadi ahli Tao. Nama Zuo Shisan harus menggema di dunia Yin-Yang.
Ini bukan kesombongan, tapi sebuah pencarian.
“Rushuang, terima kasih…” kataku pada An Rushuang yang duduk di sampingku.
Matanya berbinar lembut. “Shisan, antara kita berdua, tak perlu ada kata terima kasih.”
“Baik!” Aku mengangguk tegas sambil menatapnya.
“Shisan, apapun yang kamu hadapi sekarang, kamu tetap harus makan. Kalau tubuhmu ambruk, bagaimana bisa melanjutkan perjalanan?” An Rushuang menatapku sambil tersenyum.
Aku menghela napas panjang, lalu berkata jujur pada An Rushuang: “Rushuang, malam ini aku benar-benar tidak bisa makan. Hatiku sangat sakit. Setiap kali terpikir untuk makan, rasanya ingin muntah.”
Mendengar perkataanku, An Rushuang tidak memaksaku lagi. Dengan suara lembut dia berkata: “Baiklah, aku akan menemanimu di sini melihat bintang-bintang.”
“Baik.”……
“Ngomong-ngomong Rushuang, aku berencana untuk berkemas malam ini dan pergi ke Pegunungan Kunlun bersama Qiu Shasha dan yang lain. Pertama untuk menyelamatkan Lu Yu, kedua untuk mencari Buah Qiqiaolinglong itu.” Saat itu, aku memberitahukan rencanaku pada An Rushuang.
An Rushuang terdiam sejenak setelah mendengar ucapanku, lalu menoleh dan bertanya:
“Shisan, apakah kamu sudah yakin?”
“Ya, sudah.” Aku mengangguk.
“Baiklah, Shisan. Apa kamu kedinginan? Mau kuambilkan jaket?” tanya An Rushuang padaku.
Aku menggelengkan kepala:
“Tidak usah, aku tidak kedinginan.”
An Rushuang mengangguk, lalu duduk diam di sampingku menemani menatap gemintang yang berkelap-kelip di langit malam……
Saat kecil, kakek pernah bercerita padaku bahwa orang terdekat yang paling kita sayangi akan berubah menjadi bintang di langit setelah meninggal, terus menemani kita.
Mungkin saat ini, kakek dan nenekku juga menjadi bintang-bintang di antara gemintang itu.
“Begitulah, aku dan An Rushuang terdiam, tak ada yang berbicara lagi. Aku suka memandang bintang, dia suka menemaniku. Seolah-olah di antara langit dan bumi ini, pada saat ini, tak ada lagi keributan, hanya tersisa kami berdua. Aku mulai menyukai perasaan ini...”
Tak tahu berapa lama telah berlalu, suara langkah kaki perlahan mendekat ke arahku. Kupalingkan kepala dan melihat orang yang datang adalah Master Qingfeng, shifuku. Luka di tubuhnya belum sembuh total, sehingga langkahnya terayun pelan, bahkan kedua kakinya gemetar.
Melihat ini, segera kulumpat turun dari platform latihan, bergegas menyambut Master Qingfeng. Kusampinginya dan menyangga tubuhnya.
"Shifu, mengapa kau datang kemari?" Tanyaku pada Master Qingfeng.
Master Qingfeng batuk beberapa kali, lalu melepas salah satu mantel yang dikenakannya dan menyodorkannya padaku:
"Sudah musim gugur. Jangan sampai kedinginan saat memandang bintang sendirian di luar."
Kuambil mantel yang disodorkannya dan kukenakan. Tak tahu harus berkata apa.
An Rushuang yang mengikutiku juga mendekat, memberi hormat dengan sedikit membungkuk kepada Master Qingfeng seraya mengucapkan: "Sepuluh ribu berkah."
Master Qingfeng mengangguk pada An Rushuang, lalu menatapku: "Shisan, apakah kau benar-benar nekat pergi ke Pegunungan Kunlun?"
"Ya," jawabku.
"Baik. Jika kau memang harus pergi, malam ini istirahatlah lebih awal. Besok pagi ikutlah bersama Qiu Shasha dan yang lain. Aku tak akan tenang jika hanya kau dan si pria gemuk yang pergi." Ucap Master Qingfeng sambil kembali menutupi mulutnya yang terbatuk-batuk.
“Shifu, sebenarnya sebelumnya aku juga berencana seperti ini……” Aku menatap Master Qingfeng sambil berkata.
“Kalau begitu baik, kamu nanti pulang lebih awal untuk istirahat, jangan terlalu malam. Oh ya, di dapur aku sudah menyuruh pria gemuk menyimpan makanan di panci untukmu, kalau lapar bisa dimakan. Aku duluan kembali.” Master Qingfeng berkata padaku, lalu mengangguk pada An Rushuang sebelum berbalik dan berjalan perlahan pergi.
Setelah Master Qingfeng pergi, aku menengadah melihat bintang-bintang di langit. Baru sekarang aku teringat perkataannya sebelumnya:
“Shisan, jangan terlalu baik pada Huzi……”
Awalnya aku tidak mengerti mengapa Master Qingfeng tiba-tiba mengatakan ini. Tapi sekarang aku paham, mungkin dari caraku memperlakukan Huzi, dia sudah melihat bahwa aku terlalu terikat. Dia takut aku akan terluka.
Bagaimanapun, bahkan tanpa kecelakaan pun Huzi paling hanya bisa hidup belasan tahun lagi. Beberapa hal, masa depannya sudah bisa terlihat sekilas……
Aku menghela napas, lalu menoleh ke An Rushuang yang berdiri di sampingku: “Rushuang, aku mau pulang istirahat.”
“Kamu memang harus beristirahat. Aku akan menemanimu di dalam Giok.” An Rushuang berkata sambil tubuhnya berubah menjadi cahaya pucat, terbang masuk ke liontan giok yang menggantung di leherku……
Kembali ke kamarku bersama pria gemuk, dia masih belum tidur, terbaring di kasur sambil menatap ponsel di tangannya.
Mendengar suara pintu kubuka, dia buru-buru duduk dari kasur dan bertanya:
“Shixiong, kamu sudah kembali? Masih sedih?”
“Sudah jauh lebih baik.” Aku berkata pada pria gemuk itu, lalu berjalan ke meja di ruangan dan menuangkan segelas air untuk diri sendiri, meneguknya habis.
Setelah itu memberi salam pada pria gemuk, kemudian duduk bersila di kasur dan mulai melatih kembali energi Yang dalam tubuhku.
……
Keesokan paginya saat fajar merekah, aku terbangun sendiri. Aku menendang pria gemuk di sebelahku hingga terbangun, lalu keluar.
Tepat saat aku baru saja keluar, Master Qingfeng juga terbangun. Ia menyuruhku membuka pintu gerbang, mengatakan Qiu Shasha mungkin sudah hampir tiba.
Namun saat aku hendak membuka pintu gerbang Kuil Tao, sebuah siluet ramping tiba-tiba terjatuh dari atas atap.
"Aku sudah sampai, Master Pan. Apakah kedua muridmu itu sudah siap?" Kukalihkan pandangan - yang datang adalah Qiu Shasha. Aku selalu bingung mengapa dia selalu memilih melompati tembok atau atap rumah ketimbang menggunakan pintu?
Singkat cerita, setelah bertukar basa-basi sopan dengan Master Qingfeng, Qiu Shasha langsung membawa aku dan pria gemuk berpamitan lalu pergi.
Begitu keluar dari gerbang Kuil Qingzhu, terlihat sebuah Mobil di luar. Qiu Shasha mengajak kami naik, kemudian mobil langsung meluncur menuju Bandara Jinan!
Di dalam mobil terdapat seorang supir bertubuh besar. Qiu Shasha duduk di kursi depan, sementara aku dan Lao Niu duduk di baris belakang bersama Xiao Ran - daoshi pria yang pernah datang bersama Qiu Shasha sebelumnya.
Di belakangnya terdapat berbagai peralatan dan Tas yang menumpuk, tampaknya Qiu Shasha telah mempersiapkan diri dengan matang untuk perjalanan ke Gunung Kunshan ini.
Singkat cerita, mobil terus melaju hingga sampai di bandara Jinan. Qiu Shasha meminta sopir mengirimkan peralatan dan Tas melalui bagasi, lalu membelikan kami masing-masing dua tiket pesawat.
Pukul tiga setengah sore, kami berempat naik pesawat menuju Kota Xining.
……
Sepanjang perjalanan tak ada pembicaraan. Saat kami turun dari pesawat, sudah larut malam. Setelah mengambil bagasi, aku, pria gemuk, dan daoshi itu masing-masing memanggul Tas besar. Qiu Shasha kemudian mengajak kami menuju hotel terdekat.
Kami sepakat untuk beristirahat semalam dan besok pagi langsung naik mobil menuju Golmud.
Di balik Golmud, terbentang denyut gunung Kunlun!
