Tertegun melihat mata merah menyala yang aneh di belakang pria gemuk itu, segera kuraih lengannya dan menariknya turun dari batu tersebut.
Pria gemuk itu masih bingung. Saat kutarik dari batu, dia bertanya dengan wajah penuh tanya:
"Shixiong, ada apa?"
Tak kujawab, langsung kukeluarkan Pisau Naga Lilin dan Burung Feniks dari tas. Kuperiksa lagi area di belakang tempatnya tadi - kini dinding itu kosong, hanya retakan dan jejak zaman. Mana ada jejak mata merah itu?
"Shixiong, shixiong... Kau melihat sesuatu?" Pria gemuk itu segera mengangkat senapan otomatisnya, wajahnya waspada saat melanjutkan pertanyaannya.
Aku menarik kembali tatapanku dari dinding tanah itu, menoleh melihat pria gemuk sambil berkata kepadanya: "Barusan aku melihat sepasang bola mata merah darah di dinding batu di belakangmu!"
“Mata merah darah？？” Pria gemuk itu mendengar perkataanku, lalu menatap ke arah dinding itu. Setelah melihat beberapa saat, dia berkata dengan ragu padaku: "Nggak ada mata apa-apa, Shixiong. Jangan-jangan matamu berkunang-kunang karena kekurangan oksigen?"
Belum sempat aku bicara, Xiao Ran yang duduk di samping justru berkata dengan dingin kepada pria gemuk: "Tadi dia tidak salah lihat, ada energi Yin jahat yang ingin membunuhmu, sebelumnya aku sudah lama menyadarinya."
“Energi Yin jahat apa?” Aku segera menoleh dan bertanya pada Xiao Ran setelah mendengar ucapannya. Meski hari hampir gelap, matahari belum sepenuhnya tenggelam. Sesuatu yang bisa membahayakan orang dalam kondisi seperti ini pasti luar biasa.
Xiao Ran mengerutkan alisnya mendengar pertanyaanku, lalu memalingkan muka tanpa menjawab.
Saat itu, pria gemuk itu malah mendekati Xiao Ran beberapa langkah. "Kak Dao, tadi kan kamu sudah melihat makhluk angker di belakangku. Kenapa tidak memberi tahu lebih awal? Kita ini seperti belalang di seutas tali yang sama. Kalau kami celaka dan mati, kamu juga tidak dapat untung." Begitulah sifat pria gemuk ini, temperamental dan blak-blakan. Dia selalu mengutarakan isi hatinya langsung tanpa basa-basi.
Setelah mendengar perkataan pria gemuk itu, Xiao Ran menoleh dan memandangnya dengan wajah dingin seolah-olah orang lain berhutang padanya, lalu berkata: "Aku ke sini hanya punya satu tugas, yaitu melindungi putri Tuan Qiu, Nona Qiu. Urusan hidup mati kalian berdua, apa ada hubungannya sedikitpun denganku?" Nada bicara Xiao Ran dan tatapannya kepada aku dan pria gemuk itu penuh dengan sikap acuh tak acuh, seolah-olah di hadapannya, kami hanyalah batu di jalan, atau ranting kering di tanah. Apapun itu, di matanya kami jelas bukan manusia.
Apalagi rekan seperjuangannya!
Mendengar perkataan Xiao Ran, awalnya aku ingin marah, tapi setelah dipikir-pikir akhirnya kutahan juga. Karena dia mengatakan yang sebenarnya - hidup mati kami berdua memang sama sekali tidak ada hubungannya dengannya.
Tapi kalau dia tidak menganggap kami sebagai manusia, untuk apa aku harus menghormatinya?
Setelah berpikir begitu, aku menghela nafas dan tidak lagi menghiraukan Xiao Ran.
Tapi pria gemuk itu langsung naik pitam mendengar perkataan Xiao Ran tadi. Dia buru-buru berjalan menghampiri Xiao Ran. Aku mencoba menjulurkan tangan untuk menahannya, tapi diibaskan sampai gagal menangkapnya.
Pria gemuk itu berdiri di samping Xiao Ran, menunjuknya sambil berteriak: "Apa kau tidak punya sedikitpun semangat kerja tim?! Maksud perkataanmu tadi adalah meski nanti aku dan shixiong-ku sampai dicekik zombie, kau akan tetap diam saja bukan?!"
Xiao Ran mengangkat kepala, melirik pria gemuk itu dan berkata dengan nada datar: "Apa itu ada hubungannya denganku?"
Pria gemuk tersedak oleh ucapannya, lama baru bisa berkata dengan marah: "Baik! Kau memang berani, semoga ke depannya jangan sampai meminta bantuan kami!! Orang macam apa sih!" Setelah mengucapkan itu, pria gemuk mengayunkan lengannya dan berjalan ke arahku dengan wajah merah padam.
Saat itu, Qiu Shasha yang sedang berganti pakaian di dalam tenda keluar, memandangiku dan pria gemuk dengan bingung: "Apa yang terjadi tadi? Kudengar kalian bertiga seperti sedang bertengkar?"
"Nona Qiu, tanya dia!" Pria gemuk masih belum reda amarahnya, menunjuk ke arah Xiao Ran yang masih duduk di atas batu.
Xiao Ran tetap bersikap seperti biasa, seolah sama sekali tidak menganggap kami berdua. Perkataan kami bagai angin lalu baginya.
Qiu Shasha melirik ke arah yang ditunjuk pria gemuk, sudut matanya melengkung manja. Sepertinya dia sudah menebak masalahnya, lalu menoleh ke kami: "Sudahlah, jangan marah-marah. Dia memang selalu begitu, lebih baik diabaikan saja. Ayo kita siap-siap makan?" Qiu Shasha mengeluarkan sekantong dendeng dari tasnya.
Melihat dendeng, pria gemuk langsung melupakan kemarahan tadi. Dia segera menyuruhku mengumpulkan kayu kering di sekitar untuk menyalakan api unggun dan merebus air.
Meski hari belum sepenuhnya gelap, aku sudah bisa merasakan suhu mulai turun drastis.
Setelah aku dan pria gemuk masing-masing membawa seikat besar kayu kering kembali, kami menyalakan api unggun. Saat itu langit sudah gelap gulita. Aku, pria gemuk, Qiu Shasha, dan Xiao Ran duduk melingkari api unggun sambil menghangatkan diri dan mengunyah dendeng.
Saat makan, hanya aku, Qiu Shasha, dan pria gemuk yang asyik mengobrol. Xiao Ran dari awal sampai akhir hampir tidak bicara, wajahnya selalu muram seperti orang punya utang. Hanya ketika Qiu Shasha yang bertanya, dia menjawab seadanya.
Setelah makan malam, kami sekilas menatap langit malam di atas gurun bersama. Kemudian Qiu Shasha, pria gemuk, dan daoshi Xiao Ran masuk ke tenda masing-masing untuk tidur.
Aku yang pertama berjaga malam.
Karena ingat sepasang mata merah yang tiba-tiba muncul siang tadi, aku benar-benar waspada selama berjaga. Tak boleh ada kecerobohan sedikitpun. Lembah Kematian ini pasti lebih berbahaya dari yang kami bayangkan.
Makhluk yang terus mengikuti dan bersembunyi di kegelapan itu mungkin sedang mengintai kami dari suatu tempat. Sedikit saja lengah, dia akan menyerang dan mengambil nyawa kami.
Memikirkan ini, kusiapkan mental 120%. Mataku terus awasi sekeliling. Semakin larut malam, suhu semakin turun. Angin kecil mulai bertiup dari selatan ke utara...
Meski suhu turun dan angin berhembus di sekeliling, untungnya aku berpakaian tebal dan duduk di dekat api unggun, jadi tidak terlalu merasa dingin.
Saat berjaga, awalnya aku ingin memanggil An Rushuang dari Giok untuk menemaniku mengobrol, tapi tiba-tiba terpikir: jika kami sedang asyik bicara lalu ada energi Yin jahat menyusup, itu akan berbahaya. Jadi aku tetap duduk sendiri di dekat api unggun, mataku terus memindai sekeliling waspada.
Jaga malam kali ini adalah yang paling melelahkan yang pernah kualami...
Di kedalaman Lembah Kematian ini, berbeda dengan luar. Saat malam tiba, kesunyian yang mencekam menyelimuti - tanpa suara serangga, tanpa kicau burung, seolah aku berada di ujung kiamat.
Dalam keheningan ekstrem ini, timbul perasaan sangat tidak aman. Entah mengapa, selalu ada perasaan ada sesuatu yang mengawasiku dari kegelapan!
Tiba-tiba, seperti ada suara gesekan halus dari belakangku.
Mendengar itu, jantungku berdebar. Kupercepat menoleh ke belakang. Cahaya bulan tertutup awan, mustahil melihat sumber suara itu.
Terpaksa kuhidupkan senter dan menyorotkannya ke kegelapan di depan...
Jarak yang bisa dijangkau oleh sinar senter memang terbatas, jadi meski sudah menyalakan senter, aku tetap tidak melihat apapun.
Suara gesekan tadi perlahan menghilang bersama tiupan angin yang membuatku menggigil. Saat baru saja mematikan senter dan menyimpannya, suara benda bergesek itu kembali terdengar...
Tidak ada ritme sama sekali, sangat kacau.
Tapi kali ini berbeda dengan sebelumnya, karena suara itu datang dari dua arah sekaligus - satu di depanku, satu di belakangku!!
