Tepat saat belatiku hendak menembus dada mumi itu, tubuhnya tiba-tiba bergeser aneh seolah ditarik kekuatan tak kasat mata. Tusukanku meleset lagi, menghujam ke dalam tanah.
Aku bangkit dari tanah dan berlari mengejar mumi itu. Tiba-tiba suara tembakan menggelegar dari belakang - pria gemuk itu menembak!
"Dia menembak siapa?!"
Pikiran itu melintas. Aku segera menghentikan langkah dan menoleh ke arah tempat pria gemuk itu berdiri.
Terlihat pria gemuk saat itu sedang membelakangiku, menyeret senapan laras panjang sambil membidik ke salah satu arah, lalu menembak sekali lagi. Meski ada cahaya bulan, namun gelapnya malam membuatku sama sekali tak bisa melihat apa yang sedang dia tembak.
Dengan panik, aku langsung bertanya: "Pria gemuk, benda apa itu?!"
Pria gemuk bahkan tak sempat menoleh, langsung menjawab: "Sialan! Di depan ada sepasang mata besar merah darah!! Brengsek!"
Mendengar perkataannya, dadaku langsung sesak. Akhirnya tangan hitam dalang Xiao Ran datang. Baru saja ingin berbalik untuk membantu pria gemuk, tiba-tiba kurasakan hembusan angin tajam dari seberang - jasad pria berjubah naga itu menerjang ke arahku.
Melihat ini, aku pertama-tama menghindar dengan cepat, lalu menginjakkan kaki dengan pola langkah Tian Gang Qixing Bu (Pola Tujuh Bintang Surgawi). Sambil melantunkan mantra, aku berputar dengan gesit, mengayunkan lengan, dan menghunjamkan Pisau Naga Lilin dan Burung Feniks ke tulang punggung mumi jubah naga itu.
Persis ketika pisau belatiku hendak menembus punggung mumi jubah naga itu, ia tiba-tiba berbalik dengan cepat. Sepasang tangannya mencekik bahuku dengan keras, sementara Pisau Naga Lilin dan Burung Feniks di tanganku berhasil menghunjam masuk ke perut mumi tersebut.
"Saat mumi jubah naga itu mengeluarkan raungan keras, kedua tangannya yang mencengkeram bahuku perlahan melepas. Tubuhnya terus-menerus mundur ke belakang. Tepat saat aku ingin mengejar dan menghajarnya lagi, tiba-tiba bayangan seseorang muncul dari sampingku dan menerjang mumi jubah naga itu.
"Gerakkan lalu tuntun melewati Tiga Gerbang, temui leluhur pusatkan jiwa hapus keraguan, ilusi tak tumbuh kesadaran mantap, enam akar tak bocor sirkulasi sempurna. Jíjí rú lǜ lìng! She!!" Suara Qiu Shasha bergema. Setelah kuperhatikan, orang yang datang itu memang Qiu Shasha.
Begitu mantra dari mulutnya selesai, kuas kaligrafi di tangannya seketika memancarkan cahaya kuning pucat. Dengan gerakan lincah, Qiu Shasha menusukkan kuas itu. "Pshh!" Kuas kaligrafi menembus seluruh tubuh mumi jubah naga.
Melihat Qiu Shasha berhasil melumpuhkan mumi itu, aku buru-buru ingin lari ke arah pria gemuk untuk membantunya. Namun terhalang oleh teriakan Qiu Shasha:
"Shisan, cepat bantu! Aku tidak bisa melawannya sendirian!! Bantu hancurkan mumi ini dulu, atau kita bertiga akan mati!"
Mendengar perkataan Qiu Shasha, hatiku terhenti. Setelah menoleh, kulihat mumi jubah naga itu sudah mundur beberapa langkah, melepaskan diri dari tusukan kuas kaligrafi, lalu kembali menerjang Qiu Shasha.
Goblog! Mumi jubah naga ini sebenarnya dari mana?! Fu Pengusir Enam Jia tidak mempan padanya, bahkan setelah terkena serangan Pisau Naga Lilin dan Burung Feniks, serta senjata kuas kaligrafi Qiu Shasha, dia tetap tidak terluka parah!
Aku melirik ke arah pria gemuk itu, melihatnya masih berdiri di tempat tanpa cedera serius. Aku menggigit gigi, mencengkeram Pisau Naga Lilin dan Burung Feniks, lalu menerjang ke arah Qiu Shasha.
Qiu Shasha sudah bertarung dengan mumi jubah naga itu. Aku maju, mengukur posisi, lalu menusukkan Pisau Naga Lilin dan Burung Feniks sekuat tenaga ke tubuh mumi itu.
Pisau Naga Lilin dan Burung Feniks yang segelnya terlepas menembus tubuh mumi itu. Asap putih mengepul, belum sempat kucabut belati itu, tiba-tiba penglihatanku gelap. Seluruh tubuhku terhempas tersapu lengan mumi itu.
Tenaga dahsyat itu menghantam tubuhku. Saat terjatuh, seluruh aliran darahku bergejolak, hampir membuatku pingsan...
Berjongkok di tanah, aku menggelengkan kepala untuk menyadarkan diri. Perlahan bangkit, mataku segera menatap ke arah Qiu Shasha dan mumi jubah naga itu.
Tiba-tiba terlihat, kuas kaligrafi di tangan Qiu Shasha kembali menancap di tubuh mumi jubah naga itu. Namun bersamaan dengan itu, dia juga terlempar akibat serangan nekat sang mumi.
Melihat ini, aku meludahkan darah ke tanah, menggigit gigi, lalu bangkit berdiri dengan gagah. Kukumpulkan tenaga dan langsung menerjang mumi jubah naga itu.
Saat seperti ini, bukan waktunya menyimpan cadangan. Harus total! Dalam pikiran, kusambar mendekati mumi jubah naga itu. Satu tangan membentuk mudra, mulut cepat berucap: "Qi tak tercerai, shen tak redup! Dalam keheningan Yang Satu terlahir! Lóng Hŭ Qī Shè Yìn! She!!" Begitu mantra selesai, tangan kananku yang membentuk mudra langsung berpendar cahaya pucat, langsung kuhantamkan ke mumi itu.
Meski kecerdasannya terbatas, insting mumi jubah naga itu tajam merasakan ancaman Lóng Hŭ Qī Shè Yìn. Dengan lincah dia melompat mundur menghindar.
Serangan pertama gagal. Segera kukejar karena masa berlakunya jurus ini sangat terbatas. Jika tak mengenai mumi itu dalam waktu singkat, sia-sialah usahaku.
Namun mumi jubah naga itu tampak sangat takut pada Lóng Hŭ Qī Shè Yìn. Sama sekali tak diberikannya kesempatan untuk mengenainya, terus mengelak tanpa balas menyerang. Detik demi detik, kepanikanku semakin menjadi.
Tapi semakin panik, semakin kacau pola seranganku. Alhasil, makin mustahil mengenai mumi itu.
Pada saat yang sama, Qiu Shasha tiba-tiba melesat dari belakangku, langsung mengitari mumi jubah naga itu, menerjang punggungnya dan memeluk erat dari belakang. Dengan cepat dia mengeluarkan beberapa lembar kertas jimat dari tubuhnya, menempelkannya di dahi, dada, dan punggung mumi itu hanya dengan satu tangan. Kemudian Qiu Shasha segera turun dari tubuh mumi sambil mengeluarkan botol kecil, membuka tutupnya, dan menyiramkan isinya ke wajah mumi tersebut.
"Shisan! Cepat bertindak!!" Qiu Shasha menoleh dan mengingatkanku.
Mendengar perkataannya, aku mengangguk, melangkah dua langkah ke depan, mengayunkan tangan kanan dengan cepat, dan menghantam dahi mumi jubah naga itu sekuat tenaga.
Lóng Hŭ Qī Shè Yìn menghantam ubun-ubun mumi jubah naga. Seketika cahaya menyilaukan meledak. Dengan mata telanjang, kulihat energi Yin di tubuh mumi itu berkurang lebih dari separuh akibat pukulanku, tapi belum benar-benar musnah!
"Bangsat! Dari apa sih barang ini dibuat? Kok kayak Zhao Ritian yang dikutuk jadi besi, mati aja nggak bisa?!"
Kukertakkan gigi diam-diam, cepat-cepat mengganti gerakan tangan sambil melafalkan mantra kedua Lóng Hŭ Qī Shè Yìn:
"Bù pò jīngqì jù níng, píng zhōng wū míng èr yáng mìng! Lóng hǔ qī shè yìn, shè!!" Dengan mantra dan gerakan tangan yang sempurna, sinar kuning di tangan kananku tiba-tiba bertambah. Saat aku menghantam titik vital di dahi mumi jubah naga itu, "Braak!!" – kepala mumi itu hancur berkeping-keping!
Persis seperti balon pecah, tubuhnya terbelah berkeping. Energi Yin pada mumi jubah naga mulai menyebar perlahan, tubuh kering berbalut jubah kerajaan itu pun rebah ke tanah...
Melihat ini, napasku langsung lega. Namun energi Yang di dantianku terkuras habis, seluruh tubuhku lemas tak berdaya hingga langsung berjongkok di tanah.
"Shisan, kamu baik-baik saja?" Qiu Shasha bergegas mendekatiku dengan wajah cemas, matanya masih merah bekas tangisan.
Kugelengkan kepala. Pandanganku beralih ke pria gemuk. Ia masih berdiri di tempatnya, tapi pistol di tangannya sudah turun – mungkin sosok mata merah itu telah pergi.
Kutunjuk ke arah pria gemuk itu:
"Aku akan periksa keadaan pria gemuk." Tarik napas dalam-dalam, kuberdiri perlahan dan melangkah ke arahnya.
“Pria gemuk, pria gemuk?……” Aku dan Qiu Shasha berjalan mendekati pria gemuk itu, sambil terus memanggil namanya. Tapi pria gemuk tetap tidak menjawab, tidak juga menoleh. Dia hanya berdiam di tempatnya seperti patung...
Saat itu, perasaan tidak enak yang sangat kuat muncul di hatiku. Bertukar pandang dengan Qiu Shasha, kami perlahan mendekati pria gemuk yang berdiri kaku di depan.
“Pria gemuk?” Setelah mendekat, kusadari tidak ada Energi Yin di tubuhnya. Kutepuk bahunya sambil memanggil lagi: “Pria gemuk?”
Kali ini sepertinya dia mendengar. Dengan senapan otomatis di tangan, pria gemuk itu perlahan berbalik ke arahku. Sebelum sempat bereaksi, lubang laras senapannya sudah mengarah tepat ke wajahku!
“Shisan! Hati-hati!!” Terdengar teriakan Qiu Shasha dari belakang. Dia mendorongku dengan kedua tangannya. Pada saat bersamaan—kilatan api menyembur, tembakan pun meletus...
