Mendengar penjelasan An Rushuang, aku bertanya lagi: “Rushuang, kau pernah melihat hantu yin ribuan tahun itu? Seperti apa rupanya?” Rasa penasaran dan keraguan menggelayut di hati. Seperti apa sosok hantu yin yang telah bersembunyi ribuan tahun di balik bayang-bayang ini?
“Aku juga belum pernah melihatnya, hanya mendengar cerita tentang dia……” jawab An Rushuang.
“Oh.” Aku menjawab sepatah kata, namun pikiran tak kunjung tenang.
An Rushuang melanjutkan: “Shisan, menurutku Lin Sen dan Lin Muxin sengaja memancing kalian ke sini sebagai jebakan. Dan jenderal Jepang Xiangtian itu, besar kemungkinan bersembunyi di Pegunungan Kunlun.”
Dadaku berdesir: “Xiangtian juga bersembunyi di sini?”
“Ya, sembilan puluh persen iya.” Jawab An Rushuang singkat.
Mendengar ini, hatiku semakin gelisah, dan akhirnya mengerti mengapa Lin Sen dan Lin Muxin menculik Lu Yu. Karena sebelumnya, Xiangtian hampir dihancurkan rohnya oleh Lu Yu dalam pertarungan, jadi pasti dendam kesumat pada Lu Yu, sehingga menyuruh kedua bapak-anak itu menculiknya.
Jika benar demikian, keselamatan Lu Yu sekarang semakin terancam. Bahkan jika Xiangtian tidak membunuhnya, dia pasti akan terus menyiksa Lu Yu. Membayangkan ini, sebilah pisau tak kasat mata seolah mengoyak-ngoyak jantungku...
Di saat yang sama, aku juga semakin khawatir dengan ekspedisi kami ke Gunung Kunlun ini. Meski arwah jenderal Jepang Xiangtian pernah dilumpuhkan oleh Master Lu, kekuatannya sebenarnya tidak kalah dari kelompok kami.
Semakin kupikirkan, semakin gundah hatiku. Tak bisa berbaring untuk tidur, akhirnya kuputuskan keluar tenda mencari udara segar untuk meredakan gejolak perasaan.
Aku benar-benar tak sabar. Andai saja aku punya sayap saat ini, pasti langsung terbang ke puncak Gunung Kunlun untuk menemui Lu Yu dan bertarung habis-habisan dengan Xiangtian si keparat tua itu. Tapi realita tetap realita. Meski menyelamatkan nyawa dalam kondisi darurat, tetap harus melangkah satu per satu tanpa jalan pintas...
Setelah keluar tenda, kuabaikan Xiao Ran yang duduk di dekat api unggun. Kutemukan sudut sepi dan duduk termenung, memandang hamparan tanah luas nan sunyi di sekeliling yang semakin membuat hatiku tenggelam dalam kekhawatiran.
“Shisan, ada satu hal yang ingin kubicarakan sejak lama, tapi takut kamu marah jadi belum kuberitahu.” Suara An Rushuang kembali terdengar dari Giok tepat saat aku duduk.
“Apa itu? Rushuang, silakan katakan, aku tidak marah.” Aku menunduk memandang liontan giok di leherku.
“Menurutku daoshi pria bernama Xiao Ran itu... sepertinya bukan pengkhianat...” An Rushuang berkata padaku.
Mendengar ini, aku tertegun sejenak lalu menoleh ke arah Xiao Ran yang masih duduk di dekat api unggun. “Rushuang, bukankah kau dengar sendiri ucapan-nya di rumah rusak itu dengan mata merah itu? Dia jelas mengkhianati Aliran Longhu, berkomplot dengan hantu yin untuk membunuh kita!”
Setelah diam sejenak, An Rushuang menjawab, “Entah mengapa, intuisi-ku mengatakan Xiao Ran bukan orang jahat. Dia bukan tipe yang mengkhianati teman demi keuntungan.”
“Rushuang... Aku cemburu nih...” Sengaja kubicuarkan canda.
“Hah?? Kalau begitu aku berhenti membahasnya... Mungkin intuisi-ku memang salah.” An Rushuang menyangka serius ucapanku tadi.
Aku tersenyum lalu melanjutkan pada An Rushuang: "Aku hanya bercanda denganmu. Sebenarnya aku juga tidak mau percaya kalau Xiao Ran adalah pengkhianat, tapi aku sendiri sudah melihat dan mendengarnya. Bagaimanapun juga, kita harus tetap waspada terhadapnya." Saat berbicara, sengaja kuredam suaraku serendah mungkin.
An Rushuang mengiyakan, lalu tak berbicara lagi. Baru saat ini kusadari, fajar telah mulai merekah...
Meski sebelumnya An Rushuang bilang Xiao Ran tidak terlihat seperti pengkhianat, tapi di hatiku sama sekali tidak bisa meyakinkan diri sendiri untuk percaya. Nyatanya memang terbentang jelas di depan mataku, dan ada banyak hal mencurigakan dari Xiao Ran.
Sudahlah, untuk saat ini jangan dipikirkan lagi. Selain membuang energi pikiran, tak akan ada kemajuan. Waktu yang akan menjawab segalanya...
Setelah hati tenang, kumanfaatkan sisa kegelapan sebelum fajar menyingsing untuk kembali duduk bersila di tanah. Menggunakan Teknik Pemurnian Diri, kumulai melatih energi Yang dalam tubuh.
Setelah satu siklus latihan, kubuka mata. Qiu Shasha masih belum keluar dari tenda. Kuambil kitab 《Xuan Huang Di Jing》 dan cambuk Tao dari tas ransel.
Pertama kuperhatikan cambuk yang nyaris merenggut nyawaku ini sejenak, lalu kusimpan kembali. Benda semacam ini harus diteliti dulu sebelum digunakan lagi. Benar-benar bisa mematikan!
Sekali lagi membuka kitab 《Xuan Huang Di Jing》 di tangan, sejak aku berhasil melafalkan karakter pertama "" (Zhao) dalam kitab ini, setiap kali aku membukanya kembali, tidak ada satu pun karakter lain yang bisa kukenali. Sebenarnya, rahasia dan kekuatan apa yang tersembunyi di dalam 《Xuan Huang Di Jing》 ini?
Aku mengamati dengan cermat, satu per satu karakter demi karakter, namun selain karakter pembuka "", seluruh isi kitab ini sama sekali asing bagiku. Tanpa sedikit pun kesan yang tertinggal, aku hanya bisa menghela napas dalam hati dan menyimpannya kembali.
Kemudian kuambil sarung tangan yang diberikan Master Qingfeng sebelum kepergiannya dari dalam tas ransel. Sarung tangan putih itu terasa lembut dan dingin saat digenggam. Bahan pembuatnya sulit ditebak, namun aku yakin ini pasti harta karun berharga. Buktinya, Master Qingfeng menyembunyikannya dengan sangat hati-hati dan memberikan dengan ekspresi khidmat.
Tapi fungsi sarung tangan ini tetap menjadi misteri. Dipenuhi rasa ingin tahu, kukenakan perlahan di tangan kanan. Selain sensasi dingin yang merambat, tak ada efek lain yang terasa...
Kucoba memusatkan energi Yang ke tangan kanan. Tiba-tiba suara Qiu Shasha menggema dari arah tenda:
"Zuo Shisan, ayo bereskan tenda! Kita harus segera melanjutkan perjalanan."
“Baik, datang!” Setelah mendengar suara Qiu Shasha, aku terpaksa menghentikan eksperimen sarung tangan ini, melepasnya, memasukkannya ke dalam tas yang kubawa, lalu berlari ke arah tenda.
Merapikan tenda, mengubur api unggun dengan tanah, masing-masing memanggul perlengkapan, menentukan arah yang tepat, lalu mulai berjalan.
Meskipun peralatan ekspedisi yang disiapkan Qiu Shasha kali ini sangat bagus dan lengkap, tetapi saat berjalan di lembah kematian ini, aku masih merasa sangat kekurangan rasa aman.
Perjalanan ini tidak mudah, dan di tengah lembah angin mulai bertiup, tapi rombongan kami tetap berhasil mencapai kaki tebing sesuai rencana. Berdiri di bawah tebing curam ini, aku menengadah ke atas, perasaan tak berdaya memenuhi seluruh tubuhku.
Tebing ini terlalu curam dan tinggi, tanpa titik tumpu sama sekali. Hampir mustahil untuk memanjatnya dengan tangan kosong.
Qiu Shasha juga menyadari hal ini. Setelah berdiri diam sejenak, dia berkata kepada kami untuk beristirahat di tempat dulu, makan sesuatu mengisi perut, baru kemudian memutuskan apakah akan memanjat atau berputar.
Setelah makan, stamina semua orang sudah pulih cukup. Saat aku menunggu Qiu Shasha membuat keputusan, Xiao Ran tiba-tiba mendekatinya dan berkata, “Nona Qiu, dengan kondisi saat ini, mustahil bagi kita untuk memanjat tebing di depan. Jika dipaksakan, risikonya sangat besar. Saya sarankan kita berputar melewati tebing curam ini untuk memasuki Gunung Kunlun.”
“Nona Qiu, jangan dengarkan dia! Anak ini seperti musang yang memberi hormat pada telur - pasti punya niat jahat. Kita tak boleh ikuti sarannya, dia sedang menggali lubang untuk menjebak kita!” Pria gemuk itu panik, bangkit dari tanah dan menatap Qiu Shasha.
Qiu Shasha menoleh memandang tebing curam di belakangnya, tersenyum getir: "Pria Gemuk, kalau tidak memutar, yakin bisa memanjat itu?"
