Di bawah sorotan senter kuat dari kami berempat, jelas terlihat dua mayat berdiri di masing-masing sisi jalan!
Saat jelas melihat empat jenazah itu, tubuhku gemetar. Dingin menusuk dari kaki merambat hingga ke ubun-ubun, menimbulkan perasaan ngeri dan takut yang tak terkatakan - aneh, tapi nyata...
Padahal setelah melalui banyak pengalaman, mayat biasa takkan membuatku seperti ini. Tapi empat jenazah di depan mata ini benar-benar mengerikan! Kami berempat membeku di tempat saat melihatnya.
Dulu, tak pernah terbayangkan dalam seumur hidup akan menyaksikan pemandangan seperti ini!
Karena di depan mata kami, keempat mayat itu berdiri tegak di tempat, menghadap ke arah kami. Di leher mereka, ternyata tidak ada kepala! Tidak adanya kepala sebenarnya tidak menakutkan, yang mengerikan adalah kepala keempat mayat itu justru terselip di dalam perut mereka sendiri!
Empat kepala yang tertanam di perut mayat-mayat itu sama sekali tidak membusuk atau mengering. Di wajah mereka masih terlihat kulit dan daging, namun jelas mereka bukan orang yang baru saja mati.
Pasalnya, tubuh mereka mengenakan pakaian sutra bergaya kuno. Dari bentuk tubuh dan pakaiannya, mereka tampak seperti perempuan. Meskipun baju sutra itu sudah tertutup debu, aku masih bisa melihat sulaman hiasan di bawah sorotan senter kuat: di dada terdapat pola wajah binatang dengan latar merah, diselingi warna kuning dan hitam. Yang lebih menyeramkan, di bagian perut baju sutra itu sengaja dipotong, memperlihatkan perut mayat yang di tengahnya tertanam sebuah kepala manusia!
Sebenarnya tempat apa gua ini? Bagaimana mungkin ada jenazah perempuan tanpa kepala dari zaman kuno yang tidak membusuk? Tunggu, bukan tanpa kepala - kepala mereka sendiri tersimpan di dalam perut masing-masing. Begitu terpikir ini, perutku langsung mual bukan main.
Setelah melihat empat mayat yang sangat menyeramkan dan aneh ini, aku butuh waktu cukup lama untuk tenang. Aku segera mengalihkan pandangan dari empat mayat yang mengerikan itu, lalu menoleh ke pria gemuk yang berdiri di sampingku. Dia juga terkejut oleh mayat-mayat itu, matanya terpaku menatap dengan mulut menganga...
Melihat ini, aku segera mengulurkan lengan dan mendorong pria gemuk itu sambil bertanya: "Gemuk, takut ya?"
"Eh?? Shixiong, barusan kamu bilang apa?" Pria gemuk itu baru sadar setelah kudorong, menatapku bertanya. Jelas, dia tidak mendengar ucapanku tadi.
"Kulihat tadi mulutmu menganga lebar, kukira kau jadi idiot ketakutan sama mayat-mayat ini." Sengaja kujail dia. Saat ini, aku sangat butuh omongan besar pria gemuk ini untuk meredakan perasaan aneh yang baru saja kurasakan.
Untuk pertama kalinya, aku merasa bahwa berbicara besar terkadang bisa menjadi hal yang menyenangkan. Setidaknya, saat ini aku sangat ingin mendengar pria gemuk ini membual.
Benar saja, begitu mendengar ucapanku, pria gemuk itu menatapku dengan mata lebarnya yang membelalak:
"Shixiong, barusan kamu bilang apa? Aku takut?! Bukan Pangye yang ngomong asal-asalan sama kamu. Kata 'takut' itu nggak pernah ada di kamus hidup Pangye. Jangankan cuma beberapa mayat ini, bahkan kalau si keparat tua Xiangtian jenderal Jepang itu dateng sekalipun, Pangye juga nggak bakal kedip! Pasti kita tunjukkin semangat revolusi anti-Jepang, tembak sekali langsung pecah kepalanya! Kalau nggak punya mental sekuat gunung Tai runtuh di depan mata tetap tenang, atau rusa lewat di samping tetap nggak melirik, berani nggak sih Pangye jualan kemampuan di luar?!" Setelah ngomong, pria gemuk itu sengaja melepas senapan otomatis dari punggungnya.
Gara-gara omongan lebay pria gemuk itu, perasaan tertekanku pelan-pelan mulai reda. Pas aku mau putar badan buat nanya ke Qiu Shasha tentang para mayat aneh ini, tiba-tiba semburan asap hitam pekat menyembur keluar dari leher para mayat itu!
Bersamaan dengan munculnya Energi Mayat ini, beberapa jenazah itu mulai membusuk dan mengembang. Energi Mayat yang terakumulasi sulit menghilang, memanfaatkan gas konstan ini, jasad almarhum tetap terjaga dalam kondisi setelah energi mayatnya habis. Terpapar udara luar, otot-otot seluruh tubuh mayat mengerut persis seperti mayat hidup, langsung bergerak seketika. Empat mayat sekaligus melangkah ke arah kami, lalu berhenti mendadak.
Perubahan mendadak ini membuatku kaget, segera merogoh saku dan mengeluarkan Fu Pengusir Enam Jia, bersiap menyerang duluan. Dengan teriakan halus, kulekatkan pada salah satu mayat!
Bersamaan, bayangan manusia melesat menghalangiku.
"Shisan, jangan bertindak dulu. Keempat mayat itu ada yang aneh." Suara Qiu Shasha.
Mendengarnya, aku segera berhenti. Memegang kertas jimat, bertanya bingung: "Pasti ada yang salah! Kalau normal, mana mungkin bisa bergerak tadi?!"
Qiu Shasha tak menjawab, malah memberi isyarat diam agar aku tak berisik.
Bau busuk mayat hitam menyengat di sekeliling. Kami berada di arah angin bawah, meski menutup hidung tetap tak tahan.
Pria gemuk di samping tiba-tiba berkomentar sambil menutup hidung: "Neneknya brengsek! Mayat kok sebusuk ini? Baru keluar dari septic tank?!"
"Tapi sebelum sempat kuperhatikan lebih detail, angin bertiup. Pakaian sutra di mayat-mayat itu pertama-tama terkoyak, jatuh ke tanah bersama debu. Lalu kulit mayat mulai menyusut dan mengerut dengan cepat. Warna mayat berubah dari putih ke hijau kehitaman, dalam sekejap berubah menjadi abu. Seketika itu juga, dari luar ke dalam, lapis demi lapis hancur menjadi debu hitam. Sisa tulang-belulang yang terserak di tanah tak lagi berbentuk, jiwa dan raga lenyap menjadi debu sejarah.
Hanya empat kepala bulat yang berguling-guling di antara debu hitam itu, dengan seragam namun menyeramkan menghadap ke kami. Tidak membusuk, tidak ikut menjadi debu seperti badan mayatnya, tetap utuh seperti semula...
Melihat ini, hatiku dipenuhi kebingungan sekaligus muncul firasat buruk. Kelopak mata kananku tiba-tiba mulai berkedut sendiri.
"Bahaya! Cepat lari!!" Tiba-tiba Xiao Ran yang selama ini diam bersuara mengingatkan kami. Tepat saat ucapannya habis, keempat kepala mayat yang berguling di tanah itu tiba-tiba membuka mulut tanpa tanda-tanda.
Kaget, aku segera fokus memperhatikan kepala itu. Tapi yang mengejutkan, sama sekali tidak ada Energi Yin di keempat kepala tersebut.
Artinya, mayat-mayat ini tidak mengalami mutasi mayat.
“Jangan lihat lagi, lari cepat!” Saat itu, Qiu Shasha kembali mengingatkanku. Di situasi genting ini, aku dan pria gemuk pun tak ragu lagi. Kami mengikuti di belakang Qiu Shasha dan Xiao Ran, lalu berlari secepat mungkin.
Namun baru beberapa langkah berlari, tiba-tiba kudengar suara "sha sha sha" aneh dari belakang yang membuat kulit kepalaku merinding.
Tak tahan untuk menoleh, seketika kulihat sekumpulan besar serangga hitam-coklat tak dikenal sedang membanjir keluar dari mulut keempat kepala manusia itu!
Melihat ini, dalam hati kutumpahkan makian. Tempat sialan apa ini?! Kenapa di dalam kepala mayat ada begitu banyak serangga?!
"Dasar kelinci sialan! Pria gemuk, cepat lihat ke belakang! Sekelompok 'paman'-mu sedang mengejar kita!" Teriakku sambil berlari ke arahnya.
Mendengar teriakanku, si pria gemuk menoleh. Karena mengidap fobia kerumunan, saat melihat gerombolan serangga hitam-coklat yang padat keluar dari mulut kepala manusia, hampir saja ia mengompol. Dengan wajah pucat ia membentak: "Zuo Shisan, dasar kurang ajar! Itu 'paman'-mu yang di belakang!!"
Sementara kami saling memaki, Qiu Shasha tiba-tiba berhenti. Dengan cepat ia mengeluarkan dua lembar kertas jimat dari tubuhnya, menjepitnya di antara dua jari, dan mulai melantunkan mantra dengan cepat:
“Bertahan hidup lindungi diri, kebijaksanaan jernih tenang, kewarasan damai, tiga hun abadi, tak kehilangan jiwa, segera patuhi perintah! She!!” Begitu Qiu Shasha menyelesaikan mantra, dua kertas jimat di tangannya langsung terbakar.
Bersamaan itu, Qiu Shasha melemparkan dua kertas jimat itu ke tanah. Tiba-tiba api membesar dengan cepat, menyebar di tanah. Hanya dalam sekejap, kobaran api telah memutus jalan belakang gua ini.
Menghentikan gerombolan serangga hitam-coklat aneh yang mengejar kami dari belakang di seberang kobaran api...
