Begitu Qiu Shasha menghindar, sebelum naga ular itu bergerak, ia kembali mengibaskan bendera di tangannya sambil berteriak lembut:
“Lima Yang Mengkristal Api, Tiga Api Menerangi Niat! She!!”
Saat mantra Taois ini diucapkan Qiu Shasha, bola api yang lebih besar dari sebelumnya melesat menghantam tubuh naga ular itu.
Naga ular di kolam darah membuka mulut lebar, menyemburkan pilar darah lain yang bertabrakan dengan bola api. Suara "Czzt... Czzt..." terdengar, diikuti kepulan asap putih.
Aroma amis darah terbakar menyebar di udara, membuatku mual. Entah dari mana darah di kolam itu berasal, dan darah makhluk apa gerangan.
"Lawan pandangan sekarang Qiu Shasha yang berdiri di tanah, melihat situasi ini, sudut bibirnya naik sedikit, tangan kirinya kemudian melambai lagi, mulutnya cepat berucap: 'Lima Yang mengkristal api, Empat api menerangi bendera (jing)! She!!' Sekali lagi bola api besar terbang dari bendera, menghantam sisi tubuh ular naga itu.
"Braak!! Creek~!" Bola api tepat menghantam tubuh ular naga itu, nyala api menyala-nyala. Meski berjarak lebih dari sepuluh meter, aku masih merasakan panas yang menyengat di wajah. Ini membuktikan betapa dahsyatnya panas bola api yang dikeluarkan dari bendera Qiu Shasha!
Ular naga itu setelah terkena bola api, tubuh hitam-coklat besarnya terus menggeliat di kolam, percikan air kemana-mana, postur tubuhnya yang terpelintir menunjukkan penderitaan luar biasa. Seiring geliatannya, angin dingin mistis muncul lagi di udara, berhembus ke arah tubuhnya.
Tapi nyatanya api kali ini jelas lebih besar dari pertama. Aku bisa melihat jelas, api yang membakar tubuh ular naga itu mengandung energi Yang yang sangat kuat. Hanya dengan ini, aku yakin angin Yin takkan mampu memadamkannya.
Benar saja, setelah hembusan angin dingin itu, api yang membakar tubuh ular naga tetap menyala tanpa tanda-tanda akan padam!
"Sedangkan ular naga yang berada di kolam itu sepertinya tidak tahan dengan api yang terus membakar tubuhnya. Tubuh besarnya bergoyang ke satu arah lalu menyelam ke dasar kolam dengan cepat!"
"Creek~!!" Percikan air besar muncul, sementara gelembung dan uap putih terus-menerus keluar dari permukaan kolam. Ular naga itu langsung melesat kembali ke kolam darah, berusaha memadamkan api di tubuhnya dengan air darah.
"Dasar... sialan, si brengsek itu tidak bodoh juga, tahu air bisa memadamkan api!" Kata pria gemuk sambil memandang uap yang mengepul dari air, baru menyadari situasi.
Aku melirik ke arah Qiu Shasha dan bertanya, "Qiu Shasha, ular naga ini sebenarnya makhluk apa? Kenapa begitu besar? Apa bedanya dengan ular sanca?"
"Ada. Ular sanca hanya ular besar biasa. Tapi ular naga berbeda, mereka sudah memiliki spiritualitas. Lihat tanduk tunggal di kepalanya? Itu bukti kegagalannya berubah menjadi naga. Jika berhasil, akan tumbuh enam cakar, dua tanduk, kumis, dan bisa terbang ke langit sebagai naga sejati!" Qiu Shasha mengusap keringat di dahinya. Dari pipinya yang kemerahan, kelihatan jelas bahwa ritual "Lima Yang Memadatkan Api" tadi menyedot banyak tenaga dan energi Yang-nya.
“Ternyata begitu, apakah naga benar-benar ada di dunia ini?” Aku bertanya sambil menatap kembali ke arah kolam darah itu.
“Aku juga tidak tahu, yang jelas aku belum pernah melihatnya.” Qiu Shasha berkata padaku.
Saat ini, kolam darah itu perlahan tenang, dan ular naga itu sepertinya tidak berniat keluar lagi, permukaan air sama sekali tidak bergelombang.
Mungkinkah tadi dia ketakutan setelah dipukul Shasha? Tidak berani muncul lagi?
Baru saja pikiran ini muncul di hatiku, tiba-tiba sebuah pilar air menyembur dari kolam darah. Ular naga itu meluncur keluar mengikuti pilar air, langsung menerjang ke arah Qiu Shasha!
Melihat ini, Qiu Shasha tidak panik. Tubuhnya bergerak lincah menghindar, lalu berlari ke arahku. Sebelum sempat kuberkata, dia langsung menggenggam tanganku dan menggigit jari telunjukku.
Saat rasa sakit menyergap, Shasha mengoleskan darah dari jariku ke bendera kecil di tangannya. Dengan mengibaskan bendera itu, dia berseru keras: "Lima Yang memadatkan api, lima api menerangi langit-bumi! Jíjí rú lǜ lìng (Segera patuhi perintah)! She (Pengusiran)!!" Begitu mantra selesai, nyala api merah tiba-tiba membara di bendera tersebut. Sebuah bola api merah melesat keluar, terbang menuju ular naga!
Bola api itu dipenuhi energi Yang yang sangat pekat!
"Aku yang berdiri di samping Qiu Shasha, melihat dengan jelas bola api melesat keluar. Bendera di tangan Qiu Shasha langsung berubah menjadi abu hitam yang beterbangan jatuh ke tanah."
"Bola api merah ini tidak hanya cepat, tapi juga membesar tertiup angin. Dalam sekejap sudah mencapai setengah meter, lalu menghantam keras tubuh ular naga itu."
"Ular naga itu tampak mulai takut pada bola api Qiu Shasha. Dengan gerakan menggeliat, ia berusaha kembali menyelam ke dalam kolam."
"Tapi ia meremehkan kecepatan bola api. Sebelum tubuhnya menyentuh air, bola api merah itu sudah menghantamnya. Cahaya api meletus bagai kembang api raksasa yang menyebar ke segala penjuru."
"Seluruh aula tiba-tiba terang benderang. Panas yang tak tertahankan memenuhi udara, bahkan tercium aroma daging terbakar yang menyengat..."
"Qiu Shasha yang baru saja menggunakan jurus terakhir Lima Yang Api Padat, tubuh mungilnya gemetar lemah. Ia mundur selangkah lalu terjatuh ke lantai."
"Melihat ini, aku segera melompat ke depan. Tanganku menyambar tubuh Qiu Shasha yang hendak terjatuh."
"Qiu Shasha, kenapa denganmu?" tanyaku cemas sambil memandang wajah pucatnya.
"Mendengar suaraku, Qiu Shasha membuka sedikit matanya yang setengah tertutup. Ia memandangku dan berkata:
“Shisan, aku sangat lelah...”
“Kalau leleh istirahatlah baik-baik...” Aku menatap Qiu Shasha sambil berkata.
“Shixiong, hati-hati! Itu menuju ke arah kalian!!” Di saat bersamaan, suara pria gemuk tiba-tiba terdengar. Begitu ucapannya selesai, suara tembakan langsung terdengar.
Mendengar peringatan pria gemuk, tanpa sempat menoleh ke belakang, langsung kupeluk erat Qiu Shasha yang terbaring di tanah. Dengan lompatan gesit, kami menghindar. Seketika kurasakan hembusan angin kencang menerpa punggungku.
Sesaat setelah mendarat, kulihat ke belakang. Ular naga itu ternyata telah merayap keluar dari kolam darah. Kepalanya yang besar menghantam tepat di posisi kami sebelumnya. Gaya pukulannya yang dahsyat membuat lempengan giok di tanah remuk berhamburan.
Tubuh raksasanya masih membara dalam kobaran api merah. Suara gemeretak dan aroma gosong memenuhi udara. Namun ular naga itu bahkan tak peduli api yang membakar tubuhnya. Ia nekad merangkak keluar dari kolam darah demi memburu nyawa Qiu Shasha. Rupanya kebenciannya padanya telah mencapai puncaknya.
Niat membunuhnya begitu menggebu, sampai-sampai ia mengabaikan luka di tubuhnya sendiri. Keinginan untuk segera membinasakan Qiu Shasha membuat ular naga itu kini hampir kehilangan akal sepenuhnya.
Apapun jenis hewan, begitu menjadi gila, semuanya sangat menakutkan. Mereka tidak hanya tidak peduli nyawa sendiri, tapi juga akan merebut nyawa musuh!
Melihat ular naga itu mengejar lagi, aku melompat beberapa kali sambil membaringkan Qiu Shasha yang sudah sangat lemah di belakang sebuah pilar batu, lalu mengeluarkan Pisau Naga Lilin dan Burung Feniks dari tas ransel.
Sepanjang hidupku yang selalu diselimuti kegelapan, selama ini dilindungi berbagai orang, hampir lupa sumpah masa muda untuk hidup sepenuhnya. Setelah mengalami begitu banyak hal, baru sekarang aku paham: untuk bertahan hidup tanpa terus dilindungi orang lain, pertama-tama harus memiliki nyali!
Dengan tekad ini, tangan kiriku menggenggam erat sementara tangan kanan membentuk gerakan tangan Lóng Hŭ Qī Shè Yìn, berjalan menyongsang ular naga yang sedang melesat mendekat...
Satu kata: GASSS!!!
