Sepasang mata merah darah ular naga itu menyipit melihat kami. Tubuhnya berkelok pelan, kepala raksasanya menunduk tajam menyambar ke arah kami dengan kecepatan mengerikan.
“Pria gemuk cepat berguling minggir!!” Aku berteriak, langsung berguling ke samping. Di sebelah tubuhku terdengar ledakan keras disertai pecahan batu giok beterbangan menghujam tubuhku. Satu pecahan tajam tepat menancap di bahuku.
Rasa sakit menusuk membuat seluruh tubuhku gemetar. Kutengok cepat - untung tidak banyak darah. Aku menggigit gigi, tak sempat mencabut pecahan giok di bahu, langsung bangkit dan berlari menerjang ular naga itu!
Melihatku mendekati tubuhnya, ular naga itu berbalik cepat. Ekornya mengayun horizontal menghantam pinggangku dengan dahsyat!
Masih trauma dengan ekornya, sejak awal aku sudah waspada. Begitu melihat tubuh raksasanya bergerak, langsung kusadari ekor ular itu sedang menyapu ke arahku.
Tubuhku meloncat ke depan, terjatuh telungkup. Ekor ular itu menyapu tepat di atas kepalaku. Meski dada sesak akibat benturan keras dengan tanah, masih lebih baik daripada terkena hantaman ekor itu lagi. Jika sampai kena sekali lagi, sisa separuh nyawaku ini pasti hilang...
Setelah menghindari ekor ular, aku tak berani berlama-lama. Segera bangkit dari lantai batu giok, berlari beberapa langkah ke depan menuju ular naga itu. Mengangkat tangan kanan dan menghantam keras bagian tertentu di perut ularnya.
"Braak! Pu~!!" Dengan suara keras, tangan kananku langsung menembus masuk ke dalam perut ular naga itu. Kali ini lukanya jauh lebih besar dibanding sebelumnya. Darah merah terus mengalir dari luka itu menyusuri lenganku.
Melihat situasi ini, hatiku tetap waspada. Cepat menarik tangan kanan dari perut ular naga dihadapanku ini, bersiap untuk memberikan pukulan lagi.
Tapi tepat di saat itu, aku merasakan hembusan angin bau busuk dari belakang. Kucepat menoleh - kepala ular raksasa itu sedang menganga dengan mulut berdarah, kembali menyerangku!
Tanpa sempat berpikir panjang, aku ingin menghindar. Tapi tiba-tiba sebuah ide nekat dan sangat berisiko melayang keluar dari dalam hatiku.
Tubuh yang baru saja melompat satu langkah tiba-tiba berhenti.
Jangan bergerak!
Aku menggigit bibirku erat-erat, tetap berdiri di tempat sesaat lebih lama. Kepala ular raksasa itu langsung menerjang mendekatiku, hampir menyentuhku! Saat ini juga! Melihat momentum yang tepat, tubuhku tiba-tiba berjongkok ke tanah.
Karena inersia yang besar, ketika tubuhku berjongkok menghindar, kepala ular raksasa itu tak bisa menghentikan serangannya. Kepalanya yang besar itu justru menabrak bagian tubuhnya sendiri yang masih terluka.
Seketika ular naga itu terjatuh tertimpa kepalanya sendiri, mengeluarkan jeritan menusuk yang membuat kedua telingaku berdengung, hampir saja memecahkan gendang telingaku!
Tapi justru di saat ini, hatiku tiba-tiba menjadi tenang. Semua ketakutan sebelumnya telah terlupakan. Satu-satunya pikiran yang tersisa adalah menyembelih ular naga itu.
Di momen genting ini, mana mungkin aku melewatkan kesempatan emas "serang saat lemah, habisi nyawanya"?! Tanpa pikir panjang, refleks aku langsung berlari menuju tubuh ular naga yang roboh itu.
"Seperti kata pepatah pukul ular di tujuh inci, jadi setelah aku lari ke samping tubuh ular naga itu, langsung mengelak dari badan panjangnya yang kekar, lari ke bawah kepala ular naga ini, tepat di leher bagian tujuh inci. Memanfaatkan momennya masih terbaring bingung di tanah, aku mengerahkan seluruh tenaga dan mengayunkan tangan kanan sekuat mungkin menghantamnya.
"Pu~!!" Semprotan darah merah segar menyembur dari tubuh ular naga itu. Bersamaan, tubuh ular itu mulai bergetar hebat. Kepala besarnya tiba-tiba terangkat dari tanah, sepasang mata merah darah menatapku tajam, mulut lebar terbuka menyergap untuk menggigitku!
Kali ini serangannya sangat cepat dan jaraknya sangat dekat, sama sekali tak memberiku kesempatan atau waktu untuk menghindar. Sial! Akhirnya aku benar-benar akan tewas...
Dalam hati aku pasrah, mata langsung tertutup putus asa. Di telinga seolah kudengar jeritan Qiu Shasha.
……
......"Boom!!" Suara ledakan menggema, lalu kurasakan angin dingin menyapu dari bawah kakiku. Aku tidak apa-apa? Dengan perasaan heran, kubuka mata lebar-lebar. Pemandangan di depan langsung membuatku terkejut!
"Karena di hadapanku, kurang dari satu meter, sepasang mata ular berwarna merah darah yang penuh kebencian dan energi Yin sedang menatapku tajam. Setelah melihatnya, aku ketakutan dan mundur beberapa langkah, baru kemudian menyadari bahwa itu adalah kepala ular naga yang jatuh ke lantai batu giok.
Perlahan, kedua mata merah darahnya mulai menutup. Sebelum benar-benar terpejam, aku bisa melihat dengan jelas ketidakrelaan dalam pandangannya. Begitu matanya tertutup, tubuh ular raksasa itu tergulung di tanah, tak bergerak sama sekali...
Menyaksikan ini, aku tidak terburu-buru mendekat karena khawatir ada jebakan. Aku mengumpulkan sisa energi Yang yang sedikit di mataku, memandang ke arah ular naga itu. Kulihat energi Yin pekat yang menyelimuti tubuhnya perlahan menghilang - benar-benar mati.
Rupanya seranganku ke titik lemahnya sebelumnya benar-benar keberuntungan buta, tepat mengenai sasaran.
Baru sekarang napasku lega. Memandang tubuh ular yang sudah mati itu, lututku gemetar. Aku duduk di tanah sambil terengah-engah.
"Hei pria gemuk, ular naganya sudah mati. Kamu di mana?" Baru sekarang aku ingat bahwa pria gemuk itu tadi selalu mengikutiku, tapi sekarang tidak terlihat - ini tidak wajar.
Ucapan ku menggantung di udara. Setelah beberapa saat, tak ada yang menjawab.
"Pria gemuk?..." Kunaikkan volume suaraku, memanggil lagi sambil menoleh ke arah sebelumnya.
"Lalu aku melihat pria gemuk memegang erat senapan otomatis, tertelungkup di tanah, bagaikan mayat..."
Saat itu, suara lemah Qiu Shasha dari samping pun terdengar:
"Shisan, lihat apa pria gemuk itu kenapa? Aku lihat dia jatuh ke tanah tadi, sejak itu tidak bangun-bangun."
"Aku melihatnya." Balasku pada Qiu Shasha sambil menarik napas dalam dan bangkit berdiri, lalu melangkah pelan ke arah pria gemuk.
Sampai di dekatnya, kugetarkan lengan pria gemuk pelan-pelan. Sudah kupanggil beberapa kali tak ada respon. Jantungku berdebar kencang! Kusecepatnya membalikkan tubuhnya, kutetapkan tangan di bawah hidungnya - syukurlah, masih bernafas!
Tak ada luka di tubuhnya. Rupanya saat jatuh tadi, kepalanya terbentur hingga pingsan.
Tapi hatiku tetap khawatir. Benturan di kepala bisa jadi sepele, tapi juga berbahaya - bisa-bisa gegar otak.
Kutekan kuat titik renzhong di bawah hidungnya. Tak lama, pria gemuk terengah-engah keras, matanya terbuka lebar.
Melihatku, tubuhnya melonjak bangun dari tanah. Dengan wajah waspada ia berteriak: "Shixiong! Ular naga itu mana?! Goblog, dasar paman sialan! Tadi hampir saja nyawaku melayang!!"
"Hm, masih bisa memaki, sepertinya tidak ada masalah serius..."
"Mati." Aku berkata sambil menunjuk ke arah bangkai ular naga di belakang pria gemuk itu.
"Mati?!" Pria gemuk itu menoleh penuh curiga ke belakang setelah mendengar ucapanku. Setelah lama memandang, ia kembali menatapku dengan nada tak percaya: "Shixiong, apakah kau sendiri yang membunuh ular naga itu? Atau jangan-jangan Shao Rushuang yang muncul membantu?"
Begitu mendengar pria gemuk menyebut nama An Rushuang, hatiku langsung terasa berat. Ke mana perginya dia? Apakah dia masih ada di dalam giok itu?
Aku... sungguh sangat khawatir...
