Mendengar ejekan pria gemuk, Qiu Shasha tak marah. Malah menoleh padaku serius: "Shisan, cepatlah duduk bersila dan gunakan Teknik Pemurnian Diri untuk memulihkan energi Yang di dantianmu. Sebentar lagi pasti ada makhluk menyebalkan muncul."
Peringatan Qiu Shasha mengingatkanku pada kejadian tadi dan tulisan di dinding: "Mumi menitikkan air mata, naga bangkit dari kolam, peti mati terkunci jadi tanah, penyerbu pasti binasa."
Sampai sekarang, mumi ini juga meneteskan air mata, "naga" ular jiao itu juga sudah keluar dari kolam, kalau begitu, ritual "peti mati terbuka dan tanah terurai" ini kemungkinan besar akan segera muncul, benarkah seperti tulisan di dinding "peti mati terbuka tanah terurai, penyerbu pasti binasa?".
Lalu apa sebenarnya arti dari "peti mati terbuka dan tanah terurai"? Jangan-jangan masih ada zombie atau mumia yang akan melompat keluar dari peti mati di aula ini untuk mempertaruhkan nyawa dengan kita?
Memikirkan ini, aku segera berdiri dan mengamati sekeliling. Meski aula ini luas, pandanganku jelas: meski megah dan mewah, tidak ada satu pun peti mati di sini...
Lupakan dulu ini semua, lebih baik duduk bersila melatih energi Yang tubuh sendiri. Bersiap-siap lebih awal takkan merugikan.
Setelah itu, aku memberi tahu Qiu Shasha dan pria gemuk, lalu mulai duduk bersila mempraktikkan Teknik Pemurnian Diri untuk memperkuat energi Yang.
Qiu Shasha juga ikut duduk bersila berlatih. Energi Yang di tubuhnya sudah habis terkuras, kini dia sangat lemah. Tinggal pria gemuk yang duduk sendiri sambil merokok, berjaga-jaga untuk kami berdua.
Seiring berjalannya waktu, sebelum satu siklus latihan selesai, tiga kata "An Rushuang" tiba-tiba muncul di pikiran, membuatku tak bisa tenang dan fokus.
Di mana dia sekarang? Jika berada di dalam Giok, mengapa tidak keluar? Jika sudah pergi, ke mana? Kekhawatiran yang berlebihan membuat pikiran kacau. Saat ini, setiap kali aku memikirkan An Rushuang, hatiku seperti benang kusut yang semakin membuatku gelisah.
Tanpa sengaja aku menghela napas, namun ditangkap oleh Qiu Shasha yang peka. Dia menarik napas panjang lalu bertanya, "Shisan, ada masalah apa? Ada yang mengganggu pikiran?" Qiu Shasha paham bahwa selama latihan energi Yang, konsentrasi tidak boleh terpecah. Karena itu, desahanku tadi membuatnya menyadari keanehan dalam diriku.
Aku membuka mata, tersenyum paksa pada Qiu Shasha. "Tidak ada masalah. Fokuslah pada latihan energi Yangmu. Keselamatan aku dan pria gemuk dari tempat ini mungkin bergantung padamu."
Qiu Shasha tetap mendesak, "Shisan, lebih baik ungkapkan isi hatimu daripada dipendam. Mungkin kami bisa membantu."
Mendengar perkataannya, aku merenung sejenak lalu memutuskan untuk tidak membocorkan "hilangnya" An Rushuang saat ini.
Karena di relung hatiku ada area terlarang yang tak boleh tersentuh. Jika tersentuh, seluruh duniaku akan runtuh berantakan!
“Mungkin An Rushuang selama ini tidak pergi ke mana-mana, mungkin dia sedang berlatih di dalam giok. Zuo Shisan, jangan terlalu banyak berpikir, seharusnya kita mempercayainya.” Setelah pikiran ini muncul, saya menatap Qiu Shasha dan berkata: "Qiu Shasha, benar-benar tidak ada masalah."
Mendengar perkataanku, Qiu Shasha hendak mengatakan sesuatu lagi tiba-tiba alisnya berkerut. Karena pernah mengalami situasi hidup mati bersama, kami saling memahami. Saat melihat ekspresi Qiu Shasha ini, saya langsung menyadari: pasti ada sesuatu yang akan datang!
Sebelum sempat bertanya, bau busuk menyengat yang sangat menusuk hidung tiba-tiba muncul entah dari mana. Aroma ini membuat perutku langsung mual.
"Dasar kelinci sialan! Bau apa ini?" Aku menutup hidung dan tak tahan bertanya.
Pria gemuk itu juga menutup hidung dengan lengannya sambil berkata padaku: "Apa ada mayat yang muncul?" Sambil bicara, matanya terus memandang ke sekeliling.
Persis di saat itu, Qiu Shasha yang sedang bersila di lantai tiba-tiba berteriak pada kami: "Cepat lihat! Sepertinya ada sesuatu yang keluar dari kolam itu!"
Mendengar suara Qiu Shasha, kami segera menatap ke arah kolam darah di tengah aula. Benar saja, sekarang di permukaan kolam berisi cairan merah itu mulai muncul gelembung-gelembung uap panas yang terus menerus. Di antara uap putih itu, terlihat jelas energi Yin hitam pekat yang menyelimuti!
Pada saat yang sama, air berwarna merah darah di kolam itu perlahan mulai berubah menjadi hitam pekat seperti tinta. Bau busuk yang kami cium tadi ternyata berasal dari kolam yang mulai berubah warna ini! Benar-benar ada energi Yin jahat yang akan keluar dari kolam tersebut!
Melihat pemandangan ini, jantungku berdebar kencang dan tubuhku langsung menggigil. Akhirnya datang juga yang kami takutkan. Sebelumnya, ular naga raksasa yang muncul dari kolam itu hampir membuat kami bertiga tewas di tempat.
Kali ini makhluk apa lagi yang akan muncul?!
Detak jantungku mulai meningkat. Seiring dengan semakin banyaknya gelembung udara yang muncul di permukaan kolam, jantungku berdetak semakin kencang. Kulihat pria gemuk di sampingku, kondisinya tidak lebih baik dariku. Kedua tangannya mencengkeram erat senapan otomatis, matanya tak berkedip memandangi kolam yang sedang bermutasi itu. Butiran keringat memenuhi dahinya.
Persis di saat itu, tiba-tiba kurasakan gelang yang selalu kupakai di pergelangan tangan kiri bergerak sendiri. Aku segera menunduk untuk memeriksanya, tapi gelang hitam itu masih terlihat sama seperti biasa tanpa perubahan...
Mungkin tadi hanya halusinasiku?
"Splash~!!" Suara air yang bergolak terdengar dari kolam. Sebuah peti mati transparan muncul mengambang dari cairan hitam pekat itu.
Dari kejauhan, hanya terlihat bayangan hitam samar-samar di dalam peti mati transparan itu, tidak jelas bentuk aslinya.
"Brak!" Suara keras tiba-tiba terdengar di belakang kami, membuatku kaget. Aku segera menoleh dan melihat gadis kecil tak membusuk yang sebelumnya diikat Qiu Shasha di pilar batu itu kini berlutut di tanah. Tali merah masih membelit tubuhnya, kertas jimat juga tetap menempel di titik vital di dahinya. Bagaimana mungkin dia bisa berlutut?
Belum sempat kupahami, bayangan hitam tiba-tiba melesat dari suatu tempat dan langsung menerjang pria gemuk di sampingku dengan kecepatan luar biasa!
"Hati-hati!!" Tak sempat menghalangi, aku hanya bisa berteriak memperingatkannya.
Mendengar teriakanku, pria gemuk itu menoleh ke arahku. Di saat lengah itu, bayangan hitam sudah menyambarnya. Jeritan menderita pecah saat tubuhnya terlempar ke belakang.
"Xiao Ran?! Bajingan!!" Api amarah membara saat kusadari penyerang itu adalah Xiao Ran yang kembali diam-diam. Kukeluarkan Pisau Naga Lilin dan Burung Feniks dari tas, lalu kuterjang dia sambil menikamkan belati ke titik vitalnya.
Dengan gesit Xiao Ran menghindar, lalu menempelkan kertas jimat ke tubuhku. Seketika seluruh anggota tubuhku mati rasa, tak lagi bisa kukendalikan.
Xiao Ran pun berjalan mendekati Qiu Shasha yang masih bersila di tanah.
Meskipun tubuhku terkekang, sensasi tidak bisa bergerak ini hanya bertahan beberapa detik. Gelang hitam di tangan kiriku tiba-tiba mengeluarkan kekuatan aneh yang langsung menetralisir kertas jimat Xiao Ran yang menempel di tubuhku, memulihkan mobilitasku sepenuhnya.
Namun meski begitu, aku tetap berpura-pura tak bergerak. Aku bertahan dalam posisi itu seperti patung, menunggu Xiao Ran mendekat untuk melancarkan serangan mendadak. Aku bertekad menghabisi pengkhianat ini dengan satu pukulan telak!
"Xiao Ran! Kau benar-benar serigala tak tahu balas budi! Aku Qiu Shasha dan ayah sungguh buta memercayaimu!!" Qiu Shasha menggeram sambil menggigit bibir saat melihat Xiao Ran. Andai saja kakinya tidak lumpuh, pasti dia sudah menerjang habis-habisan seperti karakter kerasnya.
Xiao Ran menatap dingin: "Qiu Shasha, aku hargai kepercayaanmu. Tapi setiap orang punya pilihan hidupnya sendiri. Dunia ini gelap gulita, untuk apa kau terus berjuang? Begitu Dia bangkit kembali, siapakah di Aliran Longhu - bahkan seluruh dunia Yin-Yang - yang bisa menandinginya?"
Wajah Qiu Shasha memerah marah mendengar kata-kata itu. Dengan geram, ia meludahi tubuh Xiao Ran:
“Aku muntah! Xiao Ran aku beritahu kamu, jika dunia ini gelap, maka aku justru akan mencari cahaya; jika berdiri di depan itu berbahaya, maka akulah yang pertama menerjang; jika cahaya yang kupancarkan lemah, setidaknya aku telah menerangi diriku sendiri. Aku boleh membiarkan diriku hina seperti debu, membiarkan diriku tak berdaya mengubah apapun, tapi aku sama sekali takkan membiarkan diriku berkelok seperti belatung, apalagi mengkhianati nurani. Hatiku mengarah pada Jalan, bukan keangkeran!!”
