Xiao Ran menunjuk ke arah salju yang terus berjatuhan: "Di Pegunungan Salju Kunlun, cuaca bersalju atau hujan es hanya terjadi di zona beku 4.500 hingga 5.000 meter. Tapi kita sekarang berada di kaki gunung, namun salju turun di sini. Menurutmu ini tidak aneh??" Matanya menatapku tajam.
Mendengar ini, kukira dia menemukan bahaya. Rupanya hanya masalah salju. "Apa yang aneh dari itu? Alam memang tak terduga. Salju di bulan Juni saja pernah terjadi. Apa istimewanya salju tiba-tiba turun di kaki Gunung Kunlun?"
Xiao Ran tersenyum tipis mendengar jawabanku:
"Setelah kau bilang begitu, memang masuk akal..." Dia kembali diam, matanya kosong menatap riak-riak salju di luar.
Sedangkan aku mengeluarkan tas yang selalu kubawa, membuka dan menghamparkannya di tanah. Satu per satu kuperiksa isinya, tidak ada yang tertinggal. Buah Qiqiaolinglong dan Fenghuang Dan juga ada di dalamnya. Dengan hati-hati kumasukkan kembali semuanya ke tas lalu kukenakan lagi.
"Lu Yu, dia paling suka salju..." Tiba-tiba Xiao Ran yang sedang melamun memandang ke luar berkata demikian.
Mendengar ucapannya, aku tertegun sejenak lalu sengaja bertanya padanya: "Xiao Ran, barusan kau bilang apa?"
Xiao Ran baru tersadar, dengan canggung menjawab: "Ah!... Ti-Tidak ada."
"Kudengar kau menyebut nama Lu Yu." Tatapku pada Xiao Ran.
Xiao Ran menghela napas panjang:
"Hah~..."
"Xiao Ran, apa kau menyukai Master Lu?" Tanyaku padanya.
"Ya." Xiao Ran mengangguk. Jawaban blak-blakannya membuatku terkejut. Tapi ini memang sudah bukan rahasia lagi, di area enam Yin di istana bawah tanah dulu pernah kusebutkan bahwa dia selalu mencintai Master Lu.
"Mengapa kau menyukai Master Lu?" Tanyaku lagi.
"Membenci seseorang mungkin butuh alasan, tapi mencintai kadang tidak. Aku sendiri tak tahu kapan mulai jatuh cinta padanya." Kata Xiao Ran.
"Apakah Master Lu tahu perasaanmu?" Tanyaku sambil menatapnya.
Xiao Ran tersenyum getir, menatapku berkata: "Tahu atau tidak tahu, apa bedanya? Sama-sama tak berujung."
"Bagaimana kau tahu tak ada hasil?" Tanyaku pada Xiao Ran dengan bingung.
"Shisan, walau Master Lu bertubuh mungil, usianya sudah 45 tahun. Seorang wanita yang belum menikah di usia 45, tahukah kau apa artinya?" Xiao Ran menatapku bertanya.
"Kriterianya terlalu tinggi?" Tanyaku.
Xiao Ran menggelengkan kepala, matanya memancarkan kepahitan tak berdaya. "Karena di hatinya sudah ada seseorang..." katanya serius.
Perkataan Xiao Ran membuatku terdiam. Apakah benar di hati Master Lu ada seseorang? Tak bisa kukonfirmasi, tapi ucapannya masuk akal. Wanita di usia 45 yang belum menikah, besar kemungkinan masih menunggu pria tertentu...
Tapi siapakah pria yang ditunggu Master Lu?
Bahkan Xiao Ran pun tak tahu, apalagi aku. Akhirnya kubiarkan saja, mengeluarkan buah-buahan dan membaginya dua untuk kami berdua.
Setelah makan, kami berpisah mencari semak-semak. Di tebing ini kami menyalakan api unggun kecil untuk menghangatkan diri.
Salju semakin deras. Kami duduk bersila di tebing tanpa bisa tidur. Api unggun di samping pun tak cukup menghalau dingin. Malam semakin pekat, suhu anjlok drastis. Awalnya masih kutahan, tapi semakin lama gigiku mulai gemertak, tubuh menggigil tak terkendali...
“Tumpukan api kecil di sampingku sama sekali tidak bisa memberikan banyak manfaat.”
“Aku… Aku bilang Xiao Ran, kamu tidak kedinginan?” Tanyaku pada Xiao Ran yang duduk di sebelahku.
“Dingin.” Jawaban membeku Xiao Ran di tengah suhu rendah ini membuatku menggigil.
“Sudahlah, aku tidak peduli lagi padamu. Aku akan pergi lari. Sialan, kalau begini terus aku pasti akan membeku seperti es.” Sambil berkata demikian, aku bangkit dan berjalan keluar, mulai berlari mengelilingi area.
Setelah berlari sekitar sepuluh menit lebih, kurasakan tubuhku perlahan menghangat. Tidak sedingin sebelumnya. Aku terus berlari beberapa putaran lagi. Tepat saat hendak kembali beristirahat, tiba-tiba kulihat cahaya api menyala di kejauhan di balik tebing batu tempat kami berada!
Penemuan ini membuat hatiku berdebar senang. Di mana ada api, pasti ada manusia. Di mana ada manusia, pasti ada pakaian hangat. Aku yang sudah trauma dingin ini langsung berlari ke dalam tebing.
“Xiao Ran, berkemaslah. Kita akan pergi. Di depan ada cahaya api, mungkin ada permukiman di sana.” Kataku pada Xiao Ran yang sedang bersila di tanah saat kembali ke dalam tebing.
……
Saat kami berdua mendekati cahaya api di kejauhan, ternyata itu memang sebuah desa kuno. Dari pantulan cahaya bulan, terlihat desa ini tidak terlalu besar, mungkin hanya belasan rumah.
Sejenak kemudian, aku dan Xiao Ran tiba di depan desa ini. Di depan kami terdapat jalan kecil, satu menuju gunung dan satu menuju desa. Jalannya sempit, terlihat jarang ada orang yang melintas sehari-hari.
Saat kami memasuki desa, bayangan seorang manusia mendekat ke arah kami. Dari posturnya, tampak seperti seorang wanita.
Melihat hal itu, aku dan Xiao Ran segera menyambutnya:
"Hei, Nona, apakah ini desa kalian?" Xiao Ran memulai percakapan sambil menatap wanita itu setelah mendekat.
Wanita itu terkejut melihat kemunculan kami. Dia diam di tempat sambil mengamati kami dengan cermat, sementara kami juga mengamatinya.
Secara fisik, wanita ini berusia sekitar 26-27 tahun. Ia mengenakan pakaian petani sederhana: jaket kapas abu-abu dengan kancing menyamping di bagian atas, celana biru agak longgar di bagian bawah. Meski berpakaian kuno, parasnya cantik dengan rambut panjang, alis melengkung, mata besar, hidung mancung, dan struktur wajah mirip Zhao Man – berbentuk oval. Dari dirinya terpancar aura kesepian dan energi Yin yang dingin.
"Kalian siapa? Ada keperluan apa kesini?" Setelah lama terdiam, wanita itu menatap kami dengan curiga sambil bertanya. Tampaknya penampilan kami yang setengah telanjang di tengah salju memang menimbulkan kecurigaan.
Aku melangkah maju dan mengucapkan dialog yang sudah disiapkan sebelumnya kepada wanita itu:
“Kami berdua datang ke Gunung Kunlun untuk bertualang, tersesat di sini, peralatan dan pakaian kami juga hilang. Jadi kami ingin menginap semalam di desa kalian.”
“Oh ya, besok pagi kami akan pergi.” Aku melihat wanita itu tampak ragu-ragu, lalu menambahkan penjelasan.
Wanita itu mendengar perkataanku, mengamati aku dan Xiao Ran dengan seksama beberapa saat, lalu mengeluarkan pertanyaan yang membuat kami berdua bingung:
“Apakah kalian berdua benar-benar manusia?!”
“Hah?? Kalau bukan manusia kami ini apa? Masa hantu? Tidak lihat kami punya bayangan?” Aku menunjuk bayangan kami berdua yang terpantul cahaya bulan di tanah.
Wanita itu tidak menunduk melihat, malah berubah sikap mendengar perkataanku. Ia buru-buru berkata sambil menatap kami: “Cepat pergi! Tempat ini tidak bisa didiami, cepat pergi!” Sambil berbicara, ia menarik tangan aku dan Xiao Ran menuju pintu keluar desa.
“Ada apa? Kenapa begini? Kami hanya mau menginap semalam!” Aku benar-benar tidak paham mengapa wanita yang terlihat kalem ini tiba-tiba berubah tidak masuk akal.
Wanita itu sama sekali tidak menghiraukan perkataanku, dengan paksa menarik kami sampai ke jalan setapak di luar desa. Lalu ia melepas jaket kapas yang dikenakannya dan menyodorkannya padaku:
“Ambil ini, cepat pergi!!”
Aku tidak menerima jaket kapas dari wanita itu, hanya penasaran mengapa dia mau memberikan jaketnya untuk aku dan Xiao Ran pakai menghangatkan diri. Ini membuktikan dia punya hati yang baik, tapi kenapa dia bersikeras mengusir kami dari desa?
