Begitu mendengar suara Lin Sen dan Lin Muxin, segera kulihat ke arah mereka. Dua siluet tinggi dan pendek perlahan muncul dari kegelapan.
Di bawah sinar bulan, terlihat jelas kedua orang itu memang Lin Sen dan Lin Muxin.
"Musuh bertemu, mata memerah. Begitu kulihat jelas itu mereka berdua, api amarah langsung berkobar di hati. Tanganku tanpa sadar menggenggam erat Pisau Naga Lilin dan Burung Feniks, ingin segera menghujam mereka hingga berlubang seperti Batu Bara Sarang Lebah!"
Yang membuatku bingung, di leher dan lengan mereka berdua kini muncul bercak-bercak kelabu mirip bintik mayat...
Jangan-jangan mereka sudah jadi mayat? Dijadikan mayat hidup oleh Xiangtian itu?
Segera kufokuskan pandangan ke tubuh Lin Sen dan Lin Muxin. Kulihat meski ada Energi Yin, tapi juga terlihat energi Yang berwarna putih.
Artinya, mereka masih manusia hidup. Energi Yin di tubuh mereka mungkin berasal dari ilmu hitam Dongyang yang dipelajari.
"Zuo Shisan, masih ingat kami? Lama tak jumpa..." Lin Sen bersama anaknya menghadapiku, nada sinis terdengar saat menyapa kami berempat.
Baru ingin membalas umpatan si keparat itu, Xiao Ran mendahuluiku: "Di mana kalian menyembunyikan Master Lu?!"
Lin Muxin menyeringai dingin mendengar pertanyaan Xiao Ran:
"Master Lu? Siapa itu? Oh... maksudmu gadis kecil itu? Setelah kami mainkan, dia..."
"Mencari mati!!!" Xiao Ran tak menyelesaikan mendengar kalimatnya. Posturnya melesat seketika menerjang Lin Muxin!
Aku ingin menghentikannya, tapi sudah terlambat. Begitulah manusia, semakin kita peduli pada seseorang, semakin mudah perasaan menguasai akal, membuat kesabaran dan kendali diri hancur berkeping dalam sekejap!
Tidak peduli apakah lawan berbohong atau sengaja memprovokasi, dia tak bisa menahan diri untuk tidak bertindak.
Setelah Xiao Ran menerjang keluar, dia dengan cepat mengeluarkan pisau pendek dari tubuhnya dan menusuk ke arah dada Lin Muxin.
Lin Muxin cepat-cepat mundur menghindar. Kulihat meski gerakannya cukup cepat, tetap tak sebanding Xiao Ran. Xiao Ran melangkah maju lagi, mengayunkan pisau pendeknya ke arah perut bagian bawah Lin Muxin.
Lin Muxin kembali mundur cepat. Pisau di tangan Xiao Ran menggeser pakaiannya. Begitu terus, Lin Muxin sama sekali tidak melawan, terus menghindar dan memancing Xiao Ran mundur selangkah demi selangkah.
Sementara Lin Sen dengan santai berdiri di samping melihat keributan, tanpa ikut campur.
Saat itu, bahkan si pria gemuk pun menyadari keanehan situasi. Dia buru-buru berkata padaku, "Shixiong, apa keparat Lin Muxin itu sengaja memancing Xiao Ran masuk perangkap?"
Mendengar perkataan pria gemuk, aku hendak maju untuk memperingatkan Xiao Ran. Tapi Qiu Shasha di belakangku tiba-tiba menarik lenganku. Dengan nada yakin dia berkata, "Shisan, Xiao Ran tidak sebodoh itu. Biarkan dia menanganinya sendiri."
Setelah mendengar perkataan Qiu Shasha, aku kembali melirik ke arah Xiao Ran dan untuk sementara menahan sifatku, tidak langsung menerjang ke depan.
Lin Muxin entah belajar ilmu hitam apa selama di Jepang, gerakan tubuhnya kini berubah drastis. Dengan sekali lompatan gesit, ia bisa melompat sejauh tiga empat meter. Melihat ini hatiku berdebar-debar, sekaligus khawatir untuk Xiao Ran.
Memang benar kultivasi melalui jalan sesat bisa meningkatkan tingkat spiritual dengan cepat. Tak heran banyak orang tega merenggut nyawa demi mempelajari ilmu hitam.
Meskipun jalan yang bengkok, ini tetaplah sebuah jalan pintas.
Lin Muxin kini memancing Xiao Ran mundur perlahan ke tanah lapang. Senyum dingin yang nyaris tak terlihat mengembang di wajahnya. Tubuhnya melesat mundur beberapa meter, lalu setelah mantap berdiri, kedua tangannya membentuk mudra sementara mulutnya komat-kamit mengucapkan mantra: "Akumulasi Yin menanggung bobotnya, ilmu kegelapan membangun dunia, darah sebagai esensi agung. Jalan kiri menumpang hantu dan monster, menyebut diri dewa perantara!" Begitu mantra selesai, tiba-tiba kulihat gumpalan besar Energi Yin hitam muncul mengelilingi mereka, mengurung Xiao Ran dan Lin Muxin di tengahnya.
Aku berdiri di luar, sama sekali tidak bisa melihat situasi di dalam, sehingga hatiku pun menegang pada saat ini. Aku berdiri di tempat, menunggu beberapa saat. Melihat Xiao Ran belum keluar dari gumpalan besar energi Yin hitam itu, aku mulai tidak sabar. Baru saja ingin berlari membantu, tiba-tiba melihat sosok manusia "swis!" melesat keluar dari energi Yin itu. Dari pakaiannya, jelas itu Xiao Ran!
Setelah melesat keluar dari energi Yin itu, Xiao Ran berdiri di tanah, memandang dingin ke arah gumpalan energi Yin di depannya. Di tangan satunya, dia memegang cermin Bagua yang memancarkan sinar kuning.
"Xiao Ran, kamu tidak apa-apa?" Tanyaku pada Xiao Ran dengan nada khawatir.
Xiao Ran tidak menoleh dan berkata padaku: "Tidak apa..." Sebelum suaranya habis, Lin Muxin tiba-tiba melesat keluar dari energi Yin itu. Dari tubuhnya dia menghunus pedang panjang Jepang berwarna hitam, langsung menebas ke arah Xiao Ran.
Melihat ini, Xiao Ran tidak menghindar. Badannya justru menerjang ke arah pedang di tangan Lin Muxin!
Kilatan darah menyambar. Pedang di tangan Lin Muxin berhasil direbut dengan tangan kosong oleh Xiao Ran. Seketika dia bergerak cepat, "Pshh!" Bilah pedang patah di tangan Xiao Ran menancap keras ke perut Lin Muxin.
"Kamu..."
Setelah ditusuk Xiao Ran, mulut Lin Muxin segera muntahkan darah segar. Dengan ekspresi tak percaya di wajahnya, dia melirik Xiao Ran sesaat sebelum tubuhnya perlahan roboh ke tanah.
"Mu Xin! Goblog kau!!" Lin Sen yang selama ini tidak bergerak tiba-tiba mengeluarkan sinar dingin dari matanya saat melihat anaknya ditusuk Xiao Ran. Dengan mengumpat, ia langsung menarik pedang hitam dari tubuhnya dan menerjang ke arah Xiao Ran!
Melihat ini, aku tak ragu lagi. Segera kugenggam Pisau Naga Lilin dan Burung Feniks, mengejar Lin Sen. Saat sampai di belakangnya, kulepaskan tendangan keras ke punggungnya untuk menjatuhkannya, tapi dihindari dengan gesit.
"Shisan, minggir! Biar aku yang hadapi mereka berdua!!" Xiao Ran berteriak sambil menoleh padaku. Matanya tiba-tiba memancarkan aura mengerikan, suaranya berubah dingin dan penuh tekanan!
"Siapa pun yang berani menyentuh Lu Yu, pasti akan kuhabisi sendiri! Sekalipun harus membayar mahal, mereka takkan kubiarkan bereinkarnasi!!"
Lin Sen yang awalnya hendak menyerang tiba-tiba membeku di tempat. Tatapan penuh aura negatif dan keseluruhan tubuh Xiao Ran yang memancarkan energi jahat membuatnya ketakutan.
Meski berhenti menyerang, Lin Sen dengan cepat mengeluarkan seikat Kertas Jimat hitam dari sakunya dan melemparkannya ke udara. Tiba-tiba suara familiar yang membuatku menggigil terdengar dari kejauhan:
"Putar pertama gerakkan langit-bumi, putar kedua Enam Dewa tersembunyi, putar tiga Empat Iblis lenyap, putar empat api kemakmuran berkobar, putar lima guntur menyambar, hadapi jalan sesat, serahkan pada komandan lima petir, segera patuhi perintah! Chi!!"
Selembar kertas jimat yang memancarkan sinar kuning tiba-tiba terbang keluar dari kegelapan, langsung menyasar ke arah Xiao Ran.
Suara yang baru saja melantunkan mantra itu ternyata berasal dari Lu Yu, Master Lu yang selama ini kami cari-cari di Pegunungan Kunlun!!
Melihat kertas jimat itu, Xiao Ran sempat tertegun sejenak sebelum cepat-cepat menghindar dengan memiringkan tubuhnya.
"Lu Yu?!!" Wajah Xiao Ran berubah mendengar suara Master Lu. Matanya menyapu ke arah sumber suara, dan aku bisa melihat tubuhnya mulai gemetar halus.
Sebuah sosok mungil perlahan muncul dari bayang-bayang. Aku menyipitkan mata - ternyata itu memang Lu Yu.
"Master Lu??" Aku mencoba bertanya padanya dengan hati-hati. Kalau tadi dia bisa menggunakan ilmu Tao, berarti tiga hun-nya telah lengkap dan ingatannya pulih. Tapi kenapa dia menyerang Xiao Ran?
Jangan-jangan... dia terkena ilmu hitam, atau mungkin dikendalikan oleh arwah jenderal Jepang Xiangtian yang angker itu?!
Benar saja. Lu Yu menoleh ke arahku dengan pandangan kosong, lalu berhenti dan memandang Lin Sen di sampingnya seolah menunggu perintah.
Lin Sen mengacungkan jarinya ke arah Xiao Ran, lalu menggeram pada Lu Yu: "Bunuh dia untukku!"
Lu Yu mengangguk sedikit, lalu berbalik badan dan bertatapan dengan Xiao Ran. Tiba-tiba Lu Yu membentuk sebuah mudra sambil meneriakkan satu kata:
“Sembilan!”
