“Alasan aku sebelumnya tidak bisa mengeluarkan energi Zhen dari tubuhku adalah karena tidak melewati titik vital tubuh sendiri. Energi vital manusia semuanya keluar melalui tiga titik vital. Mengapa aku tidak mencoba mengeluarkan energi Yang dari tubuhku melalui titik vital?”
Setelah memikirkan itu, aku segera menarik kembali energi Zhen Yang (kombinasi energi Zhen dan energi Yang) dari tangan kananku, memusatkannya kembali di Dantian, lalu perlahan mengarahkannya ke titik vital di dadaku. Benar saja, saat energi Zhen Yang mencapai titik vital, ia mulai merembes keluar melalui titik vital di dada.
Sepertinya berhasil!
Jantungku berdebar kencang sambil menunduk melihat. Aku bisa jelas melihat gas berwarna ungu dan putih bergantian berputar di atas diagram Taiji yang berotasi di dadaku. Aku terus mengendalikan energi Zhen Yang yang keluar, mengumpulkannya perlahan ke tangan kanan.
Melalui lengan kanan, energi Zhen Yang yang keluar terkumpul di telapak tangan. Tiba-tiba kurasakan sensasi aneh di tangan – seperti segumpal kapas raksasa membungkusnya.
“Shisan, kenapa? Kok energi Yang di tubuhmu sangat kuat?!!” Qiu Shasha yang selama ini berdiri di sampingku memperhatikan gelagatku, bertanya dengan panik.
Kugelengkan kepala pada Shasha, memberi isyarat baik-baik saja. Lalu kupandang mayat hidup liar yang masih melayang di udara.
"Yě jiāngshī" saat ini melayang di atas langit malam, sepasang mata bercahaya menatapku tajam, kedalaman pandangannya justru menunjukkan warna panik. Kemudian ia melemparkan jenazah perempuan tanpa kepala di tangannya ke tanah, berbalik dan langsung kabur.
Melihat situasi ini, aku menyeringai dingin:
"Hmph! Sekarang mau lari? Telat!!" Sambil berkata demikian, aku seketika mengayunkan tangan kanan dengan cepat, melemparkan gumpalan energi Yang murni yang seperti "kapas" itu ke arah yě jiāngshī yang sedang berbalik ingin kabur.
Sorotan cahaya putih-ungu seketika melesat dari tangan kananku, memburu seperti anak panah ke arah yě jiāngshī yang melayang di udara. Hanya sekejap, energi Yang murni itu menembus tengkuk yě jiāngshī dan menerjang langit malam!
Yě jiāngshī yang melayang di udara itu tiba-tiba tubuhnya kaku seperti patung, lalu terjatuh bebas ke tanah.
"Braak!!" Dengan suara berat, mayat yě jiāngshī itu menghantam tanah tak jauh dari kerumunan kami. Aku segera memfokuskan penglihatan ke arahnya, melihat energi Yin hitam di tubuh mayat itu mulai cepat menghilang - energi jahat Yin telah hancur.
“Ini baru membuatku lega. Begitu kewarasanku mengendur, pola Taiji di dadaku perlahan mulai menghilang. Pada saat yang sama, kitab 《Xuan Huang Di Jing》 yang memancarkan sinar kuning dan melayang di atas kepalaku juga perlahan turun, sinar kuningnya pun pudar.”
“Tapi tepat di saat itu, kekuatan misterius yang menopang tubuhku seperti air pasang yang berubah cepat, surut dengan cepat. Kedua telapak kakiku lemas, aku langsung berjongkok di tanah. Lalu kurasakan sepasang tangan menyangga dari belakang. Suara khawatir Qiu Shasha kembali terdengar dari belakangku:”
“Shisan, kenapa... energi Yang di tubuhmu bisa habis begitu cepat? Katakan padaku apa yang sebenarnya terjadi, jangan biarkan hatiku terus-menerus menggantung karena dirimu!!”
“Aku duduk di tanah, terlebih dahulu terengah-engah sejenak, baru menoleh ke Qiu Shasha dan berkata: ‘Aku benar-benar baik-baik saja, istirahat sebentar akan membaik...’”
“Mendengar ucapanku, Qiu Shasha ragu sejenak, menggigit bibir bawahnya perlahan. Matanya yang merah memandangiku sambil melanjutkan: ‘Shisan, ilmu Tao apa yang baru saja kau gunakan? Itu... itu sama sekali bukan ilmu Tao Aliran Longhu kami. Apakah kau...’ Ucapan Qiu Shasha terhenti di situ. Tapi maksudnya kini kumengerti - dia khawatir aku demi mengejar cara cepat menjadi kuat, juga mengikuti Jalan Sesat.’”
Aku menggelengkan kepala dan menjelaskan pada Qiu Shasha: "Jangan berpikir macam-macam, ilmu Tao ini kubelajar dari tebing di dalam gua, Xiao Ran yang mengajariku. Kalau tidak percaya, kau bisa tanya Xiao Ran."
Mendengar perkataanku, Qiu Shasha tidak pergi bertanya pada Xiao Ran. Matanya menatapku lekat-lekat sambil mengangguk: "Tidak perlu tanya siapapun, aku percaya padamu..."
Entah mengapa, perasaanku jadi tidak nyaman ditatap begitu lama oleh Qiu Shasha. Kupalingkan wajahku kembali.
Saat itu, pria gemuk datang berlari sambil menggendong senapan buruan. Sambil terengah-engah dia bertanya: "Kubilang, zombie liar itu sudah mati belum?"
Kulemparkan pandang pada pria gemuk itu, tersenyum getir: "Kalau sekarang dia belum mati, yang mati akan jadi kita..." Sambil berkata begitu, kuambil 《Xuan Huang Di Jing》 yang terjatuh di tanah dan menyimpannya dengan hati-hati di tas ransel. Kucoba berdiri perlahan.
Tapi tepat saat tubuhku baru saja berdiri, tiba-tiba kepalaku terasa pusing. Rasa sakit menusuk-nusuk seperti ditusuk ribuan jarum tajam di otak, tak tertahankan.
Aku berdiri di tempat, kedua tangan mencengkeram kepala sambil terus memukulinya. Tapi bahkan begitu, rasa sakitnya tak berkurang sedikitpun. Gigiku gemeretak, seluruh tubuh menggigil.
"Shisan, kau kenapa?! Cepat bicara! Jangan nakuti aku!..."
“Shixiong, Shixiong……”
Perlahan, suara Qiu Shasha dan pria gemuk yang berbicara di sampingku semakin melemah. Pandanganku juga mulai kabur, lalu segalanya menjadi gelap. Aku pun pingsan……
……
Entah berapa lama, dalam keadaan setengah sadar, tiba-tiba kulihat sosok punggung An Rushuang yang familiar di tengah kabut. Kuteriakkan namanya, tapi saat hendak mendekat, bayangannya mulai memudar……Lalu muncul sosok wanita lain. Setelah kuperhatikan, ternyata itu Bai Ruotong yang sudah meninggal!!
Melihat kehadirannya, kuhampiri perlahan.
“Bai Ruotong, Bai Ruotong, Bai Ruotong……”
Mendengar suaraku, Bai Ruotong tak menoleh. Dengan punggung menghadapku, suaranya dingin: "San Ge, demi menyelamatkanmu, nyawaku kukorbankan. Tapi tak bisa kah kudapat sedikit perhatian di hatimu? Sudah lama aku pergi, pernahkah kau mengingatku?"
Aku membeku. Tak tahu harus menjawab apa……
Bai Ruotong menunggu sejenak. Melihatku diam, ia melanjutkan: "San Ge, tahukah kau mengapa Kakak Rushuang meninggalkanmu?"
Keterkejatan. Kutanya: "Mengapa?"
"Seorang Pegawai Hantu dari Dunia Baka……" Bai Ruotong menghela napas.
"Apa maksudmu?" Tatapku tertuju pada punggungnya yang misterius.
“Apa maksudnya? Nanti saat kamu datang mencariku, aku akan memberitahumu...” Bai Ruotong berkata sambil tubuhnya mulai memudar perlahan, lalu menghilang dalam kabut di hadapanku.
“Bai Ruotong, Bai Ruotong! Jelaskan dulu sebelum pergi...” Tepat di saat itu, terdengar suara "Tok!" di telingaku. Pipi kiriku terasa panas menyengat, mataku langsung terbuka lebar melihat wajah gemuk si pria itu!
“Goblog, ngapain lu?! Lagi-lagi mukaku yang kena tampar dasar?!!” Aku langsung bangkit sambil memegangi pipi kiri. Melihat sekeliling, hari sudah terang. Rupanya aku pingsan semalaman.
“Shixiong, kalau tidak kutampar mungkin kau takkan sadar. Kemarin malammu tiba-tiba pingsan. Kami kira kau sudah mati.” Si pria gemuk bertanya sambil menatapku.
“Dasar! Mati lu! Ngomong-ngomong, mana Qiu Shasha dan Xiao Ran?” Aku memandang sekeliling. Selain pria gemuk dan Yunyan yang kami selamatkan, kedua orang itu tak terlihat.
Setelah mendengar perkataanku, pria gemuk itu berkata, "Wanita Qiu Shasha itu melihatmu pingsan. Meski tidak ada masalah serius, dia juga khawatir di hati, bersikeras mencari makanan untukmu. Katanya setelah kamu siuman bisa mengisi perut. Sifatnya kan kamu tahu, kalau sudah keras kepala seperti kerbau, tak ada yang bisa menghentikan. Xiao Ran takut dia mengalami masalah sendirian, jadi menyuruh kami tinggal di sini menjagamu sementara dia pergi bersama Qiu Shasha."
Mendengar ucapan pria gemuk itu, aku menggeleng pelan di hati: Dasar gadis bodoh, di tempat sepi dan gersang ini, mencari makanan lebih sulit daripada mencapai langit...
