Aku dan pria gemuk bergegas menuju gerbang Kuil Qingzhu. Pertama-tama kami menarik palang kayu dan membuka pintu lebar-lebar. Begitu pintu terbuka, sesosok bayangan manusia langsung menerobos masuk dan menerjang ke arahku.
Melihat ini, aku melangkah mundur menghindar. Dengan memanfaatkan cahaya bulan, kulihat jelas penyerang itu adalah seorang wanita berusia sekitar 30-an tahun.
Wanita itu tampak tersandung saat melintasi ambang pintu. Setelah beberapa langkah terhuyung, dia mengangkat kepala dengan wajah panik menatap kami: "Dua Shifu, siapa... siapa pengurus Kuil Qingzhu ini??"
Sebelum sempat kujawab, pria gemuk itu sudah menyahut lebih dulu: "Kak, sayalah pengurus Kuil Qingzhu. Ada keperluan apa?"
Aku melirik tajam penuh cela ke arahnya, namun memilih diam.
Wanita itu langsung menyambar lengan pria gemuk dengan kedua tangan gemetar: "Taoist Shifu, pernahkah... pernahkah kalian melihat makhluk halus? Maksudku... hantu!" Dari nada bicaranya, jelas terasa getar ketakutan yang dalam.
Pria gemuk tertegun sejenak, lalu menoleh padaku. Setelah kumemberi anggukan halus, dia membalas: "Kak, tenang dulu. Jangan gemetaran. Ceritakan apa yang sebenarnya terjadi?"
“Suamiku sepertinya dirasuki hantu. Sejak pulang bekerja di ladang 5-6 hari yang lalu, dia terus sakit. Sudah dibawa ke rumah sakit tapi tidak sembuh, sampai sekarang masih terbaring di kasur, tidak bisa bekerja dan bicara ngelantur. Malam ini paling parah, dari malam sampai aku ke sini terus meracau. Orang tua di desa menyuruhku datang ke Shifu. Aku seorang wanita sudah kehabisan akal, bisakah dua Shifu membantu?…” Wanita itu menatapku dan pria gemuk sambil menceritakan alasannya datang, air matanya mengalir di tengah cerita.
Kulihat jelas, wanita desa ini telah mengalami siksaan luar biasa selama beberapa hari terakhir.
Setelah mendengar ceritanya, aku dan pria gemuk saling pandang lalu bertanya, “Kak, penyakit seperti apa yang diderita suamimu?”
Emosi wanita itu mulai tidak stabil. Setelah beberapa saat, baru dia menjawab, “Gejalanya mirip demam, tapi suhu tubuhnya aneh, kadang dingin kadang panas. Obat, suntikan, rawat inap semua tidak mempan. Dia juga bicara ngawur. Dokter bilang harus ke rumah sakit jiwa, tapi… suamiku sama sekali bukan orang gila!”
Mendengar penuturannya, hatiku mulai ada gambaran. Delapan puluh persen suaminya kena ‘kerasukan’ – persis seperti pengalamanku waktu di desa dulu saat melihat tukang kayu yang dirasuki arwah mayat.
Pada saat itu, aku mendengar suara di luar pintu kamarku. Aku segera menoleh ke arah gerbang luar kuil Tao dan melihat seorang anak laki-laki berusia sekitar lima-enam tahun berdiri di luar pintu kuil. Ia bersandar di ambang pintu, memandangi kami tanpa bergerak. Kelihatannya dia adalah anak dari wanita itu.
"Nak, masuklah ke sini, jangan berdiri di luar." Aku tersenyum dan melambaikan tangan pada anak laki-laki di luar itu. Tapi dia hanya memandangiku sebentar, tetap tak bergerak.
Wanita itu tersenyum canggung, lalu menoleh dan berteriak pada anak laki-laki itu: "Xiao Dong, masuklah ke sini, cepat..."
Mendengar teriakan wanita itu, anak bernama Xiao Dong baru berlari mendekat dan memeluk erat paha wanita itu, sepertinya sangat takut pada aku dan pria gemuk.
"Shixiong, bagaimana menurutmu? Urusan orang lain ini mau kita ikut campur atau tidak?" Pria gemuk itu mendekat, menarikku ke samping dan berbisik.
"Lain kali jangan banyak tanya! Mereka sudah datang sampai ke sini. Cepat siapkan barang-barang, kita ikut wanita itu ke rumahnya." Setelah berkata pada pria gemuk, aku memberi tahu wanita di depan gerbang kuil untuk menunggu sebentar. Aku dan pria gemuk masuk ke dalam kamar mengambil perlengkapan.
Wanita itu terus mengucapkan terima kasih sambil berjanji: "Jika kalian benar-benar bisa menyembuhkan suamiku, semua bisa dibicarakan."
……
Singkat cerita, setelah persiapan selesai, aku mengenakan jubah Tao bermerek "Adidas" peninggalan Master Qingfeng guru kami. Dengan tas ransel bawaan di punggung, kami berdua keluar dari kamar menuju gerbang kuil.
Sebenarnya memakai jubah Tao ini tidak penting, tapi entah mengapa, hari ini saat melihat jubah Tao Master Qingfeng tergantung di rak baju di dinding, tiba-tiba ingin mencobanya. Meski longgar, jubah biru kehijauan ini ukurannya pas di badan.
Keluar dari kuil Tao, saya mengunci pintu. Melihat wanita itu datang dengan sepeda membawa anak, saya buru-buru membuka kembali gerbang kuil. Saya mempersilakannya menitipkan sepeda di Qingzhu Guan. Saya dan pria gemuk mengajak mereka pulang ke desa dengan mobil.
Sepanjang perjalanan, dari obrolan di dalam mobil, saya mengetahui desa asal wanita ini: Desa Wangjia. Meski jaraknya cukup jauh untuk ditempuh sepeda, dengan mobil paling lama setengah jam kami tiba.
Jalan tanah di pedesaan berlubang-lubang sehingga pria gemuk itu menyetir pelan. Tanpa banyak bicara, dalam setengah jam mobilnya membawa kami berempat sampai di Desa Wangjia.
Setelah parkir, kami berjalan menuju rumah wanita itu. Kabut malam musim gugur menyapa, hawa dingin menyelinap di balik cahaya bulan redup yang menyinari langit biru tua tak berujung. Hanya sedikit bintang terlihat.
Menyusuri cahaya bulan memasuki desa, tiba-tiba mata saya tertumbuk pada sebuah sumur di lapangan pengeringan hasil panen di ujung desa. Seketika jantungku berdebar!
Sumurnya biasa saja. Yang mengerikan adalah sosok manusia yang berdiri di atas bibir sumur itu!
Karena jaraknya cukup jauh, aku sama sekali tidak bisa membedakan apakah orang itu laki-laki atau perempuan. Hanya terlihat sosoknya berdiri di tepian mulut sumur, menundukkan kepala seolah melihat sesuatu di dalam sumur, badannya sama sekali tidak bergerak...
Ini agak tidak biasa...!
Aku segera mengumpulkan energi Yang ke kedua mataku dan memandang orang di atas sumur itu. Namun yang mengejutkan, tidak ada sedikitpun energi Yin yang terdeteksi dari tubuhnya.
Awalnya kukira orang di atas sumur itu dikendalikan oleh makhluk Yin jahat yang menguasai kewarasannya. Tapi kini tampaknya situasinya lebih rumit dari itu.
Melihat ini, aku panik dan bergegas mendekati sumur sambil berteriak: "Hei! Jangan berdiri di atas sana, cepat turun!!"
Orang di atas sumur itu mungkin mendengar teriakanku. Entah mengapa, dia menoleh sebentar lalu kembali menunduk, tetap diam di tepi sumur.
"Orang yang berdiri di atas sumur itu, hati-hati jatuh! Ini bukan main-main!!" Teriak pria gemuk itu dengan suara kerasnya.
Mendengar teriakan kami, orang itu tiba-tiba bereaksi. Dia mengangkat kepala melihat sekeliling, lalu mencoba turun. Tapi persis di saat itu terjadi keanehan: Bagaimanapun dia melangkah, kakinya seperti tertahan sesuatu yang tak kasat mata, seolah ada kekuatan yang mati-matian menahannya...
Aku segera memfokuskan pandangan lagi, dan yang kulihat membuatku merinding!!
Tiba-tiba muncul sesosok hantu tenggelam dengan wajah kehijauan dan seluruh tubuh bengkak melepuh. Entah sejak kapan makhluk itu mengapung dari dasar sumur, kedua tangannya mencengkeram erat pakaian orang di tepi sumur dari belakang, menyeretnya agar tak bisa kabur.
Sedangkan orang yang berdiri di atas sumur saat ini tampak begitu ketakutan hingga tidak bisa berbicara, wajahnya pucat pasi. Seluruh tubuhnya tak henti-hentinya menggeliat dan meronta-ronta, kedua tangannya terus-menerus melambai di udara, membuka mulut lebar-lebar ingin berteriak, tapi akhirnya tak bisa mengeluarkan suara sama sekali.
Ketika orang di atas sumur itu melihat aku dan si pria gemuk berlari ke arahnya, ia sekuat tenaga melambaikan tangan ke arah kami. Namun di detik berikutnya, hantu tenggelam berwajah mengerikan di belakangnya juga melihat kami yang sedang berlari mendekat. Dengan kedua tangan mengerahkan tenaga, hantu itu tiba-tiba menarik orang di tepi sumur batu itu ke bawah!
Melihat ini, hati aku panik. Aku berlari cepat ke tepi sumur, lalu mendengar suara "Braak!"—suara tubuh manusia jatuh ke air terdengar dari mulut sumur, bergema terus-menerus dalam pikiranku...
