“Ah~~！！！”Aku berteriak keras, tiba-tiba bangkit dari tempat tidur kayu sambil membuka mata. Melihat sekeliling, aku menyadari masih berbaring di kamar Kuil Qingzhu. Dengkuran pria gemuk di sebelah terus mengingatkanku bahwa semua itu hanyalah mimpi!
Membayangkan itu, aku menghela napas panjang. Mengusap keringat di dahiku, berusaha menenangkan jantung yang berdebar kencang akibat adegan dalam mimpi tadi.
Memandang keluar jendela, langit masih gelap. Kuambil ponsel dari kepala tempat tidur dan melihat jam:
Pukul tiga tiga puluh dini hari.
Kembali meletakkan ponsel, aku duduk di kasur sambil menghela napas. Perlahan merebahkan tubuh kembali, tapi tak kunjung bisa terlelap...
Entah mengapa, akhir-akhir ini aku sering memimpikan Bai Ruotong. Apa sebenarnya makna semua ini? Apakah dia benar-benar disiksa oleh jenazah perempuan dalam peti mati kayu seperti dalam mimpiku?
Atau jangan-jangan semua ini rekayasa jenazah perempuan itu? Jika iya, tujuannya jelas - memancingku untuk mencarinya ke makam kuno itu lagi.
Tapi jika dihitung dengan metode Tui, mengapa dia terus memanggilku? Apakah ada rahasia lain yang tersembunyi?
Sebenarnya akhir-akhir ini banyak hal terjadi, pertama An Rushuang pergi ke alam baka menggantikan aku untuk menanggung kesalahan. Lalu rencana Xiangtian selanjutnya mengumpulkan darah kehidupan orang Yang untuk mempercepat kelahiran hantu yin berusia ribuan tahun itu. Sebenarnya aku selalu yakin, peta yang ditemukan Xiao Ran dari istana bawah tanah pasti terkait dengan rencana selanjutnya Xiangtian dan kawan-kawannya.
Terakhir, rahasia 《Xuan Huang Di Jing》 dan "Zhenren Wuji", serta siapa sebenarnya pengkhianat di Aliran Longhu? Sampai sekarang, menurut perasaanku pribadi, pasti bukan Pria Bertopi Qing You.
Tapi kalau bukan dia, lalu siapa?
Selain itu, apa yang tersembunyi di dalam giok kuno hitam pekat yang diberikan biksu tua itu sebelumnya? Mengapa dia pergi tanpa meninggalkan sepatah kata pun?
Sampai sekarang, aku masih belum menemukan petunjuk dari semua masalah ini, lalu bertemu hantu perempuan bernama Yunzi ini. Masalah ini tidak bisa diabaikan begitu saja, kan? Kalau diabaikan, selain hal lain, nurani aku sendiri tidak akan tenang.
Sepertinya kedepannya akan sulit tidur nyenyak.
Tapi sebelum masalah ini selesai, masalah Bai Ruotong dan jenazah perempuan itu muncul lagi dalam mimpiku. Sekarang, mengingat satu per satu pertanyaan dalam pikiran ini, aku hampir gila!
Aku menarik napas dalam-dalam, lalu menghembuskannya perlahan. Membuka jendela, memandangi cahaya bulan di luar, aku mulai menasihati diri sendiri: Justru di saat seperti ini, hatiku tidak boleh panik. Kalau tidak, hanya akan membuat situasi kacau!
Selesaikan satu per satu, satu per satu...
Aku mulai merencanakan dalam hati, prioritas saat ini adalah besok pergi ke Kampus Nanhuan untuk menangani kepala sekolah biadab yang menguasai ilmu hitam itu, agar dia tidak terus menerus membahayakan siswi. Setelah itu aku akan segera berangkat menuju Hutan Purba Karst di Kabupaten Libo, Prefektur Otonom Buyi dan Miao Qiannan, Provinsi Guizhou. Aku harus kembali ke makam kuno yang tidak diketahui periodenya itu untuk menemui jenazah perempuan dalam peti mati kayu. Entah ini perangkap atau bukan, aku harus pergi!
Hanya dengan cara inilah aku bisa menyelidiki hubungan antara Bai Ruotong dengan jenazah perempuan itu. Hanya setelah semuanya jelas, barulah aku bisa benar-benar lega. Jika tidak, perasaan gelisah dan rasa bersalah terhadap Ruotong ini akan terus menghantuiku sampai akhirnya aku gila!
Setelah mengambil keputusan, ketegangan dalam diriku sedikit mereda. Aku ingin berbaring lagi sebentar, tapi sama sekali tidak mengantuk. Akhirnya aku duduk bersila di kasur untuk melatih "Energi Zhen Wuji" gerakan pertama.
……
Saat mulai melatih metode "Energi Zhen Wuji" sesuai petunjuk, seiring dengan peningkatan konsentrasi, kurasakan energi ungu yang kuserap dari alam perlahan menyatu dengan energi Yang dalam tubuhku. Aliran energi ini bergerak menyelusuri seluruh tubuh, membuatku merasa semakin panas dan mulai berkeringat...
Latihan ini berlanjut sampai kurasakan sinar matahari menyinari tubuhku. Perlahan kubuka mata, menghembuskan napas udara kotor. Saat menunduk melihat kondisi tubuhku, aku langsung terkejut!
Karena saat ini pakaian yang kukenakan sudah sepenuhnya basah oleh keringat.
Ya ampun, apa yang terjadi kali ini? Kok tiba-tiba keluar keringat sebanyak ini?
Dengan perasaan was-was, aku turun dari ranjang kayu, mengenakan sepatu, membangunkan pria gemuk yang masih mendengkur keras, menyuruhnya segera bangun. Aku mengambil setelan baju bersih dari dalam rumah lalu lari ke halaman belakang untuk mandi.
Setelah mandi dan kembali, si pria gemuk sudah menyiapkan sarapan di dapur. Melihat itu, aku pun ikut membantu.
……
Singkat cerita, setelah kami berdua sarapan, aku langsung menuju ruang kerja Master Qingfeng untuk mulai menggambar jimat. Karena persediaan kertas jimat dalam tas ranselku sudah menipis, pertama-tama aku menggambar 10 Fu Yang dan 10 Yin Fu, kemudian 10 Fu Pengusir Enam Jia, terakhir satu Fu Pinjam Petir. Meski fu terakhir ini memiliki efek samping kuat dan bisa melukai penggunanya, kekuatannya yang dahsyat membuatku tetap menyimpannya sebagai upaya terakhir bertahan hidup.
Setelah semua jimat selesai, dengan hati-hati kulelipat satu per satu dan kusimpan di kompartemen terpisah dalam tas ransel.
Kemudian aku mengisi ulang Benang Modao dan Kotak Sinabar. Aku mulai menjelajahi rumah Master Qingfeng mencari alat ritual Tao lainnya untuk perlindungan diri, sebab kemampuan melepas segel Pisau Naga Lilin dan Burung Feniks bulan ini sudah habis kugunakan.
Setelah mencari beberapa saat, aku melihat pedang koin tembaga yang sangat halus pengerjaannya di meja kerja Master Qingfeng. Tanpa pikir panjang, langsung kuraih dan masukkan ke dalam tas ranselku.
Dengan demikian persiapanku sudah lengkap. Aku memanggil si Gemuk dan kami keluar dari gerbang Kuil Qingzhu. Setelah mengunci pintu, kami langsung menyetir ke SMA di Kota Nanhuan sebelah selatan Dongdian.
Perjalanan berlangsung tanpa bicara. Ketika aku dan si Gemuk tiba di SMA Nanhuan, tepat saat jam pulang sekolah. Sebagian besar siswa sudah pulang untuk makan, yang tinggal di asrama pun sudah kembali ke kamarnya masing-masing.
Sekolah yang luas ini terlihat agak sepi saat itu. Justru sesuai dengan harapanku. Setelah melewati gerbang SMA Nanhuan, di depan terbentang jalan besar. Mengikuti rambu-rambu di pinggir jalan, kami berdua mencari-cari cukup lama tapi tak kunjung menemui lokasi pasti kantor kepala sekolah.
Akhirnya terpaksa menghentikan seorang pemuda. Setelah mendapatkan info letak pasti kantor kepala sekolah darinya, kami bergegas menuju belakang kompleks sekolah.
Melewati jalan besar ini, belok kanan melewati taman kecil. Di lantai enam gedung di depan, salah satu ruangan itulah kantor kepala sekolah.
Tapi tepat saat kami berdua baru sampai di bawah lantai itu, tiba-tiba kurasakan bayangan menutupi cahaya di atas kepala. Seolah ada yang menghalangi sinar matahari.
Sebelum sempat menengadah, sesuatu jatuh dari langit di depan kami. "Braak!!" Suara gedebuk keras menggema, sebuah benda menghantam tanah tepat di depan kaki kami!
"Dadaku bergetar, segera menunduk melihat ke tanah di depan. Di hadapanku terbaring seorang siswi berseragam sekolah! Saat ini di sekitar kepalanya menggenang darah segar dalam jumlah besar, bahkan sebelumnya saat dia terjatuh ke tanah, percikan darahnya mengenai ujung celana kaki kiriku!!"
Tiba-tiba, suara jeritan mulai terdengar di sekitar, diikuti siswa lain yang mendekat. Telingaku dipenuhi jeritan siswi dan teriakan siswa pria yang panik menelepon minta pertolongan.
Bersamaan, satpam dan guru sekolah juga berlarian ke arah sini...
Berdiri di tempat, kutatap siswi yang terbaring dalam genangan darah ini. Kuhela napas dalam-dalam perlahan menenangkan diri, lalu memusatkan energi Yang ke kedua mata untuk melihatnya. Nyata terlihat energi Yang putih di tubuhnya mulai memudar, pertanda nyawa tak tertolong lagi...
Kugigit kuat bibir bawahku. Ini pertama kalinya aku berhadapan langsung dengan gadis bunuh diri yang terjun dari gedung... Tidak, tunggu, ini mungkin bukan bunuh diri, melainkan:
PEMBUNUHAN!!
Begitu pikiranku melesat, kucepatkan angkat kepala menyusuri posisi jatuh gadis itu ke arah lantai enam. Benar saja, terlihat bayangan hitam berdiri di tepi jendela salah satu ruangan, memandang dingin ke arah mayat gadis di bawah!
"Sialan! Pria gemuk, ikut aku naik!!" Teriakku sambil berlari ke pintu tangga gedung itu...
