Pria gemuk itu tak punya pilihan selain memakai seragamnya. Sebelum pergi, kukeluarkan ponsel dan memotret mayat kepala sekolah di bawah jendela.
Foto ini kubuat untuk meyakinkan hantu perempuan Yunzi - siapa tahu di siang hari ia tak bisa melihat di luar jangkauan liontin giok.
Menyimpan ponsel, sebelum polisi tiba, kami bergegas keluar dari kantor kepala sekolah.
Pintu tertutup rapat. Melihat koridor sepi, kami berlari kecil menuruni tangga lalu menyelinap ke jalan utama sekolah di tengah keributan.
Sepanjang jalan aku dan pria gemuk berusaha berjalan di blind spot perangkat pengawas, setelah keluar gerbang sekolah, kami langsung naik mobil dan pergi.
Di dalam mobil, aku melepas seragam sekolahku, menatap pria gemuk bertanya: "Gemuk, kamu punya rokok? Cepat kasih aku sebatang buat tenangin diri."
Pria gemuk mendengar ucapanku, mengambilkan sekotak rokok dari dalam mobil sambil berkata: "Kukira Shixiong, kamu kenapa sih?! Kali ini kita benar-benar kebablasan, tuduhan pembunuhan berencana ini hukumannya berat lho, meskipun keparat itu punya catatan kriminal, kalau sampai ketangkep, minimal kamu bisa dihukum seumur hidup!!"
Aku mendengar perkataannya, mengeluarkan korek api dari kotak rokok, menyalakan sebatang rokok, menghisapnya dalam-dalam sampai batuk-batuk, tapi justru batuk karena rokok ini membuat keteganganku setelah membunuh tadi sedikit mereda.
"Sekarang aku tidak khawatir apa-apa, cuma khawatir sama kepala sekolah bernama Li Jing itu." Aku menatap rokok di tanganku sambil berkata pada pria gemuk.
Pria gemuk langsung tersadar mendengar perkataanku, menatapku sambil berkata: "Liu Jing itu tahu kita datang cari si Lu bajingan itu, sekarang keparat itu mati hari ini juga, pasti dia akan mencurigai kita berdua, Sial! Benar-benar tamat..."
Mendengar perkataannya, aku tersenyum getir: "Gemuk, maaf ya, mungkin harus membebanimu juga, tapi tenang saja, orangnya kubunuh sendiri, kalau sampai masuk penjara, pasti semua kutanggung sendiri."
"Setelah mendengar ucapanku, pria gemuk itu menepuk setir dengan tangan, berkata padaku dengan nada tak puas: "Shixiong, maksudmu apa?! Soal membebani atau tidak, kalau kau benar-benar masuk penjara, aku Hu Pangzi meski harus jatuh miskin sekalipun pasti akan mengeluarkanmu!"
"Melihat tabunganmu yang sedikit itu, lebih baik kau simpan untuk modal nikah..." Aku menggelengkan kepala sambil memandang si gemuk.
Pria gemuk itu memutar mobil ke jalan kecil tanpa CCTV, lalu bertanya lagi: "Tapi jujur saja shixiong, kenapa aku merasa kau pelan-pelan berubah? Dulu kau tidak se-tegas ini. Saat kau melempar si keparat itu dari lantai atas, matamu persis seperti pembunuh profesional. Seperti pindah kepala ke perut!"
Aku tersenyum:
"Kau pernah lihat pembunuh?"
Pria gemuk menggeleng:
"Tidak. Tapi aku pernah nonton film 《Léon: The Professional》. Tatapan matamu tadi mirip sekali dengan pembunuh di film itu, bikin merinding."
"Yang bener, lain kali kalau nonton film perhatikan judulnya! 《Léon: The Professional》 itu judul internasionalnya, bukan 《Si Pembunuh Agak Dingin》..." koreksiku sambil menatapnya.
"Lha sama saja! Kau sendiri tahu kenapa bisa begini?" tanya pria gemuk sambil menatapku.
Aku menggelengkan kepala, tidak berbicara, namun dalam hati berpikir: Belakangan ini aku tidak pernah menggunakan 《Xuan Huang Di Jing》 itu lagi, tapi keinginan membunuh masih sering muncul tiba-tiba, ingin membunuh orang, dan bertindak sangat impulsif tanpa mempertimbangkan konsekuensi!
Mungkinkah sifat dasarku sudah terkikis habis olehnya?!
Jika benar demikian, meski aku berhenti menggunakan 《Xuan Huang Di Jing》 sekarang, sudah terlambat. Bangsat! Kali ini aku benar-benar terperangkap. Tak tahu akan jadi apa diriku nanti.
Tidak bisa begini terus. Aku harus mencari solusi, tidak boleh membiarkan diri terpuruk...
"Omong-omong Shixiong, bicara yang realistis. Orangnya sudah terbunuh, apa rencanamu sekarang?" Pria gemuk itu bertanya lagi ketika melihatku diam terlalu lama.
Mengusir pikiran kacau, kutatap pria gemuk itu dan mengungkapkan isi hati:
"Aku ingin menghubungi kapten Tim Penyelidik Fenomena Gaib, Si Bekas Luka, tanya apakah dia bisa membantu. Lalu menyelidiki identitas asli Master Gui - apakah dia benar pengkhianat Aliran Longhu kita? Ini sangat penting."
"Oke, lakukan saja. Aku akan mengantarmu kembali ke Dongdian dulu." Pria gemuk itu menginjak gas, mobil berbelok tajam dan meluncur ke selatan.
Mobil berguncang di jalan setapak keluar dari wilayah selatan kota, menuju Dongdian.
Setelah keluar dari kota selatan, kuambil ponsel dan menghubungi nomor Si Bekas Luka.
Sebenarnya saat menelepon Si Bekas Luka, aku merasa agak tidak enak. Karena sudah lama kami tidak berkomunikasi, tiba-tiba menghubunginya hanya untuk minta bantuan terasa kurang sopan. Tapi telepon ini harus kulakukan...
Dering ponsel berbunyi beberapa kali, lalu langsung diangkat. Suara serak Si Bekas Luka terdengar dari seberang:
"Halo, Shisan Lao Di, kenapa tiba-tiba ingat nelpon gue?"
Aku menelan ludah dan langsung membuka topik: "Kapten Yue, ada sesuatu yang harus kuminta bantuanmu..."
Si Bekas Luka langsung bertanya: "Apa masalahnya?"
"Aku... BUNUH orang..." Kataku ke telepon.
Di seberang garis terdiam beberapa detik sebelum suaranya meledak: "APA?! Lu bunuh orang?!"
"Benar." Jawabku singkat.
"Siapa korbannya? Kenapa lu nekat begitu?" Tanyanya cepat.
Aku menarik napas panjang. Kuceritakan detail kejadian mulai dari pertemuanku dengan hantu perempuan Yunzi di Desa Wang, hingga pembunuhan kepala sekolah Lu Di di Kampus Nanhuan.
Hening berkepanjangan di ujung telepon sebelum akhirnya dia bertanya: "Shisan, apa lu yakin kepala sekolah itu benar-benar mati terjatuh?"
"Setelah mendengar perkataan Si Bekas Luka, aku berkata: "Pasti, itu lantai lima, tanahnya dari semen. Dan sebelum pergi, aku sempat melihat energi Yang di tubuh kepala sekolah itu sudah mulai menghilang sendiri. Dia pasti tidak akan bertahan hidup.""
"Kamu sekarang di mana?" Si Bekas Luka melanjutkan pertanyaannya padaku.
"Di Jalan Donghe, sedang menuju Dongdian dari Nanhuan," jawabku.
Mendengar penjelasanku, Si Bekas Luka buru-buru berkata: "Kalian sekarang kirim lokasi tepatnya via ponsel, lalu tunggu di Jalan Donghe. Jangan ke mana-mana! Aku segera menyusul." Sebelum sempat kuucapkan terima kasih, dia sudah menutup telepon dengan tergesa-gesa.
"Pria gemuk, berhenti di sini. Tunggu dia datang," perintahku pada si gemuk sambil mengirimkan pin lokasi kami ke Si Bekas Luka.
……
Setelah sekitar setengah jam lebih, dari kejauhan terlihat mobil dan sedan hitam membunyikan klakson sambil melaju kencang ke arah kami.
Aku segera turun mobil. Dari jendela mobil di depan, kepala Si Bekas Luka terlihat menyembul: "Shisan! Aku sudah koordinasi dengan Kantor Polisi Nanhuan. Kalian yang memimpin, kita langsung ke Kampus Nanhuan sekarang!"
"Baik!" jawabku sambil naik kembali. Si gemuk menyalakan mobil, berputar arah, dan kembali melaju ke Kampus Nanhuan.
Sepanjang jalan jarang ada lampu merah, sehingga pria gemuk mengemudi dengan cepat. Tak lama kemudian, mobil sampai di Kampus Huanan Selatan. Pria gemuk tidak berhenti, langsung membawa Si Bekas Luka dan rombongannya masuk ke dalam kampus, menuju gedung tempat kejadian di belakang sekolah.
Setelah tiba di sekitar lokasi, kami parkir dan turun. Tampak lokasi kejadian di bawah gedung sudah dipasang garis polisi lagi oleh polisi. Orang-orang yang berkerumun semakin banyak, bahkan ada beberapa jurnalis membawa kamera.
Dalam hari yang sama, di tempat yang sama, terjadi dua kali kasus jatuh dari gedung dan kematian berturut-turut. Ini mungkin akan menyedot perhatian seluruh Kota Huanan Selatan.
Memikirkan ini, aku tak bisa menahan diri menghela napas panjang. Tampaknya meski ada Si Bekas Luka yang turun tangan, kasus ini tetap akan sulit diatasi...
