Mendengar suara dari luar, aku buru-buru bangkit dari lantai, mengambil tas ransel di sebelah dan memakainya, sekaligus cepat-cepat mengeluarkan Fu Yang dari dalam tas dan menempelkannya di dada.
Kemudian aku mulai memusatkan energi Yang dalam tubuh, memandang ke arah halaman luar rumah. Tapi hasilnya di luar dugaan, karena saat ini tidak ada secercah pun Energi Yin di halaman - yang datang bukan makhluk Yin jahat.
"Klater... klater..." Gemerisik sangat halus lagi terdengar dari luar, suaranya kecil tapi cukup jelas untuk kudengar.
Di saat yang sama, gelang di tangan kiriku tiba-tiba memancarkan cahaya redup, seolah ia mendeteksi sesuatu...
Ada yang tidak beres! Pasti ada sesuatu yang datang.
Memikirkan ini, aku perlahan mendekati Qiu Shasha. Kutepuk lembut bahunya untuk membangunkannya. Setelah terbangun, dia tidak bicara, hanya menatapku dengan mata mengantuk yang penuh tanya.
Melihat ini, aku buru-buru menunjuk ke arah luar halaman dengan tangan, berbisik di sampingnya: "Ada suara di luar rumah, mungkin ada sesuatu yang datang..."
Qiu Shasha mendengar perkataanku, refleks mengambil kuas kaligrafi di sebelah tangannya, menggenggamnya erat sambil berbalik cepat dari sleeping bag di tanah.
Melihat Qiu Shasha sudah siap, aku pun berjalan hati-hati menuju pintu rumah.
"Creek~~!" Saat kudorong perlahan pintu kayu reyot itu dan melihat keluar, seluruh halaman sunyi senyap, tak terlihat bayangan orang...
Sampai di tengah halaman, mataku menyapu setiap sudut tapi tetap tak menemukan secercah gerakan.
Tiba-tiba Qiu Shasha menghampiri, berdiri di belakangku sambil memandang halaman: "Shisan, jangan-jangan pendengaranmu salah?"
Perkataannya membuatku sadar, akhir-akhir ini sarafku memang terlalu tegang. Seperti tentara yang melihat rumput sebagai musuh, sedikit suara saja sudah kukira bahaya.
Setelah mengamati sekali lagi seluruh sudut halaman yang masih sepi, aku menoleh padanya: "Mungkin aku terlalu lelah akhir-akhir ini, jadi mudah curiga. Ayo kita lanjutkan tidur."
……
Setelah berjalan kembali ke dalam rumah bersama Qiu Shasha, Shasha langsung tertidur tak lama setelah berbaring. Sementara aku masih tak bisa tidur, berbaring di lantai sambil memikirkan cara mencari jenazah perempuan itu setelah pulang, dan bagaimana menyelamatkan Rushuang dari alam baka. Tiba-tiba gelang hitam di tangan kiriku mulai bereaksi lagi...
Awalnya mengencang, saat kuperhatikan gelang itu, cahaya samar mulai memancar kembali dari gelang hitam tersebut...
Melihat ini, hatiku dipenuhi pertanyaan: Apa sebenarnya yang terjadi dengan gelang ini??
Persis di detik berikutnya, suara gemeretak kecil terdengar lagi dari halaman...
"Bangsat! Ada apa sih yang bikin keributan di luar?" Gumamku sambil bangkit dari lantai, lalu berjalan pelan-pelan menuju pintu.
Perlahan kubuka pintu, berjalan ke tengah halaman. Mataku menyapu sekeliling, tetap tak menemukan apapun...
Perasaan terus-menerus dipermainkan ini memicu amarah dalam diriku. Seiring kemarahan itu, gelombang niat membunuh yang dahsyat tiba-tiba membanjiri kesadaranku!!
Saat ini hanya satu tekad yang kumiliki: Menemukan sumber suara itu, entah manusia atau hantu, dan MENGHANCURKANNYA HABIS-HABISAN!!
“Huu huu~~……” Sebuah angin dingin yang menusuk bertiup dari luar halaman, membuatku langsung menggigil. Perlahan kemarahan dan niat membunuh yang tiba-tiba muncul dalam pikiranku pun mulai mereda...
Kembali tenang dan terkendali, aku berdiri di tengah halaman dengan perasaan bingung.
Aku... Apa yang terjadi denganku tadi? Mengapa tiba-tiba muncul keinginan begitu kuat untuk BUNUH?! Apakah orang tadi benar-benar diriku sendiri? Semakin kupikirkan, semakin aku diliputi ketakutan...
Mungkinkah karena...
Aku menggelengkan kepala, menghentikan pikiran itu. Apa yang harus datang akan datang juga. Hanya saja tak kusangka semuanya terjadi secepat ini. Dalam waktu singkat, aku mulai tak mengenali diriku sendiri.
Bahkan seolah-olah aku perlahan berubah menjadi orang lain!!
Di saat itu, suara gemerincing "klontang-klontang..." kembali terdengar di pendengaranku. Kutebarkan telinga ke arah sumber suara, dan menemukan asalnya dari utara luar kompleks kuil ini.
Apapun itu, lebih baik kuperiksa. Jika tidak, malam ini aku takkan bisa tidur tenang.
Dengan pikiran itu, kusimpan dulu masalah pribadiku, lalu berjalan keluar dari halaman kuil ini.
Aku berjalan keluar dari halaman, terus mengikuti suara "klak-klik..." perlahan menuju utara kuil ini. Sambil berjalan, aku mengeluarkan selembar Fu Pengusir Enam Jia dari tas ransel dan menggenggamnya erat, untuk berjaga-jaga.
Di sisi selatan kuil ini, terhampar Hutan Primir Karst Maolan yang lebat. Aku mendengarkan suara itu sambil melangkah menuju hutan gelap di depan.
Suara ini aneh, karena meski berasal dari jarak sangat jauh dari kuil, volumenya tetap kecil. Aku sama sekali tak mengerti bagaimana suara sekecil ini bisa memiliki daya tembus sekuat itu.
Setelah berjalan sekitar dua tiga menit, deretan suara "klak-klik..." tiba-tiba menghilang. Aku terdiam di tempat, kehilangan arah...
Saat aku ragu-ragu apakah harus kembali ke kuil, tiba-tiba kurasakan sesuatu mendekat di belakangku!
Cepat-cepat aku berputar. Di kejauhan, tampak seorang pria berbaju hitam dengan topi bambu!
Bukan orang lain, dialah "Pria Bertopi" yang telah lama menghilang!!
Begitu mengenalinya, sebuah pertanyaan langsung melintas di benakku:
Apa yang dia lakukan di sini??
Pria Bertopi itu berdiri berhadapan denganku. Kami saling menatap dalam diam, tanpa sepatah kata pun.
"Cahaya bulan putih pudar menyiram ke bawah, menerangi tubuhnya. Aku tiba-tiba merasakan aura sangat misterius dan kepercayaan diri yang memancar alami darinya. Keyakinan yang terpancar dari setiap pori tubuhnya terus-menerus menyentuh hatiku, seolah pria di hadapanku ini yakin bisa mengalahkanku dalam sekejap."
"Keyakinan ini sama sekali bukan kepura-puraan, melainkan pancaran alami dari seorang pejuang sejati yang telah ditempa melalui ribuan momen hidup-mati dan hujan darah. Tak ada sedikitpun kepalsuan..."
"Sejak detik ini, baru kusadari bahwa aku sama sekali tak memahami pria misterius di depanku. Berapa banyak kehormatan dan aib yang dipikulnya? Rahasia apa lagi yang tersembunyi di balik dirinya?"
"Akhirnya, Pria Bertopi itu perlahan melangkah mendekat. Ia berhenti di jarak kurang dari dua meter. Meski wajahnya tertutup kain hitam, kurasakan tatapan tajamnya menembus tajam ke arahku!"
""Zuo Shisan, kutanya padamu: Ke mana perginya hatimu dan jati dirimu??" Pria Bertopi tiba-tiba bersuara, matanya tetap menatapku."
"Mendengar pertanyaannya, tubuhku gemetar. Tanpa kusadari, kata-kata itu meluncur begitu saja:"
""Kamu... Bagaimana kamu tahu?""
"Pria Bertopi mengulurkan tangan, menunjuk ke arah gelang hitam di pergelangan tangan kiriku. Seketika itu juga segalanya menjadi jelas."
“Kamu datang ke sini hanya untuk menanyakan ini padaku?” Aku menarik napas dalam-dalam, menatap Pria Bertopi sambil bertanya. Entah mengapa, aku selalu memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar terhadap pria misterius ini, ingin mengungkap semua rahasia yang tersembunyi di baliknya.
Pria Bertopi tidak menjawab pertanyaanku, malah berkata dengan suara dingin: "Jika tidak ingin mati karena buku itu, ikutlah aku sekarang." Nada bicaranya tidak menyisakan ruang untuk bantahan.
"Mengapa aku harus ikut denganmu?" tanyaku pada Pria Bertopi. Saat ini Qiu Shasha masih berada di dalam kuil, dan aku juga buru-buru ingin kembali karena pencarian jenazah perempuan itu sudah sangat mendesak.
"Apakah kau ingin mati, atau berubah menjadi orang gila yang menggigit setiap orang yang dilihat?!" Pria Bertopi menatapku dengan dingin.
"Apa sebenarnya yang kau ketahui? Mengapa setelah menggunakan buku itu, aku menjadi seperti ini?" Aku mengeluarkan pertanyaan yang selama ini terpendam di hatiku.
