Setelah mendengar perkataan Pria Bertopi, aku tidak memikirkannya lebih dalam, langsung berlari menuju tiga pengendali mayat yang sudah mati tergeletak di tanah. Saat ini aku hanya ingin segera mencari obat penawar racun mayat yang bisa menyembuhkan Qiu Shasha dari tubuh mereka.
Setelah menggeledah cukup lama, selain menemukan beberapa kertas jimat dan senjata tersembunyi dengan berbagai bentuk, sama sekali tidak ada obat penawar yang ditemukan.
Melihat ini, aku segera paham. Obat penawar racun mayat di tubuh Qiu Shasha tidak berada di tangan ketiga orang ini, melainkan pada si pemimpin berjanggut kecil itu. Hatiku sedikit kecewa, tapi tak ada cara lain. Hanya bisa menunggu di tempat kembalinya Pria Bertopi.
Setelah menunggu sekitar tujuh delapan menit, kulihat dari kejauhan bayangan hitam melesat mendekat ke arahku.
Hanya dengan beberapa lompatan, sosok itu sudah berada di dekatku. Ternyata Pria Bertopi yang kembali setelah pergi.
Melihatnya, aku segera mendekat dan bertanya, "Apa kamu berhasil mengejar pengendali mayat itu? Apakah dia membawa obat penawar??"
Pria Bertopi memandangiku tanpa bicara. Tiba-tiba tubuhnya bergerak cepat menyergapku, kedua tangannya menyerang secara bersamaan dari atas dan bawah.
Aku segera mundur sambil menghindar, sambil mengeluarkan Pisau Naga Lilin dan Burung Feniks dari tas ransel, mengarahkannya melintang di depan dada. Ketika kuangkat kepala, kaget melihat Pria Bertopi sudah tidak ada di depanku.
Di belakang!!
Begitu tersadar, aku segera menendang cepat ke belakang sambil memutar tubuh untuk melihat ke arah sana.
Tiba-tiba ada bayangan hitam berkelebat di belakang, Pria Bertopi menghindari seranganku dan menerjang mendekat. Aku segera menusukkan Pisau Naga Lilin dan Burung Feniks di tangan kananku ke arah tubuhnya.
Dia tidak menghindar, menyambar lenganku dengan tangannya sambil melangkah maju. Kepalanya menghantam keras kepalaku. Benturan itu membuat mataku berkunang-kunang, tubuhku limbung hampir terjatuh.
Sebelum sempat bereaksi, rasa sakit tajam menyergap bagian belakang kepala. Pandanganku gelap seketika sebelum tubuhku ambruk ke tanah.
Dalam keadaan setengah sadar, kurasakan tubuhku digotong di pundak seseorang. Kami bergerak menuju suatu arah... Lalu kesadaranku punah sepenuhnya.
……
Entah berapa lama berlalu. Saat terbangun, kudapati diri terbaring di ruangan gelap gulita yang tak bisa kulihat apapun.
Tidak! Ini bukan ruangan, melainkan kontainer kargo truk besar! Kurasakan getaran bodi kendaraan dan dengar deru mesin.
Kenapa aku bisa berada di kontainer truk ini? Siapa yang membawaku?
Kugoyangkan kepala yang masih berdenyut-denyut. Memori kejadian sebelumnya berangsur pulih... Pria Bertopi itu yang memukulku dan mengurungku di bak truk ini.
Tapi apa motifnya? Ke mana dia akan membawaku?!
Aku mencoba berpegangan pada kotak barang dan perlahan berdiri, berjalan menuju pintu belakang kontainer. Saat sampai di pintu, kucoba membukanya namun menemukan pintu besi truk telah terkunci dari luar.
Kuhela napas panjang. Sekarang aku merasa seperti binatang buruan yang ditangkap dan dikurung oleh Pria Bertopi. Rasa terhina yang belum pernah kurasakan sebelumnya membanjiri hatiku.
Aku tersenyum kecut pada diri sendiri, lalu kembali duduk bersandar pada kotak barang. Bagaimanapun, saat ini aku tak punya kemampuan untuk melarikan diri. Hanya bisa mengikuti arus, melangkah sambil melihat situasi. Ingin kulihat kemana Pria Bertopi ini akan membawaku dan apa tujuannya.
Saat pikiran itu melintas, teringatlah pada Qiu Shasha yang terkena racun mayat. Bagaimana keadaannya sekarang?! Pikiran ini membuatku gelisah. Segera kubangunkan diri, berjalan ke depan kontainer dan mulai memukul dengan keras.
Tak lama kemudian, kurasakan truk perlahan berhenti. Terdengar suara pintu mobil yang dibuka.
Suara langkah kaki mendekat, disusul suara asing yang berasal dari belakang kontainer:
"Diamlah di dalam. Gadis bernama Qiu Shasha itu baik-baik saja." Suara itu seolah membaca pikiranku, langsung menjawab pertanyaanku. Kira-kira delapan puluh persen ini adalah pesan yang diperintahkan Pria Bertopi kepadanya.
Namun apapun itu, yang penting Qiu Shasha baik-baik saja. Aku langsung lega dan berteriak ke luar: "Kalian mau membawaku ke mana??"
"Nanti kamu akan tahu sendiri saat sampai." Pria asing itu berkata padaku sebelum pergi, lalu naik mobil, menutup pintu, dan melanjutkan perjalanan.
Karena tak bisa mendapatkan jawaban dari sopir ini, aku akhirnya menyerah. Menunggu di dalam kontainer truk sambil berharap cepat sampai tujuan. Meski tak mau pasrah, situasi saat ini tidak memberiku pilihan lain.
Kembali duduk bersila di dalam kontainer, dengan penuh konsentrasi mulai melatih metode "Energi Zhen Wuji". Ini satu-satunya senjataku untuk menyelamatkan An Rushuang dari alam baka, jadi harus kumanfaatkan waktu sebaik mungkin.
Truk bergoyang-goyang sepanjang hari sebelum akhirnya berhenti. Sopir turun dan pergi, meninggalkanku sendirian di kontiner selama lebih dari satu jam sebelum seseorang akhirnya membuka pintu belakang.
Saat pintu terbuka, sinar matahari yang menyilaukan menerobos masuk. Mataku yang belum terbiasa terpaksa setengah terpejam beberapa saat sebelum bisa beradaptasi.
Turun dari mobil, akhirnya kulihat sopir itu - seorang pria kurus tinggi paruh baya. Di belakangnya berdiri Pria Bertopi.
Melihat sekeliling, ternyata kami masih di kaki gunung. Depan sana terhampar hutan lebat, sementara truk parkir di ujung jalan setapak.
"Ini mana?" tanyaku pada Pria Bertopi yang berdiri di belakang sopir kurus itu.
Pria Bertopi tidak menjawab pertanyaanku. Setelah mengantar sopir truk pergi, dia menoleh ke arahku dan berkata dengan dingin sebelum berbalik pergi:
"Ikuti aku dari belakang."
Meski penuh keraguan, karena sudah sampai di sini, aku penasaran ingin tahu kemana dia akan membawaku.
Mengikuti langkah Pria Bertopi, kami mendaki gunung di depan. Setelah melewati Hutan Lebat, hamparan semak tak berujung terbentang. Saat kami mendekat, ribuan ngengat abu-abu berhamburan dari semak-semak, mengubah langit dan bumi menjadi warna kelabu pucat bagai salju turun.
Tempat macam apa ini? Kenapa ada begitu banyak ngengat abu-abu?
Melewati semak penuh ngengat itu, muncul jalan setapak berkelok. Pria Bertopi mengajakku menyusuri jalan itu.
Setelah berjalan sekitar lebih dari setengah jam, samar-samar terlihat bangunan di depan. Dalam hati aku bertanya-tanya: Apakah tujuan Pria Bertopi adalah tempat itu?
Sambil berspekulasi, kami sampai di rumah seperti. Setelah mendorong pintu masuk, kulihat halaman bergaya klasik Tiongkok dengan 15-20 ruangan, mirip kediaman pedagang zaman kuno. Seluruh area hanya ditanami satu jenis tanaman: bambu.
"Tempat apa ini??" tanyaku pada Pria Bertopi.
“Tempat yang akan kamu tinggali selanjutnya.” Pria Bertopi berkata tanpa menengok ke arahku.
“Mengapa aku harus tinggal di sini? Apa tujuanmu sebenarnya?” Aku terus bertanya, namun semakin bingung. Aku sama sekali tak bisa menebak apa yang ada dalam pikiran pria bertopi ini.
Mendengar pertanyaanku, Pria Bertopi perlahan berbalik sambil mengangkat tangan untuk melepas topi bambu yang selalu dikenakannya...
Kemudian, terpampang wajah yang sangat tampan dihadapanku. Ini pertama kalinya aku melihat wajah asli Pria Bertopi, dan juga pertama kalinya aku merasa seorang pria bisa secantik ini!
Wajahnya memancarkan ketampanan dingin dengan garis yang tegas, hidung yang mancung sempurna. Alis hitam pekat dan sorot mata esnya yang dalam nan misterius menambah aura liar, kelima inderanya seolah diukir pahat.
“Zuo Shisan, percaya atau tidak, tapi tujuanku membawamu ke sini hanya satu: membuatmu kuat.” Akhirnya Pria Bertopi menjawab pertanyaanku.
Mendengar jawabannya, otakku langsung jadi bubur. Dulu dia menganggapku musuh, kenapa tiba-tiba ingin membuatku kuat?
“Mengapa kau mau membantuku seperti ini?” Aku menatapnya langsung tanpa berbelit-belit.
