Di dalam aula, aku segera menoleh ke sumber suara. Ternyata Xiangtian yang belum mati sempurna itu sedang bangkit dari lantai.
Begitu melihatku, tubuhnya langsung berubah menjadi bayangan hitam hantu yin. Dengan cepat dia berputar dan mencoba kabur ke mulut lorong di depan.
Melihat kejadian ini, aku tak mungkin membiarkannya kabur lagi. Segera kukumpulkan energi Yang di kedua kaki, lalu melompat dengan lincah untuk mengejarnya.
Saat menyusul Xiangtian, kuhantamkan tinju ke arahnya hingga terjatuh dari udara. Kontak antara energi Yang dan Yin membuat wujud hantunya langsung terlihat.
Menyaksikan wujud asli Xiangtian, kusambar Fu Pengusir Enam Jia dari tas ransel. Lidahku kugigit hingga berdarah Yang, lalu kulekatkan kertas jimat yang telah dibasahi darah itu ke tubuhnya.
Saat Fu Pengusir Enam Jia bermandikan darah Yang menempel di titik vital dadanya, energi Yin yang tersisa di tubuh Xiangtian langsung menyusut drastis, berhamburan perlahan dari pori-porinya.
Terbaring di tanah, tubuh hantu Xiangtian bergetar hebat. Wujudnya kadang samar kadang jelas, pertanda rohnya hampir tercerai-berai.
"Kau keturunan Zuo! Jangan sombong duluan!" raungnya sambil gemetar. "Kekaisaran Jepang akan kembali! Negeri kau akan kami invasi lagi... sampai hancur lebur!!" Matanya masih menyala ambisi gila seperti masa Perang Dunia II.
"Yāngyāng Huáxià, hèhè wénmíng, yǒng shǐ fú xuān, hé chóu bù xīng! Masa Perang Dunia II bisa mengusir kalian kembali, sekarang dan selamanya tetap bisa, keparat tua yang seharusnya sudah mati ini jangan berkhayal! Jika benar-benar ada hari ketika kalian menyerang kami lagi, percayalah, Tokyo-mu akan kami ratakan!!" Aku tidak ingin membuang waktu lagi, langsung membentuk mudra jurus ketiga Lóng Hŭ Qī Shè Yìn dengan tangan kanan, seraya berseru: "Gōng zhōng sì jué shén yuán zhào, niàn yǐ wú cún sān míng kāi. Lóng Hŭ Qī Shè Yìn! She!!" Setelah mantra selesai, aku segera menghantam titik vital di dahi Xiangtian.
Saat Lóng Hŭ Qī Shè Yìn yang penuh energi Yang menghantam titik vital di dahi Xiangtian, energi Yin di tubuhnya langsung menyebar. Rohnya perlahan menghilang, tak sampai sekejap semua energi Yin di sekitar pun lenyap...
Dengan demikian, arwah jenderal Jepang penginvasi China sejak Perang Dunia II ini akhirnya rohnya tercerai-berai pada hari ini.
Setelah memindai seluruh ruangan dan memastikan tak ada sisa energi Yin sama sekali, barulah aku melepas mudra tangan kanan. Cahaya merah tua di tangan pun segera menghilang.
"Shixiong, benarkah Xiangtian bajingan kecil itu sudah mati?" tanya pria gemuk sambil berlari dari belakang ke sampingku sambil melihat sekeliling.
Aku mengangguk pada pria gemuk itu: "Sudah mati. Rohnya tercerai-berai, abadi tak bisa bereinkarnasi."
"Sialan! Hari ini akhirnya kita berhasil menghabisi dia. Eh Shixiong, pas aku pingsan tadi, sebenarnya apa yang terjadi?" pria gemuk itu menatapku dan bertanya.
Mendengar pertanyaannya, aku menoleh ke arah Zhao Man. Matanya juga memancarkan tatapan penuh tanda tanya.
Melihat ekspresi mereka, terpaksa kuceritakan secara singkat kejadian saat pria gemuk itu pingsan. Lalu kukeluarkan giok kuno berwarna hitam pekat dari tas ransel. Setelah diamati lama oleh mereka berdua, tetap tak ada yang bisa dipahami.
Setelah mengembalikan giok itu, Zhao Man berkata, "Sebaiknya kita tidak membahas giok ini dulu. Meski aula ini tampak aman, bukan tempat yang layak bertahan. Mari cari anggota tim lain dan segera keluar dari kastil kuno ini."
Kami berdua mengangguk setuju. Kami segera membereskan barang dan membangunkan empat orang (dua pria dan dua wanita) yang masih pingsan. Mereka diminta mengikuti dari belakang saat kami memasuki lorong berikutnya.
Kali ini, meski lorong itu lembap dan gelap, hawa dingin menyengat yang dulu sudah hilang. Entah itu Energi Yin yang tersembunyi atau bukan, seluruh kastil kini benar-benar bersih dari aura negatif.
"Setelah melewati lorong yang tidak terlalu panjang ini, di depan terdapat tangga batu yang menanjak. Kami menaiki tangga tersebut dan tiba di sebuah aula luas yang dipenuhi berbagai alat penyiksaan: pisau, jarum, duri, rantai besi, parang, borgol, belenggu kaki, dan lain sebagainya..."
Di dinding batu, langit-langit, hingga lantai yang gelap gulita - semuanya dipenuhi alat penyiksaan berkarat. Ada yang kukenal, ada yang tidak. Jumlahnya begitu banyak sampai membuat rombongan kami tertegun.
"Aku... Kukira teman-teman, tempat ini benar-benar sialan seperti penjara jaman dulu. Dengan segitu banyak alat penyiksaan, berapa orang yang tewas disiksa di sini? Shixiong, cepat pakai Yin Yang Yan-mu untuk memeriksa sekeliling. Bisa jadi arwah-arwah di sini cukup banyak untuk main Three Kingdoms Kill berkelompok, sisanya masih bisa main mahjong satu meja." Pria gemuk itu berkata sambil memandangi aula penuh alat penyiksaan.
Sebenarnya kekhawatiran pria gemuk itu tidak perlu. Di sini tidak hanya tidak ada satu pun hantu yin, bahkan sedikit pun Energi Yin tidak terdeteksi. Hanya suasana suram dan alat-alat penyiksaan yang terlihat mengerikan.
"Tidak ada hantu yin di sini." Aku berdiri di tempat sambil memastikan keadaan sekeliling sebelum berkata kepada semua orang.
Kami bersama-sama memasuki aula ini. Setelah melewati alat-alat penyiksaan, di depan terdapat lagi tangga batu menanjak. Tangga ini berbeda dengan yang sebelumnya, di kedua sisi setiap anak tangganya tertancap paku-paku besi hitam, hanya bagian tengah yang bisa dilewati orang.
"Kami sekelompok orang kembali menuruni bagian tengah anak tangga batu ini dengan hati-hati, namun secara tak terduga menemukan—di depan tidak ada jalan lagi!!"
"Melihat tebing batu hitam pekat di ujung anak tangga, aku segera memimpin semua orang berbalik arah."
"Kembali ke ruang alat hukuman itu, kami mulai mencari jalan keluar secara terpisah. Tak lama kemudian, teriakan pria gemuk bergema di ruangan:"
"'Ketemu! Semua datang lihat, di sini ada lorong lagi!!'"
"Mendengar teriakan itu, kami bergegas menghampirinya. Di bawah sorotan senter kuat, terlihat pintu rahasia gelap di sudut. Setelah memusatkan energi Yang sebentar dan memastikan tidak ada energi Yin, kami memasuki pintu itu bersama."
"Masuk ke dalam, aku, pria gemuk, dan Zhao Man mulai mempercepat langkah menuju kedalaman."
"Sekitar lima enam menit berjalan, kami menemukan pintu keluar jalan pintas yang ternyata mengantarkan kami kembali ke ruang utama kastil tempat awal kedatangan."
"Beberapa jam sebelumnya ruangan ini penuh sesak dan riuh, tapi kini dari seluruh kastil kuno itu hanya kami tujuh yang keluar—nasib puluhan lainnya masih gelap!"
Seluruh ruangan aula terasa kosong dan sunyi senyap, bagaikan kota mati yang tak pernah diinjak manusia. Wanita bernama Gao Ya dan staf yang sebelumnya ada di sini, telah lama menghilang tanpa jejak...
"Kak Zhao Man, apa rencana kamu? Haruskah kita kembali sekarang untuk mencari orang-orang yang masuk sebelumnya??" Aku menoleh memandang Zhao Man di sampingku.
Zhao Man menggelengkan tangan setelah mendengar pertanyaanku: "Kastil tua ini jauh lebih besar dari perkiraan kita. Meski kita berpisah untuk mencari sekarang, tetap sulit menemukan mereka dalam waktu singkat. Jadi aku ingin keluar dulu dari kastil ini, lalu menelepon Tim Penyelidik Fenomena Gaib dan Kantor Polisi setempat untuk mengunci seluruh area sebelum melakukan pencarian menyeluruh."
Mendengar penjelasan Zhao Man, aku dan si pria gemuk mengangguk setuju. Rencana itu memang strategi terbaik saat ini. Dengan formasi labirin sebesar ini, mustahil kita bisa menemukan tim 'penjelajah' itu dalam waktu dekat.
Setelah mengambil keputusan, kami berbaris menuju pintu depan kastil tua itu, berniat keluar terlebih dahulu.
