Pria gemuk itu mencoba membujuk: "Shixiong, selagi ular ini belum mati total, cepatlah menggigit beberapa kali. Kalau nanti benar-benar mati, khasiatnya mungkin hilang. Seperti minum jahe, pejamkan mata lalu telan saja."
Kukecam: "Kau memang enak bicara saja." Kurampas tubuh ular tak berkulit itu dari tangannya. Kuatkan hati, pejamkan mata, kugigit dagingnya dengan gigi terkunci.
“Ketika aku menggigit tubuh ular itu, aroma amis yang sangat menyengat langsung membanjiri mulutku, membuatku mual dan hampir muntah.”
“Sialan! Nekat saja!” Dengan nekat, aku menggigit keras daging ular berikut otot dan uratnya, menelannya bulat-bulat tanpa mengunyah ke dalam perutku.
Mulutku langsung dipenuhi bau darah dan tanah, perutku bergejolak hebat sampai hampir muntah saat itu juga!
Tepat di saat itu, pria gemuk segera menyodorkan botol sambil berkata: “Cuka, Shixiong minum sedikit cuka untuk menghilangkan baunya.”
Mendengar perkataannya, aku segera merebut botol cuka dari tangannya, membuka tutupnya dan langsung meneguk besar.
Aroma darah yang memualkan di mulutku langsung tergantikan oleh bau asam menyengat dari cuka, membuatku merasa jauh lebih baik.
“Sudah membaik?” tanya pria gemuk sambil menatapku.
Aku mengangguk tanpa bicara, lalu meneguk lagi cuka di tanganku.
“Tambah satu teguk lagi...”
Setelah makan setengah ular sambil bergantian minum cuka, akhirnya aku tidak tahan lagi. Aku melemparkan sisa ular itu ke pria gemuk lalu lari ke kamar mandi untuk berkumur.
……
Setelah melewati cobaan memakan ular hidup ini, akhirnya semua berlalu. Aku melihat jam, sudah lewat pukul 11 malam. Gerbang Kematian akan terbuka dalam kurang dari setengah jam, saatnya untuk pergi.
Lalu kusuruh pria gemuk itu turun untuk menyetir mobil. Kami langsung keluar dari perumahan dan melaju ke pinggiran kota Dongdian.
Aku tak berniat berkeliaran di jalanan kota dengan baju kematian ini. Jika ada yang melihat, pasti mereka akan kabur ketakutan. Tak lama lagi mobil polisi atau rumah sakit jiwa pasti akan menjemputku.
Setelah keluar dari kota, pria gemuk itu menghentikan mobilnya di pinggir jalan setapak di pinggiran. Begitu turun, segera kusuruh dia pulang. Malam Festival Hantu bukan waktu yang tepat untuk tetap di luar.
Melihatku turun, pria gemuk itu duduk di mobil sambil memandangiku. Mulutnya terbuka seolah ingin bicara, tapi kemudian ditahannya. Kulihat keragu-raguannya dan segera bertanya, "Ada apa lagi?"
Pria gemuk itu menelan ludah, lalu bertanya dengan cemas, "Shixiong, ada sesuatu yang selama ini tidak kubicarakan. Sekarang ingin kuungkapkan, tapi tak tahu apakah pantas."
"Langsung saja! Jangan bertele-tele seperti perempuan. Cepat katakan!" seruku.
Pria gemuk itu menarik napas panjang, lalu berkata, "Shixiong, sebelum kau pergi ke alam baka ini, selama beberapa malam aku selalu bermimpi sama... Mimpi kau... kau meninggal di sana dan tak pernah kembali..."
"Setelah mendengar ucapan pria gemuk itu, aku pertama kali blank, lalu berkata padanya: "Bung, dasar p****n! Di saat seperti ini, kau masih mengejekku. Aku benar-benar sial delapan keturunan bisa berteman dengan babi bodoh sepertimu."
"Shixiong, yang kukatakan semuanya benar!!" Pria gemuk itu duduk di dalam mobil dan menatapku dengan serius.
Mendengar perkataannya, aku memandang sekeliling yang gelap gulita, menghela napas. Dalam hati aku tahu perjalananku ke alam baka kali ini sangat berisiko.
"Bung, meskipun kali ini aku pergi ke alam baka dan benar-benar tidak kembali, aku harus tetap pergi. Aku tidak bisa membiarkan Rushuang sendiri di bawah sana menanggung dosa dan hukuman untukku. Kesalahan adalah perbuatanku, pantas aku yang menerima konsekuensinya. Dan aku ingin menemuinya, menyelamatkannya, ingin selalu bersamanya. Keyakinan ini tidak akan mundur satu langkah pun karena ketakutan akan kematian!" Setelah berkata demikian, aku menoleh ke pria gemuk itu: "Dompetku ada di bawah bantalmumu. Jika aku benar-benar tidak kembali, hartaku menjadi milikmu. Dan kau harus berjanji, orangtuaku akan menjadi orangtuamu juga."
Matanya memerah mendengar ucapanku. Tanpa berkata apapun, dia mengangguk kuat-kuat.
"Tapi ingat Bung, jika kali ini aku tidak kembali, jangan lupa bakar lebih banyak uang kertas untukku. Biar aku bisa jadi tai hao di alam baka. Aku pergi, tunggu kabarku." Aku berbalik dan berjalan pergi tanpa menoleh lagi.
Lama kemudian, suara mesin mobil akhirnya terdengar dari belakang. Pria gemuk itu mengemudi pulang.
Setelah menengok dan melihat pria gemuk itu sudah pergi jauh, barulah aku mengumpulkan emosi dan mulai mengumpulkan energi Yang di kedua mata, memindai sekitar daerah pinggiran yang sepi ini.
Tapi yang mengejutkanku, tidak ada energi Yin maupun hantu yin di sekitar sini.
Apakah sekarang belum pukul 12 sehingga gerbang kematian belum terbuka? Segera kuraih ponselku, setelah membukanya terlihat pukul 12 lewat 15 menit - seharusnya gerbang kematian sudah terbuka lebih dari 10 menit yang lalu.
Jika gerbang kematian sudah terbuka, mengapa tak kulihat satu pun hantu yin di sekitar sini? Apakah mereka tidak berada di tempat ini?
Begitu terpikir ini, segera kukumpulkan energi Yang ke kedua kaki dan melesat cepat ke arah utara.
Setelah berlari kencang sekitar 20 menit lebih, tiba-tiba kurasakan pancaran energi Yin yang sangat kuat di sebelah kiri tubuhku!!
Merasakan gelombang energi Yin masif itu, tubuhku langsung membeku di tempat. Kepalaku berputar ke kiri.
Benar saja, di kejauhan terlihat lautan energi Yin tak berujung yang perlahan mendekat ke arahku.
Itukah gerbang kematian? Lebih baik mendekat untuk memastikan. Begitu keputusan terlintas, segera kumelesat ke arah itu.
Jarak ini sebenarnya tidak terlalu jauh, hanya sekitar satu dua menit, aku segera sampai di dekat lokasi Energi Yin tersebut. Untuk berjaga-jaga, aku menarik kembali energi Yang ke Dantian, lalu mengaktifkan "Teknik Pernapasan Tersembunyi Mao Shan" untuk meminimalkan tanda kehidupan tubuh agar tidak terdeteksi oleh hantu yin. Perlahan aku mulai mendekati gumpalan besar Energi Yin itu.
Seiring langkahku mendekat, semakin jelas terlihat bahwa dalam gumpalan besar Energi Yin tersebut terdapat ribuan hantu yin. Sebagian besar mereka mengenakan baju kematian, wajah dan tangan menghitam, kepala tertunduk sambil berjalan limbung. Mereka berbaris empat-empat dalam formasi yang panjangnya tak terlihat ujungnya. Saat ini mereka semua berjalan maju secara teratur meski tanpa pengawasan Penjaga Neraka, tak satu pun yang mencoba melarikan diri.
Melihat ini, aku segera paham. Pasti para hantu yin ini dilepaskan dari Gerbang Kematian pada Festival Hantu hari ini. Jika aku mengikuti barisan mereka ke arah belakang, pasti akan menemukan Gerbang Hantu tempat mereka keluar.
Begitu berpikir demikian, aku segera bergegas menyusuri barisan besar hantu yin ini menuju arah berlawanan dari tujuan mereka.
Mengikuti barisan hantu yin tidak lama, di ujung depan kulihat sebuah gerbang batu hitam raksasa muncul secara misterius di atas bukit tanah. Hanya satu daun pintu gerbang hitam itu yang terbuka, di dalamnya gelap gulita, terlihat ribuan hantu yin berjalan keluar dari balik gerbang batu itu.
Penampilan Gerbang Kematian itu seperti paviliun kuno berukuran raksasa dengan atap melengkung di empat sudutnya. Gerbang gunung yang hitam itu luas bagai langit, menyiratkan nuansa kuno yang tak terhingga. Di depannya sesekali bergulung kabut hitam energi Yin.
Di papan horizontal yang berkarat seperti darah, terukir tiga karakter mengerikan "Gerbang Kematian" dengan goresan kaligrafi yang perkasa namun menyiratkan kesepian yang menusuk.
Akhirnya kutemukan! Inilah Gerbang Kematian! Satu-satunya pintu di Dunia Manusia yang langsung terhubung ke alam baka!
Pada saat yang sama, kulihat di kedua sisi gerbang kematian ini berdiri lebih dari sepuluh hantu sial berwajah mengerikan. Di tangan mereka mereka memegang gada bergigi serigala yang dipenuhi duri tajam!
Para hantu sial pemegang gada itu memiliki wajah biru dengan taring panjang, rupa yang bengis dengan cakar terkembang. Tubuh hijau mereka tinggi besar dan kekar. Sekilas pandang saja, para hantu itu sudah memberiku kesan seram yang mengerikan.
Setelah mengamati dengan seksama, kuhitung jumlah hantu-hantu itu persis delapan belas. Mungkinkah mereka adalah Delapan Belas Hantu Penyiksa yang menjaga Gerbang Kematian ini?!
"Bangsat! Ini adalah 18 energi Yin dari hantu sial yang sangat kuat. Kecuali terpaksa, jangan pernah berhadapan langsung dengan mereka. Hulu Wa, Kucing Hitam Polisi, Shuke & Beita, lindungilah aku. Semoga kali ini aku bisa lolos!"
Setelah berdoa dalam hati, aku menggigit gigi dan melangkah maju menuju Gerbang Kematian di depan...
