Kabut abu-abu aneh dan bayangan hantu yin berbaju kematian saling menyilang di tempat ini. Segala sesuatu terlihat sangat tidak biasa, seolah aku masuk ke dalam adegan film hitam-putih televisi era 80-90an.
Jalan di depan yang membentang ke kejauhan berkelok-kelok, seram dan menakutkan. Tiba-tiba angin dingin berhembus, menggerakkan kabut abu-abu yang melayang-layang. Muncul desiran halus seperti gesekan dedaunan di padang pasir raksasa, menambah aura mistis dan kesan angker seluruh alam baka...
Di angin jelas terasa keberadaan Energi Yin, dan di antara kabut kelabu di udara, ada titik-titik hitam tak terhitung yang melayang-layang. Aku tak bisa menjelaskan apa itu, hanya merasakan ketika titik-titik hitam itu menyentuh kulitku yang terbuka, muncul hawa dingin yang bahkan membuatku merinding!
Segala sesuatu di alam baka ini terlalu asing bagiku. Melihat lautan hantu yin yang menunduk berjalan di jalan depan, aku langsung berniat menyusuri jalan setapak itu, mengikuti barisan arwah menuju ujung jalan.
Karena sekarang, sama sekali tak ada pilihan lain yang tersedia untukku.
Saat mendekati jalan tipis seperti kertas ini, kulihat batu besar di persimpangan dengan tiga karakter raksasa terukir:
"Jalan Alam Baka!"
Jalan tak berujung ini legenda Jalan Huangquan?! Dasar sialan! Ternyata benar-benar ada jalan seperti ini di alam baka.
Kuperhatikan jalan yang dipenuhi hantu yin ini, lalu langsung menyusul di belakang mereka.
Begitu menginjakkan kaki di Jalan Alam Baka, sensasi seperti menginjak kapas semakin kuat. Setiap langkah terasa lembek, berjalan menjadi sangat melelahkan.
Menunduk melihat ke bawah, jalan di bawah kaki terlihat seperti kertas abu-abu tanpa setitik debu. Mengangkat kepala, di atas tak terlihat matahari bulan atau bintang-bintang, hanya kabut kelabu yang samar-samar...
Terus berjalan menyusuri Jalan Huangquan ini, jalan di depan mulai melebar dan lurus. Di kedua sisi jalan kini muncul bunga-bunga berwarna merah dan hitam bergaris-garis.
Ini pertama kalinya sejak memasuki alam baka, selain warna hitam, abu-abu dan putih, aku melihat warna lain.
Bunga-bunga yang mekar di kedua sisi jalan itu sangat memikat, diselimuti aura misterius oleh kabut kelabu. Dari kejauhan terlihat seperti karpet darah. Namun bunga ini aneh, hanya ada bunga dan tangkai tanpa daun.
Apakah ini Bunga Higan?! Legenda mengatakan di sepanjang Jalan Huangquan tumbuh Bunga Higan merah tak terhitung, mekar seribu tahun, layu seribu tahun. Bunga dan daun tak pernah bertemu, selamanya terpisah. Cinta bukan soal karma, takdirlah yang menentukan hidup-mati.
Aku mengikuti hantu yin di depan, berjalan di jalan yang memerah oleh Bunga Higan tak terhitung. Aku memandangnya, keindahan mematikan yang memancarkan pesona tragis nan memabukkan. Sangat menyedihkan... Mereka mirip bunga Wijayakusuma, sama-sama bunga yang tak mendapat restu.
Seperti perasaan tertentu yang tak mendapat restu, meski tetap indah.
Bunga dan daun yang tak pernah bertemu, bagai takdir yang ditakdirkan untuk saling meleset. Rumpun-rumpun merah menyala yang terlihat menggoda itu justru memancarkan aura kematian, kecantikan sempurna namun tak bisa menyembunyikan jiwa yang suram...
Yang dijaganya hanyalah kesempatan yang terus terlewat, saling menjaga dan memahami namun tak pernah bertatap muka. Meskipun menyedihkan, inilah bukti eksistensi cinta paling tulus.
Terasa mirip dengan bunga opium, menanggung terlalu banyak tuduhan tak adil, kekurangan begitu banyak doa tulus. Sebenarnya racun dari opium itu ulah hati manusia, apa hubungannya dengan bunga itu sendiri?
Entah mengapa, kehadiran Bunga Higan ini membuat hatiku dipenuhi kesedihan tak terduga, sekaligus mengingatkanku pada hubunganku dengan An Rushuang. Sejak kami bersama, jarang dapat restu, yang ada hanyalah pertanyaan.
Melihat Bunga Higan ini, tiba-tiba teringat cerita masa kecilku: Dahulu kala, ada hantu buruk rupa jatuh cinta pada gadis cantik dunia manusia. Karena buruknya rupa, sang gadis menolak. Demi cinta, hantu itu memenjarakan si gadis. Kemudian, seorang daoshi menyelamatkan dan jatuh cinta padanya.
"Daoshi membasmi hantu, Energi Yin hantu itu menghilang di antara semak belukar, sejenis bunga merah-hitam sejak itu mekar indah di sana, namanya adalah 'Bunga Higan'. Sejak saat itu, Bunga Higan tumbuh di tempat bernama 'Jalan Alam Baka' di alam baka. Cinta mungkin juga seperti ini, hanya karena perbedaan cara mencinta, harus menguburkan banyak hal, juga melupakan banyak hal."
Aku menghela napas, berhenti berpikir, terus mengikuti hantu-hantu yin di depan menapaki Jalan Alam Baka yang tak berujung.
Sepanjang perjalanan ini, aku benar-benar kehilangan konsep waktu, hanya tahu telah berjalan sangat lama di Jalan Alam Baka ini, tapi ujungnya tak kunjung terlihat.
Perlahan aku mulai curiga: jangan-jangan aku salah jalan? Atau mungkin Jalan Alam Baka ini memang tak berujung?!
Semakin jauh melangkah, hatiku semakin panik. Ingin bertanya pada hantu yin di samping, tapi melihat tak ada yang berbicara, takut identitasku terbongkar, terpaksa menahan diri. Di hati gelisah seperti semut di atas wajan panas, cemas tapi tak ada cara, hanya bisa terus maju.
"Cepat jalan! Ikuti aku! Yang tertinggal akan dilempar ke neraka lapis delapan belas!!" Tiba-tiba dari belakangku terdengar teriakan serak dan kasar.
Memandang ke arah suara, kulihat dua petugas neraka berbaju jas rapi, rambut licin berminyak. Wajah mereka hitam legam melayang di udara, tangan mencengkeram cambuk terbang mendekat.
"Alasan aku bisa menilai dua wajah hitam berbaju jas itu adalah petugas neraka, karena aku melihat plakat hitam di pinggang mereka, masing-masing tertulis karakter '' (chāi)."
Hanya saja, ketika aku melihat lambang pada jas kedua petugas neraka itu, seluruh tubuhku langsung tidak enak.
Di dada kiri mereka, tertera sulaman kelinci kecil. Ternyata itu jas merek ternama masa kini, Caocao Gongzi!!
Aku langsung terpaku, sama sekali tidak menyangka petugas neraka di alam baka juga mengikuti tren. Jika bukan karena melihat langsung, lebih baik aku percaya dunia ini ada Hulu Wa, Ultraman, Nezha, Kucing Hitam Polisi, daripada percaya petugas neraka memakai jas gaya Barat merek Caocao Gongzi!
Dengan munculnya kedua petugas neraka itu, arwah yin yang berjalan di jalan terlihat semakin cepat. Aku pun mempercepat langkah, mengikuti dari belakang.
"Tok!!" Suara cambukan kulit terdengar di sepanjang Jalan Huangquan yang sunyi ini. Mendengar suara itu, aku segera menoleh dan melihat salah satu petugas neraka sedang mencambuk-cambukkan cambuk kulit ke tubuh seorang arwah yin di belakang.
Suara "Tok tok tok..." dan jeritan menderita arwah itu terus bergema.
Setelah menyimak, dari jeritan arwah itu kudengar suara perempuan muda, usianya tampaknya belum dewasa.
“Sampai di alam baka, brengsek harus dengar perintahku! Aku yang mau lu, itu udah keberuntungan lu, pas bereinkarnasi nanti, lu belum tentu bisa jadi manusia! Masih berani ngeyel?!” Petugas neraka itu memaki sambil mencambuk keras dengan tongkatnya.
“Ngapain liat-liat?! Jalan cepat semua! Kalau rombongan kalian nggak sampai ke Sungai Huangquan sebelum Tengah Malam, semua bakal kulempar ke neraka!!!” Petugas neraka lain meneriakkan ancaman ke arah kami.
Para hantu yin yang sempat berhenti di jalan langsung bergegas berjalan lagi mendengar teriakan itu.
Melihat kejadian ini, hatiku gemetar. Ini... ini kok bisa terjadi di alam baka?!
Tapi setelah kupikir-pikir, ini wajar. Baik hantu maupun manusia, masih menyimpan sifat manusiawi. Di mana ada kemanusiaan, di situ ada kebaikan dan kejahatan. Hal-hal yang terjadi di dunia manusia pasti ada juga di alam baka.
Tapi masalahnya, haruskah aku ikut campur?
Kalau sekarang aku bertindak menyelamatkan hantu itu, identitasku pasti ketahuan. Kalau salah langkah, bakal timbul masalah tak berujung di alam baka. Bahkan bisa menggagalkan rencana penyelamatan An Rushuang!
