Mendengar suara langkah kaki itu, aku segera mengangkat kepala dan menatap ke pintu sel di depan.
Hanya terlihat seorang berjubah hitam perlahan mendekati selku. Di belakangnya mengikuti seorang petugas neraka, dan pria berjanggut pendek yang juga memakai jubah hitam.
“Cahaya di sini sangat redup, aku tidak bisa melihat dengan jelas. Dalam hati aku bertanya-tanya, apakah ini Yin Si Ma Wuyan yang sebelumnya pergi lalu kembali lagi? Untuk apa dia mencariku?”
Saat pria bermantel hitam itu mendekati pintu sel, aku mengintip melalui celah pintu dan tepat melihat sepasang matanya yang penuh kebencian dan permusuhan menatapku.
Mata ini baru saja kulihat sebelumnya, tidak asing lagi. Dia adalah Ma Wuyan!
“Buka pintu sel ini sekarang!” Suara Ma Wuyan yang datar tanpa emosi terdengar dari luar sel.
Petugas neraka yang mengikutinya segera bergegas maju dan membuka pintu sel.
Dengan terbukanya pintu, Ma Wuyan yang masih mengenakan mantel hitam itu masuk diiringi dua energi Yin di belakangnya.
Aku masih duduk bersila di lantai, menatapnya tanpa berkata-kata. Tatapan yang dia berikan membuatku merasa kali ini kedatangannya pasti membawa masalah!
“Kau yang disebut Zuo Shisan?” Ma Wuyan berdiri di hadapanku, menatapku dengan sikap superior dari posisinya yang lebih tinggi.
“Ya, aku Zuo Shisan,” jawabku sambil menatapnya.
“Kau yang menikahi Rushuang dengan pernikahan Yin saat berusia sembilan tahun?” dia melanjutkan pertanyaannya.
Mendengar pertanyaan ini, seketika aku paham alasan kedatangannya - ini tentang An Rushuang.
“Benar. Dia istriku,” kataku tegas.
“Dia istrimu?!” Mata Ma Wuyan menyipit penuh kecurigaan.
“Ya,” aku mengangguk mantap.
"Ma Wuyan mendengar ucapanku, lalu perlahan berjongkok di depanku. Dengan tatapan penuh kebencian, ia berkata dengan dingin: "Salah. Dulu iya, sekarang tidak lagi."
"Tuan Ma, apa maksud perkataanmu ini?" Kedua mataku bertatapan dengan mata Ma Wuyan sementara aku bertanya.
Ma Wuyan menyeringai dingin:
"Manusia dan hantu berbeda jalan. Manusia di dunia Yang, hantu di alam Yin. Seperti kutub positif dan negatif yang saling tolak. Mustahil bersatu. Sekalipun dipaksakan, akhirnya tetap buruk. Anak muda, kau paham?"
Aku tersenyum mendengarnya: "Soal ini tak perlu Tuan Yin Si repotkan. Urusan kami, kami yang tentukan."
"Kalian yang tentukan?! Kau pikir Rushuang akan terus mengikutimu? Kau kira bisa keluar hidup-hidup dari sini?! Terus terang saja, di Kota Kematian Tidak Wajar ini, akulah yang berkuasa!!" Suara Ma Wuyan semakin menusuk dingin...
“Lalu bagaimana? Bahkan jika An Rushuang tidak mengikutiku, bahkan jika aku sendiri tidak bisa keluar hidup-hidup dari sini, itu tetap urusanku sendiri Zuo Shisan! Bukankah Tuan Ma terlalu ikut campur? Jika kedatanganmu hanya untuk mengatakan ini, maaf aku tidak akan menghiraukan.” Aku berbicara dingin pada Ma Wuyan. Aku memang punya sifat seperti ini - jika orang menghormatiku sejengkal, kubalas sehasta. Tapi jika orang meremehkanku, aku juga tak akan menganggapnya.
Ma Wuyan menggigit giginya hingga berbunyi "kreek, kreek" mendengar ucapanku, lalu berkata dengan geram: "Zuo Shisan, jangan bilang aku tidak memperingatkanmu! Jangan mau dihormati dengan anggur tapi malah memilih hukuman!!"
"Maaf, aku tidak bisa minum alkohol..." kataku pada Ma Wuyan.
"Ini carimu mencari mati!!" Teriakan Ma Wuyan disusul ledakan energi Yin yang tiba-tiba menyembur dari tubuhnya. Tangannya mengayun cepat menghantam bahu kiriku!!
Serangannya terlalu cepat dan mendadak. Aku yang sedang duduk bersila di tanah tanpa perlindungan sama sekali, tak sempat menghindar. Pukulan itu harus kutahan mentah-mentah!
Dor! Pukulan itu membuat tubuhku terpelanting. Luka di bahu yang mulai sembuh itu kembali terbuka. Darah segar mengalir deras dari celah luka yang terkoyak.
Rasa sakit yang tak tertahankan menyebar. Aku terbaring di tanah, tak mampu bangun karena saking perihnya.
“Kamu ini benar-benar orang munafik yang bersikap berbeda di depan dan belakang!!” Aku yang terbaring di tanah memandangi Ma Wuyan yang perlahan bangkit sambil memaki.
“Munafik? Orang hina? Hehehehe... Tidak kejam bukanlah pria sejati. Sejak aku mengincar Rushuang, kau harus mati! Awalnya aku ingin memberimu kesempatan bertahan hidup, tapi kau menolak kebaikan Yin Si ini. Mau tak mau aku harus menghabisimu. Meski membunuhmu langsung di sini akan merepotkan, demi mendapatkan si cantik, semua kesulitan itu sepadan.” Ma Wuyan menyeringai dingin padaku.
Setelah bicara, dia mendekatiku. Kakinya menghentak keras ke dadaku. Dorongan dahsyat itu membuatku terbatuk-batuk tak tertahan...
Sialan! Apa yang harus kulakukan sekarang?! Apakah nasibku benar-benar akan berakhir di tangan Ma Wuyan yang licik ini?!
Terbaring di tanah, otakku bekerja cepat... Aku tak boleh mati di sini. Sekalipun mati, jangan sampai di tangan bajingan seperti Ma Wuyan!
Tiba-tiba aku teringat amplop merah kecil dari Pria Bertopi. Sebelum memberikannya, dia berpesan: "Buka ini hanya saat nyawamu benar-benar terancam."
Saatnya sekarang!
Tapi meski sudah ingat amplop penyelamat itu, aku masih bingung. Amplop itu ada di tas ranselku. Kedua tanganku lumpuh, sama sekali tak bisa menggapainya!
“Ini giok ini? Ini hadiah cintamu dengan Rushuang?”
Saat aku berpikir cara mengeluarkan amplop merah dari tas ransel, tiba-tiba Ma Wuyan mengucapkan kalimat itu. Aku kaget dan segera memandang ke arah tangannya.
Di tangannya sekarang tergenggam giok yang biasa menggantung di leherku di luar baju!
“Letakkan itu!!!”
Entah mengapa, saat melihat Ma Wuyan memegang giok tempat An Rushuang tinggal, api amarah tiba-tiba membakar seluruh tubuhku hingga hampir tak bisa mengontrol diri.
Giok ini adalah harta paling berharga bagiku sekarang. Bukan hanya karena An Rushuang pernah menemaniku di dalamnya, tapi juga karena ini adalah peninggalan terakhir kakekku yang sudah meninggal!
“Letakkan?? Siapa kau?! Yin Si harus nurut perintahmu?!” Ma Wuyan meremas giok itu hingga tali merahnya putus, lalu mengambilnya.
Mataku menyala-nyala bagai api, nyaris tak terkendali. Giok ini tak boleh dirampok! Aku berusaha bangun dari tanah, tapi Ma Wuyan kembali menendangku di dada.
Tendangannya begitu keras hingga dadaku terasa seperti dihajar gelombang, darah dan Qi berbalik arah. Tanpa bisa menahan, aku muntahkan darah segar dari mulut.
“Hari ini Rushuang pasti meminjam ini untuk masuk ke sel ini, kan? Hmph, pantas dihancurkan!!” Ma Wuyan mengatakannya sambil melemparkan giok di tangannya ke lantai dengan keras.
“Tok!!” Begitu giok itu menghantam lantai dengan suara pecah, potongan-potongan giok yang dihantamkan Ma Wuyan langsung bertebaran tercerai-berai.
Saat menyaksikan pemandangan ini, hatiku seakan ikut hancur bersama giok itu.
Giok ini telah menemani aku sejak kecil bersama An Rushuang, tak pernah terpisah. Di mataku, ia bukan lagi seonggok giok mati, melainkan sahabat sejatiku!
Terbaring di lantai, kutatap giok yang sudah remuk itu. Hati ini serasa daging yang tercabik...
“Wuahahaha... Panggil bendera persembahan! Aku akan menyuling hulu dan meramu hun anak ini. Hari ini kubiarkan rohnya tercerai-berai di sini!!” Suara beracun Ma Wuyan kembali menusuk pendengaranku...
“Tuan Ma, izinkan hamba mengingatkan. Meski melanggar aturan alam baka, umur Yang-nya belum habis. Lagipula identitasnya tak jelas. Menyuling hulunya sekarang adalah strategi paling picik!” Suara pemilik janggut pendek yang selama ini mengikuti di belakang Ma Wuyan mencoba menasihati.
“Kusuruh kau persembahkan bendera! Hari ini kutetap akan menyuling hulu anak ini. Segala risiko kutanggung sendiri!!” Ma Wuyan mengaum ke arah si janggut pendek.
