Aku duduk di tanah dengan tubuh terasa panas. Merasakan kekuatan luar biasa itu, aku segera mencoba menggerakkan lengan kiri. Hati berdebar gembira - bisa digerakkan! Kucoba lagi menggerakkan lengan kiri, masih bisa! Kehadiran 《Xuan Huang Di Jing》 membuat semua bagian tubuhku secara bersamaan mendapatkan kembali kesadarannya.
"Kamu... Ini, benda apa ini?!" Si janggut pendek yang sedang terus mengibarkan bendera itu berubah pucat melihat pemandangan di atas kepalaku, bertanya dengan suara gemetar.
Perlahan aku berdiri dari tanah. Tak kuhiraukan si janggut pendek di depanku, melainkan membungkuk untuk memunguti satu per satu pecahan Giok yang dihancurkan Ma Wuyan di tanah.
"Meskipun sudah hancur, bagaimanapun juga aku tidak akan meninggalkannya di sini. Giok ini di mataku bukan sekadar liontin, ia sudah memiliki kehidupan..."
Setelah mengambil pecahan giok dari tanah kelabu, aku membawanya ke tas ransel tak jauh sana. Dengan hati-hati kusimpan semua serpihannya di dalam tas, lalu menutup dan menggendongnya kembali di punggungku.
"Kau... tulang selangka kau tertembus, lengan kau lumpuh, bagaimana kau masih bisa bergerak sekarang?!" Si berjanggut pendek yang masih memegang bendera ritual itu menatapku dengan mata terbelalak, wajahnya dipenuhi keterkejutan.
Aku berbalik, kedua mataku menatap tajam ke arahnya: "Katakan, di mana si sialan Ma Wuyan sekarang?!"
Mendengar pertanyaanku, wajahnya terlihat blank sejenak: "Kau... kau mau apa?"
Dengan suara tegas kujawab: "BUNUH! DIA!"
"Kau mau membunuh Yin Si Ma Wuyan?!! Kau tahu posisimu sekarang..."
Sebelum dia selesai bicara, tubuhku sudah melesat seperti panah menghampirinya.
Si berjanggut belum sempat bereaksi, tanganku sudah mencekik lehernya dengan cengkeraman baja:
“Aku tanya terakhir kali, di mana Ma Wuyan sekarang?!！”Meski si janggut pendek ini pernah menipuku sebelumnya, aku tak berniat membunuhnya. Dia hanya dipaksa oleh Ma Wuyan. Ini sekadar taktik untuk menakut-nakutinya agar jujur.
Si janggut pendek kucengkeram lehernya dengan tangan kanan. Energi Yin di tubuhnya melemah. Dengan suara serak dia berkata: "Hakim Yin Ma... dia di... Mihun Dian..."
"Mihun Dian? Bagaimana caranya ke sana?" Tanyaku sambil mengendurkan cengkeraman di lehernya.
Jari gemetarannya menunjuk ke satu arah di belakang: "Keluar dari Kota Kematian Tidak Wajar, jalan ke barat. Lewati Bukit Anjing Ganas, sanalah Mihun Dian. Hakim Yin Ma Wuyan ada di sana."
Begitu mendengar itu, segera kulepaskan cengkeramanku. Tubuhku gesit meluncur pergi dari sel penjara.
……
Saat aku menghempaskan dua petugas neraka penjaga dan kabur, seluruh arwah dan petugas di Kota Kematian Tidak Wajar merasakan energi Yang menyengat dari tubuhku dan kitab 《Xuan Huang Di Jing》 di atas kepala. Semua mata tertuju ke arahku.
Empat lima petugas neraka di kejauhan melihatku kabur dari sel bawah tanah. Tubuh mereka langsung melayang di udara, perlahan membentuk formasi pengepungan.
"Ada petugas neraka yang memegang rantai besi hitam, ada juga yang membawa penggaris besi. Meski mereka mendekat, pandangan mata mereka ke arahku masih menyiratkan ketakutan yang kuat."
"Kalau tak ingin mati, minggir semua!!" Saat ini aku merasa amarah yang terpendam lama di hatiku tiba-tiba dipicu oleh kekuatan dari 《Xuan Huang Di Jing》, disertai peningkatan drastis niat membunuh.
Bahaya! 《Xuan Huang Di Jing》 ini mulai menggerogoti sifatku lagi! Begitu menyadari ini, aku segera berusaha mengendalikan amarah dan niat membunuh dalam hatiku.
Beberapa petugas neraka yang mengepungku jelas-jelas tersulut oleh ucapanku tadi. Dengan gerutu mereka mulai mendekatiku.
Siapa mereka?? Petugas neraka!! Di alam baka ini, status mereka setara dengan satpol PP di dunia manusia. Apapun situasinya, wajar bagi petugas neraka untuk memaki, memukul, bahkan membunuh arwah. Karena mereka memakai "topi penegak hukum" - baik di alam baka maupun dunia manusia, topi ini membuat manusia atau hantu menjadi sombong, menganggap semua tindakan mereka benar demi "hukum".
Jadi jika ada arwah atau tahanan sepertiku yang melawan, bahkan sekadar membalas ucapan, itu dianggap menantang batas harga diri mereka!
"Berani sekali!..." Salah satu petugas neraka mengaum ke arahku. Tanpa menunggu selesai bicara, aku menggerakkan kaki memanfaatkan momentum, langsung menerjang ke depan petugas itu dan menyerang titik vital di dadanya dengan telapak tangan!!
"Karena aku takut petugas neraka ini tidak mampu menahan kekuatan dahsyat dari 《Xuan Huang Di Jing》, hingga rohnya tercerai-berai, maka telapak tangan yang kulepaskan ini tidak menggunakan banyak tenaga."
"Tapi meski begitu, saat telapak tanganku menghantam dada hantu yin itu, tetap saja membuatnya terpental."
"Petugas neraka itu terjatuh ke tanah setelah kuhantam, energi Yin di tubuhnya menyusut drastis, terbaring sambil terus merintih kesakitan..."
"'Masih ada siapa lagi?!'" tanyaku dingin pada sisa petugas neraka yang masih mengelilingiku.
"Mendengar perkataanku, mereka diam seribu bahasa. Beberapa bahkan mundur beberapa langkah saat bertatapan denganku."
"Melihat mereka tidak berniat menyerang, aku mendengus dingin lalu melesat cepat menuju gerbang depan Kota Kematian Tidak Wajar."
"Sesampai di gerbang, petugas neraka penjaga gerbang langsung menyadari kehadiranku. Mereka membawa senjata dan menerjangku untuk menghalangi keluargaku."
"Tanpa banyak bicara, kuhantam satu per satu petugas neraka yang mendekat itu hingga tumbang, lalu kularikan diri keluar gerbang menuju Aula Jiwa Tersesat di barat."
"Sepanjang jalan kupercepat langkah, bergegas mencari si sialan Ma Wuyan di Aula Jiwa Tersesat - bajingan yang menghancurkan giokku dan ingin melihatku binasa total!"
"Tubuhku melesat. Tak lama, di balik kabut kelabu terlihat gundukan-gundukan tanah."
"Tepat pada saat itu, tiba-tiba kudengar suara gonggongan anjing dari depan. Semakin dekat aku, suara itu kian keras, diselingi jeritan-jeritan manusia yang membuat bulu kudukku merinding.
Aku terus berjalan ke depan. Setelah menembus kabut kelabu, tiba-tiba kulihat sebuah cekungan di depan. Di dalamnya, gerombolan anjing ganas dengan mata menyala, gigi baja, dan bulu sekeras kawat sedang menerjang hantu-hantu yin. Mereka tak akan melepaskan mangsa sebelum mencabik-cabik kaki mangsanya.
Anjing-anjing ini tak sekadar menganggap hantu yin sebagai mangsa lezat, tapi juga menyimpan amarah dan permusuhan tertentu.
Hantu-hantu yin yang tergigit menjerit-jerit kesakitan. Meski berusaha mati-matian, mereka tak bisa lolos dari rahang baja anjing itu. Ada yang kakinya putus, ada yang lengannya tercabik, ada yang kehilangan tangan. Pemandangan mengerikan itu membuatku merinding...
"Guk! Guk!..." Tiba-tiba seekor anjing ganas muncul dari sampingku dan langsung menerjang ke arahku.
Sebelum sempat bereaksi, anjing itu malah menghindariku dan langsung menerkam hantu yin yang tak jauh dariku.
"Setelah mendengar jeritan menderita hantu yin yang diterkam dan digigit anjing ganas itu, aku tidak berniat ikut campur. Sejak kecil, Kakek pernah bercerita bahwa anjing-anjing di Bukit Anjing Ganas alam baka ini khusus menggigit arwah yang selama hidup di dunia manusia penuh kejahatan dan tak pernah bertobat. Jadi siksaan ini pantas mereka terima."
"Di alam baka tidak ada vaksin rabies..."
Aku tidak berlama-lama di sekitar Bukit Anjing Ganas. Langsung memutar dan kembali melesat cepat ke arah barat.
Setelah sekitar setengah jam melesat, samar-samar terlihat bangunan kuno di balik kabut kelabu. Apakah itu Aula Jiwa Tersesat tempat Ma Wuyan berada? Mungkinkah Rushuang juga ada di sana?
Menarik napas dalam, aku mempercepat laju menuju bangunan itu.
Sampai di depan gerbang, kudongakkan kepala. Terpampang papan horizontal bertuliskan tiga karakter besar berwarna hitam:
"MI HUN DIAN!" (Aula Jiwa Tersesat)
Ketemu juga.
Tanpa pikir panjang, kuterjang ke depan dan menendang pintu gerbang hingga terbuka. Badanku melesat masuk.
