Mendengar kata-kata An Rushuang, tiba-tiba muncul perasaan puas yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Seolah hanya dengan kehadiran An Rushuang di sampingku, muncul keberanian yang membuatku tak gentar menghadapi apapun.
Bahkan kematian pun kutetapkan tak kuhiraukan.
Yin Si Ma Wuyan yang berdiri dihadapanku segera menatap gumpalan besar energi Yin di atas pekarangan setelah mendengar suara Pan Guan Cui. Dengan jari menunjukku ia berteriak: "Pan Guan Cui, hakimilah orang Yang bernama Zuo Shisan ini! Ia telah melanggar semua aturan dunia Yin-Yang, menerobos 'Aula Hun Tersesat'-ku, memukulku sampai babak belur. Jika bajingan sombong ini tidak dilempar ke neraka lapis 18, wibawa alam baka akan tercoreng!!"
Begitu Ma Wuyan selesai bicara, gumpalan energi Yin di atas kami tiba-tiba bergolak. Tak lama kemudian, sosok-sosok hitam berbalik tubuh mulai bermunculan dari kabut hitam pekat itu...
Tiba-tiba, dari gumpalan energi Yin itu, sekelompok petugas neraka melompat keluar dan langsung terbang ke halaman. Dalam sekejap, mereka mengepungku dan An Rushuang di tengah, sambil mengisolasi Ma Wuyan yang terluka.
Saat ini perhatianku tidak tertuju pada pasukan petugas neraka yang mengepung kami, melainkan tetap pada Sepuluh Yin Shuai dan Hakim Cui yang bersembunyi di balik asap hitam energi Yin di atas pekarangan!
Persis di saat itu, energi Yin kembali bergolak. Bayangan hitam di dalam energi Yin perlahan tampak jelas.
Dari balik energi Yin, pertama muncul hantu buruk berambut keriting dan punggung bungkuk, lubang hidung menghadap langit, bibir terkulai tak menutupi gigi, dengan tubuh manusia berkulit hitam.
Ia berdiri di atas energi Yin, memandangi aku dan Rushuang dengan tatapan mata hijau berminyak dari ketinggian.
Melihat "hantu buruk" ini, seketika aku teringat pada Raja Hantu, pemimpin Sepuluh Yin Shuai!
Alasan aku cukup memahami penampilan Raja Hantu adalah karena sebelumnya pernah membaca catatan tentang Sepuluh Yin Shuai neraka di buku "Pegangan Ilmu Taois Maoshan".
Meski mengklaim diri sebagai penganut "bakti, persaudaraan, kesetiaan, kejujuran, tata krama, keadilan, integritas, dan rasa malu", Raja Hantu ini sebenarnya adalah sosok serakah dan kejam. Di alam baka, dia mewajibkan bawahannya untuk menyayat sepotong daging paha sebagai "ritual penyambutan", baik yang bersalah maupun tidak. Namun "mereka yang kaya suap bisa menebus diri" – cukup dengan menyogok banyak uang kertas "emas batangan", mereka bisa bebas dari penyiksaan ini. Kini saat kuperhatikan lagi, raja hantu ini benar-benar berwajah koruptor.
Bersamaan dengan kemunculan Raja Hantu, dari balik kabut energi Yin bermunculan satu per satu para Yin Shuai dari dunia bawah:
Dua di antaranya adalah penjaga neraka berpenampilan sipir penjara dengan rambut terurai. Mereka masing-masing membawa papan kayu bertuliskan "Patroli Siang" dan "Patroli Malam" – mereka adalah Yin Shuai Pengawas Siang dan Pengawas Malam.
Di samping mereka berdiri Yin Shuai Niu Tou dan Ma Mian (Kepala Sapi dan Wajah Kuda). Di belakang keduanya menyusul empat Yin Shuai: Ekor Macan Tutul, Parung Burung, Insang Ikan, dan Penyengat Lebah.
Terakhir muncul pasangan Yin Shuai legendaris: Bai Wuchang dan Hei Wuchang. Bai Wuchang berkulit pucat seperti tepung dengan senyum kekal, mengenakan topi tinggi putih bertuliskan "Sekali Melihat, Rezeki Berlimpah". Hei Wuchang berkulit gelap seperti arang dengan wajah sangar, topi hitamnya bertuliskan "Kedamaian Semesta".
Tiupan angin Yin yang menusuk tulang menerpa, energi gelap bergelombang hebat. Udara di sekeliling seakan membeku dalam sekejap, menciptakan perasaan tertekan yang mencekam di dalam hatiku...
"Hingga saat ini, kesepuluh Yin Shuai dari alam baka telah berkumpul di 'Aula Mihun' milik Ma Wuyan ini."
"Xie Bi'an, apakah buku 《Xuan Huang Di Jing》 yang kau ambil dulu itu yang sekarang melayang di atas kepala pemuda dunia manusia itu?!" Pada saat itu, Yin Shuai tertinggi Gui Wang tiba-tiba menoleh dan bertanya pada Bai Wuchang.
Mendengar pertanyaan Gui Wang, Bai Wuchang menunduk memandang buku 《Xuan Huang Di Jing》 yang melayang di atas kepalaku beberapa saat, lalu menggeleng: "Lapor Gui Wang, buku di atas kepala anak itu memang tidak mirip 《Xuan Huang Di Jing》. 《Xuan Huang Di Jing》 dari dunia manusia setelah saya ambil selalu berada di tangan Raja Biancheng. Tapi kenapa wajah anak ini terlihat sangat familiar?" Bai Wuchang mengerutkan alis sambil menatapku penuh kecurigaan.
Mendengar perkataan Bai Wuchang, saya hanya bisa menghela napas. Rupanya ingatan kesepuluh Yin Shuai juga tidak bagus... Tapi setelah dipikir lagi, ini bisa dimaklumi. Setiap hari Bai Wuchang harus menangkap ribuan hantu, mana mungkin dia ingat orang yang hanya pernah ditemui sekali seperti saya?
"Oh? Kalau bukan 《Xuan Huang Di Jing》, mengapa aku merasakan energi Yang khas dari 《Xuan Huang Di Jing》 dari buku itu?" Gui Wang menatap Bai Wuchang kembali bertanya.
"Bawahan tidak tahu..." jawab Bai Wuchang jujur.
"Hmph, apakah itu 《Xuan Huang Di Jing》 atau bukan, tangkap saja anak itu maka semuanya akan jelas." Tiba-tiba suara Hakim Cui terdengar dari belakang barisan kesepuluh Yin Shuai.
Raja Hantu mendengar perkataan Hakim, lalu segera mengangguk dan berteriak ke arah Yin Shuai yang berdiri di sampingnya: "Niu Tou dan Ma Mian dengarkan perintah! Tangkap segera si pemberani tak tahu diri beserta hantu roh itu, bawa mereka ke hadapanku!!"
Begitu perintah Raja Hantu keluar, Niu Tou dan Ma Mian di sampingnya langsung turun sambil mengeluarkan senjata dari tubuh mereka, lalu menerjang ke arahku dan Rushuang.
Melihat ini, aku segera melangkah maju sambil berteriak ke arah mereka: "Tunggu sebentar! Aku punya yang ingin kukatakan!!"
Dua Yin Shuai Niu Tou dan Ma Mian berhenti seketika mendengar ucapanku. Ma Mian yang memegang tombak baja menatapku dan bertanya: "Berani sekali, orang Yang! Masih ada apa lagi yang ingin kau katakan?!"
Aku menatap Ma Mian dan berkata: "Memang benar aku, Zuo Shisan, bersalah memasuki alam baka tanpa izin. Tapi tujuan kedatanganku hanya untuk menjelaskan kebenaran: Istri hantuku Rushuang sedang menanggung hukumanku. Dia sama sekali tidak melanggar peraturan kalian - yang bersalah adalah aku! Maka aku hanya punya satu permintaan: Bebaskan dia! Aku akan menyerah sepenuhnya. Aku mengaku semua kesalahan - membasmi hantu yin, memasuki alam baka secara ilegal. Apapun hukumannya akan kuterima tanpa sepatah keluhan. Kalau sampai aku mengeluh, aku bukan pria sejati!"
"Shisan..." Suara Rushuang tiba-tiba terdengar. Dia ingin mengatakan sesuatu, tapi menyadari situasi yang tidak tepat, akhirnya menelan kembali kata-katanya.
Yin Shuai Ma Mian yang berdiri di seberang tampak ragu setelah mendengar perkataanku tadi. Pertama ia menoleh melihat Niu Tou di sampingnya, lalu memandang ke arah Raja Hantu yang melayang di udara.
Ternyata catatan dalam "Pegangan Ilmu Taois Maoshan" memang benar. Meski Niu Tou dan Ma Mian kadang suka mencari keuntungan kecil atau melanggar aturan, kedua Yin Shuai ini tetap memiliki rasa belas kasihan.
"Omong kosong!! Kesalahan tetaplah kesalahan, mana bisa digantikan? Hukum alam baka mana bisa ditentukan oleh anak ingusan sepertimu?! Niu Tou Ma Mian, jangan banyak bicara dengan si kurang ajar ini! Tangkap mereka sekarang! Bicaralah di Delapan Belas Lapis Neraka!" teriak Raja Hantu di udara dengan suara dingin.
Mendengar perintah Raja Hantu, Niu Tou dan Ma Mian tak lagi ragu. Langsung mereka menerjang ke aarku dan Rushuang.
Sebagai dua dari Sepuluh Yin Shuai, pangkat Niu Tou dan Ma Mian di alam baka bahkan lebih tinggi dari Yin Si Ma Wuyan. Saat mereka menerjang, angin dingin langsung menyergap wajahku. Kedekatan postur tubuh mereka menciptakan tekanan angin yang mencekik.
"Swoosh! Swoosh!" Dua suara senjata membelah udara. Kedua Yin Shuai itu mengayunkan senjata masing-masing ke arahku.
Menghadapi serangan ganas Niu Tou dan Ma Mian, aku justru tidak mundur atau menghindar. Kedua kepalanku terkepal erat, mengumpulkan Energi Yin ke kedua lengan. Postur tubuhku sedikit membungkuk sambil mengakumulasi energi Yang dan kekuatan dari 《Xuan Huang Di Jing》. Seketika, kakiku bergerak, menerjang langsung ke arah serangan dua Yin Shuai berkepala sapi dan kuda itu.
Pertama-tama aku mendekati Niu Tou. Tubuhku menyamping dengan cepat menghindar dari tombak di tangannya, lalu merapat sambil mengayunkan tinju ke arah dadanya dengan pukulan keras.
Niu Tou bereaksi cepat. Dia segera mengosongkan satu tangan dan mengayunkan tinju balasan ke arah tinjuku.
Sedetik kemudian, tinjuku bertabrakan dengan tinju Ma Mian.
"Braak!" Dua kepalan bertemu di udara. Setelah sejenak hening, wajah sapi Niu Tou tiba-tiba pucat pasi, tubuhnya segera mundur.
Aku sendiri juga terpental mundur akibat pukulan itu, energi vital dalam tubuhku bergolak...
