Saat dua bendera putih-hitam ditancapkan ke tanah secara bersamaan oleh Bai Wuchang dan Hei Wuchang, tiba-tiba kurasakan energi Yin di sekitar mulai berkumpul dengan cepat. Kabut kelabu di udara membentuk pusaran-pusaran kecil yang berputar mengelilingi bendera tersebut...
Sebelumnya di lingkungan gelap penjara, pandanganku tak jelas. Baru sekarang kulihat reaksi yang ditimbulkan setelah dua bendera itu ditancapkan ke tanah.
"Hanya saja saat ini, aku terbaring di tanah disiksa racun Yin yang ditanamkan Ma Wuyan sebelumnya. Sama sekali tak bisa memikirkan hal lain. Rasa sakit dari racun Yin ini tidak kalah menyiksa dibanding efek samping saat melepas Sarung Tangan Xuan Yin atau saat 《Xuan Huang Di Jing》memberi 'efek samping'!!"
Aku mengatupkan gigi, menahan sakit, berusaha mengumpulkan energi Yang dalam tubuhku ke area iga bawah tempat racun Yin berkumpul. Ingin memaksa racun Yin yang meresap keluar dengan energi Yang.
Energi Yang berkumpul cepat di area racun Yin. Tapi sekeras apapun aku berusaha, racun itu tak mau keluar. Seolah sudah berakar dalam dagingku! Untungnya dengan kedatangan energi Yang, rasa sakitnya berkurang sehingga bisa bernafas lega...
"Ma Wuyan, kau bajingan! Jika Shisan celaka karena racunmu, KUMPAH meski rohku tercerai-berai, pasti akan kubuat kau menebus dosa!" Saat itu Rushuang melayang bangkit dari tanah, tangan lemah menutupi dadanya. Tatapannya ke arah Ma Wuyan membara. Ini pertama kalinya aku melihat An Rushuang marah sebesar ini.
Ma Wuyang melirik ke arah An Rushuang yang sedang bersumpah, namun tak menjawab.
Pada saat yang sama, Hakim Cui di dekatku sudah berjalan mendekatiku dan hendak menyerang, namun kitab《Xuan Huang Di Jing》yang melayang di atas kepalaku segera memancarkan sinar kuning yang langsung menyergapnya.
Melihat ini, Hakim Cui menghindar dengan gesit.《Xuan Huang Di Jing》kemudian memancarkan sinar kuning lagi, kali ini lebih cepat dan terang dari sebelumnya. Wajah Hakim Cui berubah serius, tidak lagi mendekat. Ia buru-buru mundur sambil menghindari sinar kuning dari kitab itu, berkata: "Benda ini melindungi tuannya, memiliki kesadaran dan kehendak sendiri! Ini pasti bukan《Xuan Huang Di Jing》!"
Sejak aku menggunakan《Xuan Huang Di Jing》di alam baka ini, ini bukan pertama kalinya pejabat Yin mengatakan bahwa kitab kuno yang melayang di atas kepalaku itu bukan《Xuan Huang Di Jing》. Tapi saat ini, aku sama sekali tidak punya tenaga atau pikiran untuk memikirkan hal itu. Prioritas utamaku sekarang adalah racun Yin di tubuhku dan cara bertahan hidup!
Tiba-tiba aku teringat bungkusan merah kecil yang diberikan Pria Bertopi. Dia pernah bilang, jika menghadapi saat-saat genting yang mengancam nyawa, bungkusan merah ini bisa menyelamatkanku.
Dengan gemetar, aku merogoh tas ransel di punggungku. Setelah mengeluarkan bungkusan merah itu, kubuka dengan cepat. Di dalamnya hanya ada selembar kertas jimat berwarna merah darah.
"Kertas jimat merah ini dipenuhi dengan tulisan mantra aneh berwarna hitam, terlihat sangat ganjil. Tapi yang membuatku bingung, aku sama sekali tidak merasakan sedikit pun energi Yang dari kertas jimat merah ini."
"Untuk apa sebenarnya kertas jimat merah ini??"
Aku memandang kertas jimat merah di tanganku dengan bengong. Jangan-jangan ini jimat yang ditempelkan di tubuh untuk sementara meningkatkan level spiritualku?
Setelah berpikir sampai di sini, aku segera menempelkan kertas jimat merah ini ke tubuhku. Namun setelah ditempel, tidak ada perubahan sama sekali yang kurasakan...
Mungkinkah kertas jimat merah ini bukan untuk ditempel di tubuhku, tapi khusus digunakan untuk melawan para pejabat Yin di alam baka?
"Bai Wuchang dan Hei Wuchang, langsung korbankan dia! Aku ingin melihat sampai kapan buku di atas kepalanya itu bisa melindungi bocah ini?!" Tiba-tiba suara Hakim Cui kembali terdengar. Postur tubuhnya berkilat, lalu kembali menerjang ke arahku.
Ini kesempatan tepat untuk menggunakan kertas jimat merah ini!
Melihat ini, aku segera mencabut jimat dari tubuhku. Menahan sakit yang luar biasa, aku seketika melayang bangkit dari tanah. Mengangkat kertas jimat merah di tangan, kutetapkan arahnya ke titik vital di dada Hakim Cui.
Hakim Cui yang sedang berlari ke arahku langsung waspada melihat kertas jimat merah di tanganku. Dia memperlambat gerakan, menghindari jimat di tangan kananku, lalu mengulurkan lengannya menyapu ke arahku secara horizontal.
Saat Hakim Cui mengayunkan lengannya secara horizontal, gelombang energi Yin langsung menerjang. Kekuatan dahsyat di balik serangan ini sudah jelas terlihat. Meskipun sebenarnya mudah bagiku untuk menghindar, semakin lama pertarungan ini berlangsung, semakin merugikan posisiku. Pasalnya, kekuatan dari 《Xuan Huang Di Jing》 yang kuterima memiliki batas waktu, belum lagi racun Yin yang masih menggerogoti tubuhku - semakin lama ditunda, efek racunnya akan semakin parah.
Setelah menganalisis semua pertimbangan ini dalam sekejap, aku segera mengambil keputusan: Bertaruh! Dengan menguatkan hati, aku tetap berdiri di tempat tanpa menghindar, malah melangkah mendekati Hakim Cui. Sambil itu, tangan kananku mengayunkan kertas jimat merah untuk ditempelkan di titik vital di dadanya.
Melihat gerakanku, Hakim Cui terkejut. Sudah terlambat baginya untuk menghindar. Jelas dia tidak menyangka sama sekali bahwa aku akan menggunakan taktik serangan nekat yang mengorbankan nyawa sendiri demi melumpuhkannya.
Begitu kertas jimat merah di tangan kananku menempel di dada Hakim Cui, tubuhku juga terkena hantaman horizontal dari lengannya. Pandanganku tiba-tiba gelap, rasa sakit menusuk, dan seluruh tubuhku terlempar jauh oleh kekuatan pukulan itu.
Di detik tubuhku terlempar, dalam hati aku berdoa: Kertas jimat merah dari Pria Bertopi ini haruslah manjur. Jika berhasil melumpuhkan Hakim Cui saat ini, peluang An Rushuang dan aku untuk melarikan diri...
...akan meningkat drastis.
“Braak!” Aku merasakan tubuhku yang terlempar tiba-tiba lunglai, lalu dua lengan erat memelukku dari belakang menyambut jatuhku dari udara. Ketika menoleh, kulihat An Rushuang-lah yang menyelamatkanku.
“Shisan, kau baik-baik saja??” Rushuang bertanya sambil matanya memerah.
Kutahan sakit sambil menggeleng. Setelah Rushuang mendaratkan kami, segera kangkat kepala untuk melihat ke arah Hakim Cui.
Kertas jimat merah yang kutempelkan di titik vital dada Hakim Cui tadi, setelah memancarkan cahaya merah tua, justru terbakar sendiri tanpa meninggalkan luka sedikit pun...
Hatiku tercekat. Kertas jimat pemberian Pria Bertopi yang konon bisa menyelamatkan nyawa ini, ternyata sama sekali tak mempan di sini?
“Hmph, kehabisan akal! Mau menakut-nakuti hakim dengan jimat sampah di ambang kematian? Kau memang tak kapok sampai lihat peti mati!” Hakim Cui menggerakkan kakinya dan berlari ke arah kami.
Sekejap ia sudah di depan kami.
Cepat kuhalangi Rushuang dan menghantam Hakim Cui sekuat tenaga.
Saat pukulan itu kulepaskan, energi Yang dalam tubuhku terkonsentrasi di tinju kanan. Racun Yin di sekitar lukaku yang tak lagi ditekan energi Yang, kembali menyiksa. Seluruh tubuhku gemetar, melemahkan pukulan yang kulepaskan.
“Hakim Cui melihat ini, mendengus dingin, lalu menghantam kepalan tanganku dengan kepalannya sendiri. Saat kepalan kami bertabrakan, aku merasakan kekuatan dahsyat mengalir melalui tinjuku, organ-organ dalamku bergejolak, dan tak kuasa muntahkan lagi segumpal darah segar.
Luka parah ditambah racun Yin dalam tubuh yang tiba-tiba kambuh membuat seluruh tubuhku lemas, hampir membuatku pingsan.
Rushuang di belakangku panik melihat keadaan ini. Dengan sigap dia menerjang dari belakangku dan melepaskan energi Yin hitam ke arah Hakim Cui. Hakim yang fokusnya tertuju padaku tak menyangka serangan tiba-tiba ini. Kabut hitam itu menghantam wajahnya tepat di sasaran, membuat tubuhnya limbung ke belakang hampir terjatuh.
"Tak tahu hidup mati! Akan kucabut hun-mu sekarang!!" Hakim Cui yang murung karena diprovokasi An Rushuang ini mengumpat keras. Posturnya berputar lalu menerjang ke arah Rushuang.
Aku hendak berlari membantu Rushuang, tapi tiba-tiba rantai besi hitam muncul mengitari tubuhku. Rantai itu mengikatku erat-erat hingga tak bisa bergerak!
Sialan! Api kemarahan menyala di hatiku. Saat kusiapkan tenaga untuk melepaskan rantai ini, bayangan hitam berkelebat muncul di depanku. Kulihat ke atas - bayangan itu ternyata Ma Wuyan.
Saat itu dia menatapku dengan senyum jahat, berkata dengan penuh racun: "Kamu merampas sesuatu yang seharusnya menjadi milikku, aku pasti akan membuatmu hidup lebih menderita dari mati. Bukankah kau melatih energi Yang?! Hari ini aku akan menghancurkan tiga titik vitalmu, membuat energi Yang di seluruh tubuhmu takkan bisa dilatih atau dialirkan selamanya." Sambil berkata demikian, Ma Wuyan mengulurkan tangan untuk menghantam titik vital di dadaku dengan keras.
