Mendengar perkataan Raja Yama, Hakim Cui segera mengangguk patuh. Bersama tujuh Yin Shuai dan para petugas neraka di sekitarnya, mereka melesat ke udara menuju energi Yin hitam pekat di langit, menyatu dalam gumpalan energi Yin yang kemudian bergerak cepat ke arah barat.
Melihat ini, aku sedikit lega. Namun rasa sakit di sekujur tubuhku terus menyiksaku, hanya saja saat ini aku sudah mulai kebas...
“Shisan, Shisan... Bagaimana keadaanmu? Masih sakit?” Suara Rushuang tiba-tiba terdengar mendekat. Bayangan putih muncul dihadapanku. Kulihat wajah An Rushuang yang panik berlari mendekat.
Kutatap Rushuang dan memaksakan senyum: “Rushuang, aku... aku baik-baik saja, tidak sakit...”
“Jangan bohong! Tu... Tubuhmu gemetar!” Kata Rushuang dengan mata berkaca-kaca menatapku.
Tepat saat suara An Rushuang baru saja menghilang, bayangan hitam perlahan turun dari udara dan berdiri di samping Rushuang. Aku menggigit gigi lalu menengadah, melihat seorang kakek tua gemuk berperut besar dengan seragam pejabat abu-abu kecoklatan dan topi pejabat biru tua berdiri di depanku, tersenyum ramah menatapku.
Jangan-jangan kakek gemuk yang mirip paman tua tetangga sebelah ini adalah penguasa alam baka: Raja Yama? Tapi mengapa aku tidak merasakan sedikit pun Energi Yin maupun energi Yang dari tubuhnya? Seolah-olah kakek tua di hadapanku ini bagai udara tak kasat mata.
Ini membuat hatiku bertanya-tanya: Apakah tingkat spiritual Raja Yama sudah mencapai level tertinggi yakni kembali ke kesederhanaan tertinggi?
"Raja Yama..." Begitu melihat sang kakek gemuk, Rushuang segera bangkit dan memberi salam Sepuluh ribu berkah dengan anggun.
Raja Yama tersenyum pada Rushuang dan mengibaskan tangan, lalu memandangiku lagi. Dengan gerakan tangannya, racun Yin yang ditanamkan Ma Wuyan di tubuhku langsung lenyap, rasa sakit pun mereda.
"Raja Yama, Anda ini..." Aku menatapnya bingung. Apakah dia sudah tahu bahwa pembunuh pejabat Yin bukanlah aku, sehingga melepaskan racun Yin dari tubuhku?
Raja Yama memandangku dan berkata: "Tanahnya dingin, merangkak di lantai seperti kodok, cepat suruh istri hantumu membantumu bangun..."
Setelah mengucap terima kasih pada Raja Yama, Rushuang membantuku berdiri perlahan. Saat itu, Pria Bertopi menghampiri dan menyodorkan sebutir pil merah sambil melontarkan empat kata datar:
"Telan itu."
Melihat pil merah darah di tangan Pria Bertopi, tanpa pikir panjang kusuruh Rushuang menerimannya. Rushuang meletakkannya di mulutku, langsung kutelan bulat-bulat tanpa dikunyah.
Setelah menelan pil merah itu, rasa sakit di tulang selangka dan tulang rusukku perlahan mereda. Tampaknya pil tersebut adalah obat pereda nyeri kuat.
Efek obat yang meredakan sakit membuatku lega. Saat hendak bertanya pada Raja Yama tentang hukuman untuk kami, Taotie mendahuluiku: "Raja Yama, kasus hari ini bagaimana? Zuo Shisan jelas tidak membunuh Yin Si Ma Wuyan dan Yin Shuai Guiwang. Jangan asal tuduh!"
Raja Yama mendengar kata-kata Taotie, menoleh ke arahnya sambil tersenyum: "Semua ini aku ketahui. Sebenarnya sejak dia pertama kali memasuki alam baka, aku sudah merasakan energi kekerasan dalam dirinya. Jika tidak salah menilai, pemuda ini adalah Tang Yanlan dari Aliran Longhu. Energi kekerasan dalam dirinya masih tersisa bahkan setelah seribu tahun..."
Mendengar perkataan Raja Yama, aku langsung blank. Dalam hati aku bertanya-tanya: Seberapa hebatnya Tang Yanlan ini sampai bisa diingat Raja Yama selama seribu tahun? Lalu apa maksud Raja Yama tentang energi kekerasan Tang Yanlan yang kumiliki? Tunggu... Tidak! Tadi dia bilang aku adalah Tang Yanlan dari Aliran Longhu! Apa yang sebenarnya terjadi?!
"Raja Yama, Anda... tadi bilang aku adalah Tang Yanlan itu? Tang Yanlan yang menciptakan 'Lóng Hŭ Qī Shè Yìn', ahli terhebat Aliran Longhu?!!" Tanyaku pada Raja Yama.
"Benar. Kau adalah dia, dia adalah kau. Orang yang sama." Jawab Raja Yama memandangku.
Mendengar kata-kata itu, aku langsung berdiri kaku di tempat. Tak tahu harus berkata apa. Ternyata... ternyata aku adalah Tang Yanlan!
"Tak heran sebelumnya nama Tang Yanlan selalu terasa familiar. Kemungkinan besar karena Rushuang pernah menyebutkan nama-nama 10 reinkarnasi sebelumnya, salah satunya adalah Tang Yanlan. Hanya saja saat itu, pikiranku sama sekali tidak tertuju pada nama-nama reinkarnasi sebelumnya, melainkan ketakutan bahwa kami berdua akan terpisah oleh Yin-Yang."
"Lalu, bagaimana dengan energi kekerasan yang ada di tubuhku ini?" Aku menatap Raja Yama sambil bertanya lebih lanjut.
Raja Yama berkata: "Kalau mau dijelaskan, ceritanya akan sangat panjang. Hanya saja aku benar-benar tidak menyangka energi kekerasan ini di tubuhmu telah mengikutimu selama seribu tahun!"
"Raja Yama, jangan bicara panjang lebar dulu. Sekarang aku hanya ingin mendengar rencanamu untuk menangani mereka." Taotie melihat Raja Yama dengan wajah tidak sabar.
Mendengar perkataan Taotie, hatiku langsung berdebar. Sebenarnya apa latar belakang Taotie ini? Berani-berannya berbicara seperti itu pada penguasa alam baka!
Raja Yama tidak marah mendengar ucapan Taotie. Ia malah bertanya: "Taotie, sudah berapa tahun kau tidak mengubah gaya bicaramu?? Ini adalah wilayahku, setidaknya berilah aku muka."
Taotie mendengus dingin: "Aku memang seperti ini. Ke mana-mana selalu berjalan menyamping. Kalau bisa bicara baik-baik, namaku bukan Taotie lagi."
Raja Yama berbalik memandangnya: "Kau kan bukan kepiting, jalan biasa tidak mau, malah memilih berjalan menyamping..."
"Aku suka!" jawab Taotie.
Raja Yama tersenyum:
“Taotie, kalau semasa masih hidup, aku mungkin masih sedikit takut padamu. Tapi aku ingatkan, jangan sampai kau lupa bahwa kau sudah mati. Sekarang kau cuma hantu yin. Sehebat apapun hantu yin semasa hidupnya, setelah mati aku pasti bisa meringkusnya ke neraka!”
Taotie mendengar perkataan Raja Yama, lalu membalas: "Jangan ngibul! Jangan nakut-nakuti aku. Aku tanya, ribuan tahun lalu ada hantu yin itu, kenapa kau tidak bisa meringkusnya ke neraka?! Sampai sekarang, dia masih berkeliaran di Dunia Manusia bikin onar."
Raja Yama tersenyum mendengar itu: "Ini Takdir Langit, juga ujian bagi Dunia Manusia. Aku tidak boleh ikut campur, dan memang tidak bisa. Semua sudah diatur oleh Tian yang tak kasatmata."
"Basa-basi! Keterlaluan kau menyalahkan Takdir Langit dan ujian. Kalau benar hebat, tangkap sekarang hantu yin itu, tekan di neraka lapis delapan belas! Pasti ujian Dunia Manusia langsung selesai!" Tatapan Taotie tajam menantang.
"Kau salah... Kalau alam baka ikut campur, meski bisa menaklukkannya, justru lebih banyak orang Yang yang mati. Inilah Takdir Langit yang tak boleh dilawan." Raja Yama menjawab dengan serius.
"Kenapa?" Taotie masih bingung, bertanya lagi.
Raja Yama tersenyum: "Tempat ini kurang nyaman untuk diskusi. Bagaimana kalau kita lanjutkan di Istana Raja Yama?"
Mendengar ucapan Raja Yama, aku, Pria Bertopi, dan Rushuang tidak merasa keberatan. Namun, Taotie langsung berkata: "Silakan kalian pergi. Waktuku hampir habis dan harus kembali. Asalkan adikku ini baik-baik saja, aku sudah lega. Mati atau tidaknya hantu yin berusia ribuan tahun itu, urusan pantatku!" Setelah mengatakan itu, tubuh besarnya berubah menjadi gumpalan asap hitam, perlahan merayap kembali ke dalam giok kuno di tanah...
Saat Taotie sepenuhnya masuk ke dalam giok kuno, aku segera meminta Rushuang mendukungku perlahan mendekat. Rushuang berjongkok hendak mengumpulkan barang-barang yang berceceran dari tas ranselku, tapi aku segera menghentikannya:
"Rushuang, jangan sentuh! Sebagian besar barang itu benda penangkal energi Yin yang bisa melukaimu."
Rushuang tersenyum sambil menggelengkan kepala. Dengan gerakan tangan kirinya yang anggun, semua barang yang berserakan itu melayang dan berkumpul rapi di lapisan tas ranselku yang sudah robek namun masih utuh lapisannya.
Setelah itu, Rushuang dengan hati-hati mengikat tas tersebut dan memakaikannya di punggungku.
Akhirnya, aku, Rushuang, dan Pria Bertopi mengikuti langkah Raja Yama menuju Istana Raja Yama...
