Saat melihat sinar merah itu meluncur dari tangan Raja Yama dan semakin mendekat, segera kurentangkan tangan kanan untuk menangkapnya.
Begitu benda terbungkus cahaya merah itu kugenggam, pancaran kemerahan di permukaannya langsung meredup. Tak lama kemudian, sinarnya pun menghilang sama sekali. Dengan cermat kuperiksa benda di tangan kananku.
Di genggamanku terbaring sebilah pedang pendek berwarna merah tua. Material pembuatnya tak kuketahui. Di bilahnya terukir motif ular emas yang memberi kesan agung. Mata pedangnya memancarkan kilau dingin yang sangit tajam. Di bagian gagangnya berjejer simbol-simbol talisman asing yang tak terbaca. Sesekali, aliran sinar redup terlihat mengalir di permukaan pedang.
Hanya dengan sekali pandang, aku langsung tahu bahwa pedang merah tua yang diberikan Raja Yama ini bukanlah benda biasa. Segera aku mengucapkan terima kasih:
"Terima kasih banyak, Raja Yama, telah menganugerahi pedang pendek ini. Apa nama pedang ini?"
Raja Yama menjawab, "Pedang ini bernama 'Yi Ming Jian'. Kuberikan padamu, jagalah baik-baik. Gunakanlah untuk membantumu memikul tanggung jawab besar menjaga harmoni antara dunia Yin-Yang."
Aku menggenggam erat "Yi Ming Jian", menarik napas dalam-dalam, lalu mengangguk setuju.
"Baiklah, urusan yang perlu dibicarakan sudah selesai. Zuo Shisan, jika tak ada hal lain, sekarang akan kusuruh Hakim Lu mengantarmu kembali ke dunia manusia," kata Raja Yama.
"Tunggu sebentar!" Aku segera berseru mendengar perkataannya.
"Masih ada apa lagi?" Raja Yama menatapku bertanya.
"Aku... Aku ingin berbicara sebentar dengan istriku sebelum pergi. Apakah Raja Yama mengizinkan?" Tanyaku sambil menatapnya.
Raja Yama menoleh ke Hakim Lu yang berdiri di depanku, lalu berkata, "Boleh, tapi jangan terlalu lama."
"Terima kasih, Raja Yama!" Hatiku melonjak gembira. Segera kusampaikan rasa terima kasih.
“Setelah mendengar, Raja Yama tetap mengibaskan tangannya ke arahku, lalu berkata: "Shisan, urusan ini akan diserahkan kepada Hakim Lu. Nanti kamu minta Hakim Lu mengantarmu kembali ke dunia manusia. Aku masih ada urusan lain..." Raja Yama turun dari singgasananya dan berjalan menuju paviliun samping, diikuti oleh dua petugas neraka yang selama ini berdiri di belakangnya.
"Hormat kepada Raja Yama." Hakim Lu menyatukan kedua tangannya dan sedikit membungkuk. Sementara Rushuang di sampingku memberi salam sepuluh ribu berkah ke arah punggung Raja Yama yang menjauh.
Melihat ini, aku pun meniru sikap Hakim Lu dan berkata: "Hormat kepada Raja Yama."
Setelah Raja Yama pergi, Hakim Lu yang berdiri di hadapanku menoleh dan berkata: "Shisan, kau benar-benar dapat hoki besar. Raja Yama tidak hanya tidak menghukummu, malah memberimu 'Pedang Pemotong Kegelapan' dan Liontin Giok Ling. Ini benar-benar di luar dugaan saya." Hakim Lu menatapku sambil bicara.
Mendengar perkataan Hakim Lu, pertama-tama aku menyimpan 'Pedang Pemotong Kegelapan' dan liontin merah yang selama ini kugenggam, lalu bertanya: "Hakim Lu, aku punya beberapa pertanyaan yang belum jelas, boleh tanya?"
"Pertanyaan apa?" Hakim Lu menatapku sambil bertanya.
Awalnya aku ingin menanyakan pada Hakim Cui tentang roh "Taotie" di dalam giok hitam pekatku, tapi setelah berpikir lagi, aku merasa ini tidak tepat. Akhirnya kusimpan pertanyaan itu dan menggantinya dengan: "Hakim Lu, aura kekerasan yang disebut Raja Yama yang selalu ada padaku ini sebenarnya apa? Dari mana asalnya?" Sebenarnya, sejak dulu aku sudah merasa bahwa seiring bertambahnya usia, sifatku semakin mudah meledak. Aku mudah bertindak impulsif dan ekstrem. Saat emosi memuncak, bahkan aku sendiri tak bisa mengendalikannya.
Hakim Lu menatapku setelah mendengar pertanyaanku: "Aura kekerasan itu adalah kutukan dari roh kaisar berlatih ribuan tahun yang kau segel seribu tahun lalu. Sejak itu, energi jahat itu terus melekat padamu hingga kematianmu. Tapi yang tak terduga, kutukan ini terus mengikutimu melalui reinkarnasi, bahkan sampai sekarang... Selain itu, aura ini akan membuatmu semakin ganas seiring usia. Sifat impulsifmu akan mendorongmu menyukai pembunuhan, hingga akhirnya menyimpang dari jalan kebenaran..."
Setelah mendengar perkataan Hakim Lu, aku langsung menarik napas dalam. Pantas saja aku mudah timbul niat membunuh, akhirnya semua menjadi jelas. Sebelumnya, aku menyalahkan perubahan sifatku pada kitab 《Xuan Huang Di Jing》. Tapi ternyata, kitab itu justru mempercepat keluarnya energi brutal yang tersembunyi di tubuhku, memanfaatkannya untuk menggerogoti sifatku.
Memikirkan ini, aku buru-buru bertanya pada Hakim Lu: "Lalu apa yang harus kulakukan sekarang? Bagaimana cara menghilangkan energi brutal di tubuhku sepenuhnya?"
Hakim Lu menghela napas melihatku: "Sekarang tak ada yang bisa membantumu kecuali dirimu sendiri. Semua ini adalah takdir. Bisakah kau melewatinya? Lihatlah langit, lihatlah nasib, tapi yang terpenting... lihatlah dirimu sendiri! Hatimu sendiri."
Mendengar penuturan Hakim Lu, aku masih bingung. Saat hendak bertanya lagi, Rushuang tiba-tiba berkata: "Shisan, energi brutal itu bisa dikatakan sebagai iblis dalam hatimu."
"Iblis dalam hati?" Aku menatap Rushuang dengan bingung.
Rushuang mengangguk lembut padaku, lalu melanjutkan: "Dalam hati setiap manusia terdapat dua sisi - baik dan jahat. Dendam, keserakahan, khayalan, kebencian, semuanya termasuk dalam sisi jahat, yang disebut iblis hati. Iblis hati ini bisa terus ada, tiba-tiba muncul, bersembunyi, berkembang, bahkan melahap manusia. Tapi ia juga bisa menjadi ujian. Energi kasar dan kejam dalam dirimu itu memanfaatkan pikiran-pikiran jahat ini untuk memperbesar kejahatan, agar bisa melahapmu. Jadi yang harus kau lakukan sekarang adalah mengalahkan iblis hati ini, menjadikannya ujian, bukan membiarkannya melahapmu."
"Rushuang benar. Mengenai energi kasar dalam tubuhmu, hanya dirimu sendiri yang bisa menyelamatkan..." Hakim Lu menambahkan setelah mendengar penjelasan Rushuang padaku.
Mendengar ini, aku langsung memahami segalanya. Energi kejam dalam tubuhku itu juga adalah iblis hatiku sendiri. Jika tak ingin dilahapnya, aku harus mengalahkannya, bukan dikendalikannya atau membiarkannya berkembang.
Tiba-tiba aku teringat perkataan Master Qingfeng tak lama setelah aku menjadi muridnya:
"Inti dari latihan Tao dimulai dari hati. Hanya dengan menjaga jati diri tak berubah, kita bisa menolak roh jahat dan iblis hati..."
"Shisan, masih ada yang ingin kau tanyakan?" tiba-tiba Hakim Lu menatapku dan bertanya.
Setelah mendengar perkataan Hakim Lu, aku segera menyadari sesuatu dan buru-buru bertanya: "Hakim Lu, lalu siapa sebenarnya arwah kaisar berusia ribuan tahun yang Anda sebutkan tadi? Dari dinasti mana? Kaisar yang mana?" Aku menatap Hakim Lu sambil melontarkan pertanyaan yang selama ini mengganggu pikiranku.
Hakim Lu terlihat terkejut sejenak mendengar pertanyaanku, lalu menjawab: "Saat ini waktunya belum tepat. Pertanyaan ini belum bisa kujawab. Jika benar waktunya telah tiba, kau tak perlu bertanya pun akan tahu dengan sendirinya."
Aku mengangguk mendengar jawabannya: "Baik, satu pertanyaan terakhir. Siapakah sebenarnya wanita bernama Bi Qiuyan itu?" Alasan aku bertanya tentang ini karena sebelumnya Hakim Lu pernah menyebut bahwa dia mengenal Bi Qiuyan dan memiliki hubungan yang cukup dekat.
Hakim Lu terdiam cukup lama setelah mendengar pertanyaanku. Dengan berat dia menghela napas, lalu memalingkan badan ke arah pintu gerbang Istana Raja Yama. Setelah lama termenung, barulah dia berkata: "Bi Qiuyan... Wanita ini tidak memiliki bakat istimewa, apalagi jenius dalam ilmu Tao. Tapi dia adalah jenius kerja keras. Dengan usaha sendiri, dia berhasil mencapai puncak kemampuan spiritualnya, bahkan menciptakan metode latihan 'Energi Zhen Wuji' yang luar biasa. Dengan tubuh yang lebih lemah dari orang biasa, akhirnya dia berhasil mencapai puncak sebagai MAHIR Tao, menjadi salah satu praktisi Tao terkuat di Dunia Manusia..."
