Zhao Menyimpan ponsel yang selalu dipegangnya ke dalam saku, lalu mencoba membujukku: "Shisan, meski ilmu Taomu sekarang luar biasa, tapi pengalamanmu di dunia nyata masih kurang. Lagipula Sekte Gan Shi benar-benar bukan lawan sembarangan. Shifu-mu juga berpesan sebelum pergi, melarangmu mendatangi Sekte Gan Shi sendiri."
“Kak Zhao Man, kamu tidak perlu khawatir. Aku sudah punya perhitungan sendiri. Pertama-tama aku akan menyelidiki sekitar Sekte Gan Shi, pasti tidak akan mengganggu ular dalam semak.” Aku menatap Zhao Man sambil berkata.
Melihat tekadku yang sudah bulat, Zhao Man terdiam sejenak lalu berkata: “Shisan, jika kamu memang harus pergi, biarkan si pria gemuk tetap di sini menjaga Nona Zhu. Aku akan menemanimu.” Jelas terlihat Zhao Man tidak mempercayai keamananku pergi sendirian.
“Tidak perlu. Aku pergi sendiri saja. Kalau terlalu banyak orang justru merepotkan,” kataku.
“Kamu tahu letak Sekte Gan Shi?” tanya Zhao Man padaku.
Aku menggelengkan kepala. Sungguh tidak tahu.
Zhao Man melanjutkan: “Aku tahu. Bukit tempat markas Sekte Gan Shi itu sangat jauh dari kota Dongdian kita, lokasinya juga terpencil. Tanpa pemandu yang mengenal jalan, kalau cuma mengandalkan tanya-tanya sendiri, kurasa ketika kamu akhirnya menemukan Sekte Gan Shi, mungkin sudah ada korban lagi.”
Begitu Zhao Man selesai bicara, si pria gemuk yang duduk di kasur rumah sakit melihat kami berdua: “Nona Zhao, kalian berdua benar-benar setia kawan ya. Ke mana pun shixiong pergi, kamu pasti ikut...”
Mendengar kalimat penuh aroma kecut itu, di hatiku bertanya-tanya: Jangan-jangan si pria gemuk memang naksir Zhao Man?
Zhao Man tidak menghiraukan komentar pria gemuk. Dengan tersenyum ia berkata: “Pria Gemuk, lain kali jika kau yang terjun ke bahaya, aku juga akan menemanimu. Sudahlah, kamu tunggu saja di rumah sakit dengan tenang sampai kami kembali.”
……
Ketika aku keluar dari gerbang rumah sakit bersama mobil Zhao Man, dia langsung belok dan membawaku melaju cepat ke arah jalan selatan.
"Kak Zhao, pelan-pelan... nanti kena tilang karena ngebut," ujarku yang masih trauma dengan gaya menyetelinya.
Zhao Man hanya tersenyum tipis mendengar perkataanku, tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Mobil terus meluncur ke selatan. Dari kursi penumpang, kulihat jam menunjukkan pukul 1 lebih dini hari. Jalanan sepi sehingga tak lama kemudian kami sudah meninggalkan area kota.
Sepanjang perjalanan kami diam. Pikiranku sibuk merancang strategi: Begitu tiba di markas Sekte Gan Shi, langkah pertama apa yang harus diambil? Konfrontasi langsung dengan tetua mereka jelas percuma. Satu-satunya cara adalah menyusup diam-diam di kegelapan malam untuk mengumpulkan bukti praktik jahat mereka menggunakan baju kematian terkutuk itu.
"Kak, kira-kira jam berapa kita sampai di sana?" tanyaku memecah kesunyian.
Zhao Man melirik jam tangan. "Markas mereka ada di Gunung Qingyuan. Jika lancar, besok sore kita sampai."
"Jauh sekali?" aku terkejut.
“Menurutmu?” Mobil melaju di jalan pedesaan yang sepi, Zhao Man menyalakan lampu jauh sambil membalas bertanya padaku.
“Karena masih jauh, lebih baik aku tidur dulu di kursi untuk mengumpulkan tenaga. Besok malam kita harus mencari bukti praktik ilmu hitam Sekte Gan Shi yang merugikan orang.” Aku mengubah posisi dudukku menjadi lebih nyaman, bersandar di jok mobil.
“Tidurlah. Nanti saat subuh akan kubangunkanmu untuk makan,” kata Zhao Man.
Kuanggukkan kepala sambil menguap, menutup mata dan terlelap...
Dalam keadaan setengah sadar, aku seperti kembali bermimpi tentang Bai Ruotong... Tapi kali ini berbeda dari mimpi-mimpi sebelumnya. Tidak ada peti mati kayu maupun jenazah perempuan. Hanya Bai Ruotong sendiri berdiri membelakangi aku di kejauhan. Meski tak melihat wajahnya, siluet tubuh dan pakaiannya jelas menunjukkan identitasnya. Tapi tak peduli sekeras apa kupanggil, dia tetap diam tak bergerak bagai boneka jerami yang tertancap di tanah...
Akhirnya kuhampiri dia. Saat kuulurkan tangan untuk menyentuh bahunya, tiba-tiba Bai Ruotong berbalik dengan cepat!
Begitu melihat wajah yang menatapku itu, jantungku hampir berhenti berdetak karena terkejut.
Karena saat ini wajah "Bai Ruotong" benar-benar tanpa kulit, hanya berupa daging merah berdarah! Aku bahkan jelas melihat belatung putih tipis yang terus merayap di dalam daging berdarah wajah yang hampir menempel padaku ini.
Aku menatap wajah di depanku, menahan rasa mual yang mendadak...
"Bai Ruotong" yang berdiri di hadapanku menatapku dengan bola mata putih seraya berkata: "San Ge, dalam keadaan seperti ini... apakah kau merasa aku sangat jelek?"
Begitu mendengar suaranya, hatiku langsung dingin - suara itu benar-benar suara Bai Ruotong asli!
Tapi tepat di saat itu, tiba-tiba kurasakan sekeliling berguncang hebat. Setelah membuka mata, barulah kusadari aku masih duduk di mobil Zhao Man.
"Huuu~~~!" Setelah sadar, pertama-tama kuhirup napas panjang untuk menenangkan diri. Kemudian kulihat ke luar jendela mobil, hari mulai remang-remang. Mimpi yang kurasakan singkat itu ternyata telah membuatku tertidur semalaman.
"Shisan, kau sudah bangun?" Suara Zhao Man terdengar di telingaku.
"Ya, Kak Zhao, kita sudah sampai mana?" Tanyaku sambil melihat ladang di tepi jalan, tapi pikiran masih terpaku pada mimpi tadi. Apa makna di balik mimpi ini?
“Sudah setengah jalan. Oh ya, Shisan, mulai sekarang jangan tidur lagi ya. Tidak jauh di depan ada sebuah kota kecil, nanti kita makan dulu di sana untuk mengisi perut.” Zhao Man sambil membuka musik di mobil dan mendengarkannya.
Benar saja, setelah mobil menyusuri jalan setapak pedesaan ini selama lebih dari sepuluh menit, aku mulai melihat sekumpulan bangunan muncul di kejauhan.
Zhao Man langsung membawa mobil masuk ke kota kecil itu. Setelah makan di sebuah rumah makan masakan pedesaan, kami beristirahat sebentar lalu melanjutkan perjalanan menyusuri kota yang tidak terlalu besar ini, masih mengarah ke jalan kecil di sebelah selatan.
Perjalanan ini berlangsung hingga pukul 4:30 sore. Kami baru tiba di kaki Gunung Qingyuan. Zhao Man memarkir mobil di depan sebuah penginapan dekat kaki gunung. Kami menginap di sana sambil berencana makan sedikit, istirahat, dan mengumpulkan tenaga untuk malam ini menjelajahi Sekte Gan Shi di Gunung Qingyuan.
Setelah makan malam bersama Zhao Man di sebuah warung makan seberang penginapan, kami kembali ke kamar masing-masing. Aku langsung mandi lalu duduk bersila di atas kasur mulai melatih "Tahap Pertama Energi Zhen Wuji".
Sekarang aku hanya menunggu malam tiba. Begitu langit gelap, aku akan mengajak Zhao Man bersama-sama ke Sekte Gan Shi di Gunung Qingyuan.
Tak lama setelah aku mulai duduk bersila berlatih, tiba-tiba terdengar suara ketukan pelan di pintu.
Setelah mendengar suara ketukan di pintu, awalnya kupikir Zhao Man yang datang. Aku segera memakai sepatu, turun dari kasur, dan pergi membukakan pintu. Saat pintu terbuka, aku langsung diam terpaku karena wanita yang berdandan menor di luar kamarku itu sama sekali tidak kukenal!
“Kamu cari siapa?” tanyaku.
“Mbak, mau tidak mau layanan tertentu? Hari ini diskon 50%.” Wanita itu menatapku sambil berbisik pelan dengan senyum di wajahnya.
"Tidak membutuhkan!" Setelah mendengar perkataan wanita itu, aku tiba-tiba merasa mual dan langsung menutup pintu.
Tepat saat aku kembali ke kasur dan duduk bersila untuk melanjutkan latihan "Energi Zhen Wuji", ponsel yang kutaruh di pinggiran kasur tiba-tiba berdering.
Kuambil ponsel itu dan melihat panggilan masuk dari Ibuku.
"Hei, Ibu?" Aku mengangkat telepon.
"Shisan, kamu sekarang di mana? Kalau ada waktu, sering-seringlah menelepon aku dan Ayahmu..."
Setelah mengobrol dengan Ibuku, tepat saat hendak menutup telepon, tiba-tiba kudengar raungan kemarahan Ayahku dari ujung sana:
"Bai Ping, sialan! Entah keparat mana yang mengirimkan dua set baju mayat ke rumah kita lewat paket!!"
Telepon langsung diputuskan Ibu saat itu juga, dan dalam sedetik setelah mendengar suara Ayah itu, seluruh tubuhku serasa terjun ke lubang es!
Sialan, Sekte Gan Shikeparat sialan! Jika orangtuaku benar-benar ada masalah, aku dasar akan membantai seluruh sekte mereka! Aura negatif yang luar biasa kuat menyelimuti seluruh tubuhku seketika. Pada saat yang sama, aku segera mengambil ponsel dan menelepon Ibuku kembali.
Bagaimanapun, sekarang aku harus segera memberitahu mereka untuk membakar dua set baju kematian itu.
