Begitu suara jenazah perempuan itu menghilang, beberapa suara bergema di dalam rumah. Lampu menyala, membuat seluruh ruangan terang benderang.
Aku segera menatap ke belakang kakek tua itu. Di balik Energi Yin yang menyelimuti, terlihat samar-samar bayangan hitam.
"Rupanya kau bersembunyi di Sekte Gan Shi," kataku pada bayangan di belakang si kakek. Itu adalah jenazah perempuan yang kabur dari makam.
"Hehehehe... Tempat persembunyianku tidak penting. Yang penting kau datang hari ini," kata jenazah itu dari balik Energi Yin dengan tawa dingin.
"Terus apa maksudku datang?" tanyaku sambil diam-diam mengumpulkan energi Yang dari Dantian ke kedua tangan, siap untuk menyerang kapan saja.
"Karena kamu sudah datang, maka tidak bisa pergi lagi, Zuo Shisan! Hari ini aku pasti akan menghisap habis darah kehidupanmu, merobek-robek mayatmu hidup-hidup, baru bisa menghilangkan kebencianku!!" Jenazah perempuan itu berkata padaku dengan penuh kebencian.
Bersamaan dengan ucapannya, aku jelas merasakan energi Yin di dalam rumah ini terus bergolak. Kabut hitam perlahan mulai melayang dari belakang kakek tua itu, menyebar ke segala penjuru.
"Aku tunggu kau datang menghisap darah kehidupanku! Dasar kalau tidak berani mendekat berarti kau sialan!" Kataku sambil langsung menggoreskan pisau Naga Lilin dan Burung Feniks ke telapak tangan, darah yang menetes di pisau itu langsung melepas segelnya.
"Nona, aku mengenalmu. Tim Penyelidik Fenomena Gaib Nasional. Sekte Gan Shi kami tidak ingin bermusuhan dengan kalian. Tinggalkan pemuda bernama Zuo Shisan ini, dan kau boleh pergi. Aku jamin tidak ada yang menghalangi." Tiba-tiba kakek tua itu berbicara pada Zhao Man.
Zhao Man terdiam sejenak mendengar perkataan kakek tua itu, lalu tersenyum menjawab: "Aku hargai niat baikmu, tapi secara moral maupun logika, aku tidak bisa pergi."
"Oh? Moral dan logika seperti apa?" Kakek tua itu menatap Zhao Man sambil bertanya.
“Zuo Shisan adalah sahabatku, sebagai teman seharusnya saling mendukung sepenuh hati. Jika hal mendasar ini saja tak bisa dilakukan, apa artinya persahabatan? Maka secara emosional aku tak boleh pergi. Lagi pula, Sekte Gan Shi kalian kerap mengirim orang untuk menyakiti orang dengan ilmu hitam. Sebagai anggota Tim Penyelidik Fenomena Gaib, secara prinsip aku juga tak boleh pergi.” Zhao Man menatap kakek tua itu sambil berkata. Meski bicaranya perlahan, nada suaranya penuh keteguhan.
“Kukira nona ini, nasi bisa kau makan sembarangan, tapi kata-kata jangan asal kau ucapkan. Sekte Gan Shi kami selalu memikul tanggung jawab besar menjaga keharmonisan dunia Yin-Yang. Perbuatan keji yang merugikan diri sendiri dan orang lain seperti itu, mana mungkin kami lakukan? Meski kau anggota Tim Penyelidik Fenomena Gaib, tak boleh seenaknya menuduh Sekte Gan Shi kami tanpa bukti.” Kulit keabu-abuan di wajah kakek itu berkerut-kerut, matanya cekung dalam, penampilannya hampir tak berbeda dengan mayat.
Mendengar omong kosong sang kakek, Zhao Man mendengus dingin: “Keadilan dan kebenaran ada di hati manusia, bukan di mulutmu.”
“Nona muda, kalau kau nekat mencari celaka, hari ini akan kukabulkan keinginanmu! Malam ini, kalian berdua takkan bisa keluar hidup-hidup dari Sekte Gan Shi kami!” Sorot mata keruh sang kakek tiba-tiba memancarkan sinar dingin. Kedua tangannya mengacungkan kertas jimat kuning.
Aku melihat jelas, di kedua tangannya muncul urat-urat menonjol seperti cacing tanah dalam sekejap. Kedua tangan itu kemudian dipenuhi energi Yin yang pekat. Sebenarnya siapa orang tua ini dalam Sekte Gan Shi? Apakah dia orang hidup atau mayat? Apa hubungannya dengan jenazah perempuan itu? Jangan-jangan dia salah satu dari dua sesepuh terkutuk di Sekte Gan Shi?
"Ji Si, Bing Zi, Bing Yin, Wu Zi. Tian Zhao Ling Ying, Di Xiao Ling Min, Mu Zuo Ru Man, Xin Fu Ruan Mian, Bi Xu Mu Jia, Qi Qiao Wu Xuan..." Kakek tua itu menggenggam erat kertas jimat kuning sambil melantunkan mantra dengan cepat.
Begitu mendengar mantra yang diucapkannya, saya langsung terkejut. Mantra yang dibacanya itu ternyata mengandung zodiak kelahiranku! Bagaimana dia bisa tahu zodiak kelahiranku?!
Saat kebingungan masih menyelimuti pikiran, si kakek menyelesaikan mantranya. Dengan gesit dia melemparkan kertas jimat ke udara sambil berseru kencang. Tangannya menunjuk ke arahku, dua lembar kertas itu pun terbang menuju ke tempatku!
Melihat ini, aku segera menghindar dengan memiringkan badan. Dua lembar kertas jimat kuning itu melintas sangat dekat di samping tubuhku.
"Braak!!" Suara tembakan terdengar bersamaan. Zhao Man tanpa ragu menembak si kakek tua. Peluru yang mengenai tubuhnya sama sekali tidak berpengaruh.
“Kak Zhao Man, ganti ke Peluru Pengusir Setan. Energi Yin di tubuh kakek tua itu melebihi energi Yang. Kemungkinan besar dia sudah jadi mayat.” Aku memberi instruksi pada Zhao Man sambil mengumpulkan energi Yang di telapak kaki, lalu menerjang ke arah kakek tua itu. Sesampainya di dekatnya, kuhunjamkan Pisau Naga Lilin dan Burung Feniks ke titik vital di dadanya dengan sekuat tenaga.
“Shisan, hati-hati di belakangmu!!” Tiba-tiba suara Zhao Man terdengar dari belakangku. Sebelum sempat bereaksi, sesuatu sudah menempel di punggungku. Hawa dingin menusuk langsung menyebar ke seluruh tubuh. Seketika itu juga aku kehilangan kendali atas tubuh sendiri, membeku di tempat seperti patung...
Sial! Pasti dua lembar Kertas Jimat tadi menempel di punggungku!
“Hehehehe... Anak muda, kamu masih terlalu hijau. Jumlah orang yang kubunuh lebih banyak dari yang pernah kaulihat seumur hidupmu. Jika aku ingin membunuhmu, ada seratus cara!” Kakek tua itu berbicara padaku dengan tatapan dingin.
Di saat genting itu, Zhao Man tiba-tiba berlari dari belakangku mendekati punggungku, berusaha menarik Kertas Jimat yang menempel di sana.
“Suuush!” Bayangan hitam tiba-tiba melesat dari belakang kakek tua itu, menerjang ke arah Zhao Man.
Sebelum sempat kulihat jelas, terdengar erangan berat dari Zhao Man di belakangku. Seluruh tubuhnya terpental dilontarkan bayangan hitam itu.
Saat melihat Zhao Man jatuh keras dari udara ke tanah, hati saya langsung terbakar. Saya segera mengalirkan energi Zhen dari Dantian. Setelah keluar dari Dantian, energi ini otomatis terkumpul di punggung belakang. Dalam hitungan detik, saya mulai merasakan kesadaran tubuh perlahan pulih.
"Zuo Shisan, tak menyangka kan? Kau pun akan mengalami hari seperti ini. Dulu di makam kuno, kau hampir membuatku mati separuh jalan, nyaris membuat rohku tercerai-berai di tempat! Hari ini disini, akan kuambil nyawa anjingmu!" Jenazah perempuan itu berputar dari belakang ke depan saya. Kedua matanya yang jahat dipenuhi kebencian dan keserakahan.
Mendengar ucapannya, saya langsung membalas: "Aku memang tak pernah tahu hubungan apa yang ada antara dirimu dengan Bai Ruotong sebelumnya. Tapi itu semua sudah tak penting. Yang terpenting hari ini aku harus memberantasmu, agar kau tak lagi mengancam nyawa orang tak bersalah!"
"Wahahaha... Nyawa orang tak bersalah? Zuo Shisan, kau sungguh menganggap diri sebagai penyelamat dunia?! Pahlawan besar? Urusan hidup mati orang lain apa hubungannya denganmu?!"
"Mendengar perkataan jenazah perempuan itu, aku menyeringai dingin dan menatapnya: 'Jika semua orang memiliki pola pikir seperti ini, bagaimana dunia ini akan berubah? Aku tidak ingin orangtuaku di usia senja terjatuh di jalan tanpa ada yang mau menolong. Aku tidak ingin anakku kelak diculik di siang bolong tanpa ada yang berani menelepon polisi. Aku tidak ingin melihat kerabat dan sahabat disakiti sementara orang-orang hanya diam mematung. Aku juga tidak tega melihat orang mati karena aku. Karena memiliki kemampuan ini, aku tidak bisa acuh tak acuh dengan hidup mati orang lain.'"
Sengaja kubuat kalimat panjang bertele-tele untuk mengulur waktu, karena saat ini sedang menggunakan Energi Zhen dalam tubuh untuk perlahan-lahan mengusir aliran Energi Yin yang menempel di punggung...
"Wah, terdengar sangat mulia sekali. Berkorban diri demi orang lain, menyelamatkan umat manusia. Rupanya aku salah menilaimu sebelumnya. Tapi... apa gunanya semua ucapan itu? Kau sendiri bahkan tidak bisa menyelamatkan nyawamu sendiri, ngapain bicara soal hidup mati orang lain?" Jenazah perempuan itu menatapku sinis.
"Bagaimana kau tahu pasti aku akan mati hari ini?" Saat itu, kurasakan tubuh sudah sepenuhnya bisa bergerak, tapi tetap kubiarkan diam di tempat. Aku sedang menunggu momen tepat untuk melancarkan serangan tiba-tiba dan membasmi jenazah ini sampai ke akar-akarnya.
