Saat melihat mutiara putih ini, aku segera berjongkok dan memungutnya dari tanah. Kuremasnya di telapak tangan sambil termenung.
Sekarang, tiba-tiba aku teringat pertama kali bertemu Bai Ruotong. Matanya penuh kebencian menatapku, bahkan dia menggigitku sampai aku terkecoh mengira dia benar-benar anak perempuan buruh migran itu.
Aku juga teringat kata-katanya sebelum mati: "San Ge, kamu harus melupakanku..." Kalimat itu bergema di kepalaku, perlahan berubah menjadi duri dan jarum yang menusuk jantungku...
Sama seperti Qiu Shasha, dia dipaksa melakukan hal-hal yang bertentangan dengan hatinya, lalu akhirnya tewas.
Sumber semua ini bukan kesalahan mereka, tapi aku!!!
Andai saja aku tidak ada, mungkin mereka tidak akan mati. Aku mulai merasa bersalah, menyesal, bahkan berpikir bahwa kelahiranku ke dunia ini adalah kesalahan besar. Makna keberadaanku Zuo Shisan hanyalah terus-menerus menyakiti sahabat!
Tiba-tiba, Pria Bertopi mendekatiku dan mengulurkan sesuatu dari tangannya.
Kupalingkan kepala. Di tangannya terlihat botol kecil keramik merah.
"Telan semuanya, ini obat untuk menghentikan pendarahan dan menyembuhkan luka." Kata Pria Bertopi sambil menatapku.
Setelah mendengar perkataan Pria Bertopi itu, aku tertawa, benar-benar tertawa……
Luka di tubuh dan penderitaan jasmani bisa disembuhkan dengan berbagai obat, tapi bagaimana dengan luka dan kepedihan di hati?
Adakah obat yang bisa menyembuhkan luka batin?
"Tak apa, aku takkan mati." Saat ini sama sekali tak kuhiraukan luka di bawah iga yang terus mengucurkan darah. Mungkin bagiku saat ini, mati justru merupakan bentuk pembebasan lain.
Melihat reaksiku, Pria Bertopi melanjutkan, "Telan ini, atau kau akan mati. Jika sampai terjadi, An Rushuang tak akan bisa kembali menjadi manusia, orangtuamu pun tak ada yang merawat di hari tua."
Perkataannya membuat seluruh tubuhku gemetar. Ucapan tadi menyentuh tiga orang yang tak pernah bisa kulepaskan dari pikiran.
Merekapulah satu-satunya harapan yang membuatku bertahan hidup.
Pertama kumasukkan mutiara putih itu ke dalam tas ransel, lalu kuambil botol keramik dari tangan Pria Bertopi. Setelah kubuka, terlihat tiga empat butir pil hitam di dalamnya. Kutuang semua pil ke mulut dan kutelan semuanya.
"Shisan, tadi kulihat kau seperti bengong, sedang memikirkan apa?" Setelah mengikat Pemimpin Sekte Gan Shi dengan tali, Master Lu menghampiriku dengan wajah penuh kekhawatiran.
Kupalingkan wajah sambil menggeleng pada Master Lu, tak ingin menceritakan isi hatiku.
Master Lu juga tidak memaksaku, malah berjalan mendekati Pria Bertopi. Namun, aku menangkap sorot aneh di matanya, terutama saat ia menatap Pria Bertopi.
Aku tak tahu apa yang dibisikkannya pada Master Lu. Setelah mengangguk, Master Lu melakukan gerakan gesit ke samping Pemimpin Sekte Gan Shi, memikulnya di bahu, lalu membawanya melesat menuruni kaki gunung.
Di sekitar sini, hanya tersisa aku, Pria Bertopi, Zhao Man, dan Qiu Shasha yang terbaring di tanah.
Tiba-tiba, "Braak!!" suara keras mengguncang. Dadaku sesak. Aku segera menoleh ke sumber suara dan melihat "Jin Jia Shi" (Mayat Berbaju Emas) itu roboh tergeletak di tanah.
Pria Bertopi menatap mayat itu sambil menghela napas panjang. Ia menoleh padaku: "Shisan, sekarang kau pasti merasa tidak enak di hati, ya? Sedih? Bersalah? Atau menyesal?"
Mendengar pertanyaannya, aku terdiam sejenak sebelum akhirnya mengangguk...
"Aku sendiri yang membunuh Qiu Shasha. Ini penyesalan terbesarku seumur hidup. Peristiwa ini akan terus menghantuiku..." ujarku pada Pria Bertopi.
Entah sejak kapan, pria misterius ini telah menjadi pelampiasan hatiku. Segala hal selalu kuceritakan padanya.
“Kamu tidak perlu merasa bersalah. Apa yang kamu lakukan mungkin merupakan kebebasan baginya. Kamu tidak membunuhnya, tapi menyelamatkannya.” Pria Bertopi menatapku berkata.
“Aku menyelamatkannya?” Aku tidak mengerti maksud perkataan Pria Bertopi padaku.
“Di mata kami, gadis Qiu Shasha ini sangat otoriter, dominan, tidak mau dikalahkan, dan selalu tersenyum. Wajahnya tersenyum setiap hari. Banyak orang mengira dia hidup bahagia, namun tak ada yang benar-benar memahaminya. Setelah usia enam tahun, setiap hari hidupnya tidak bahagia, setiap hari adalah siksaan. Dia hidup dalam dunianya sendiri, mengenakan topeng senyum palsu, terus-menerus berpura-pura...” Suara Pria Bertopi melembut, lalu bertanya padaku: “Shisan, tahukah kamu mengapa Qiu Shasha melakukan ini?” Pria Bertopi menatapku bertanya.
Aku bertanya: “Apakah dia dipaksa orang lain?”
“Benar.” Pria Bertopi menatapku berkata.
“Siapa sebenarnya yang memaksanya? Siapa yang punya kemampuan sebesar itu untuk memaksa putri pemimpin sekte Aliran Longhu kita?” Aku menatap Pria Bertopi dengan bingung.
Pria Bertopi tiba-tiba diam. Dia mengangkat kepala, memandang mayat Qiu Shasha di belakangku.
"Lama setelah itu, dia akhirnya menghela napas berat dan menatapku berkata: 'Ada beberapa hal yang akan kamu ketahui nanti. Perkataan dan perintah orang itu, Qiu Shasha terpaksa melakukannya dan tidak bisa menolak, karena dia gadis yang tahu balas budi. Orang itu memiliki jasa yang sangat besar padanya.'"
"'Siapa orang itu?!' tanyaku."
"'Kamu pasti akan tahu nanti, tapi sama sekali bukan sekarang.' Pria Bertopi meninggalkan kalimat itu padaku, lalu mengelilingiku dan berjalan menuju arah Qiu Shasha..."
"Sesampainya di samping Qiu Shasha, Pria Bertopi melepas topi bambu berkain hitam di kepalanya, meletakkannya di tanah. Dia hanya menatap Qiu Shasha lama sekali tanpa bicara."
"Pada saat itu, rerumputan bergoyang seakan semua di sekitar menjadi sunyi senyap."
"Tiba-tiba aku berhalusinasi. Aku melihat Qiu Shasha hidup kembali, berteriak-teriak padaku dan menunjukkan sifat anehnya seperti putri bangsawan..."
"Angin dingin menusuk menerpa, membuatku langsung sadar. Halusinasi lenyap, Qiu Shasha masih terbaring tak bergerak dengan mata tertutup rapat, tanpa secercah energi Yang di tubuhnya."
Aku dan Pria Bertopi berdiri di samping mayat Qiu Shasha, diam cukup lama. Akhirnya, Pria Bertopi menghela napas pelan, menoleh dan berpesan padaku: "Shisan, sekarang aku akan membawa Qiu Shasha pergi, mencari tempat yang baik untuk menguburkannya. Kamu juga tidak boleh berlama-lama di Sekte Gan Shi ini. Segera bawa Zhao Man turun gunung. Jangan laporkan ke polisi, apalagi mengganggu Tim Penyelidik Fenomena Gaib. Serahkan masalah ini ke Aliran Longhu untuk diselesaikan, paham?"
"Mengerti." Aku mengangguk, lalu bertanya lagi: "Apakah kamu tidak berniat mengembalikan Qiu Shasha ke Aliran Longhu?" Bagaimanapun, Qiu Shasha ini adalah putri pemimpin sekte Aliran Longhu. Setelah meninggal, mayatnya seharusnya dikembalikan ke akar asalnya, diserahkan pada orangtuanya.
Mendengar pertanyaanku, Pria Bertopi berkata dengan dingin: "Dengarkan baik-baik. Tempat yang paling tidak ingin dikunjungi Qiu Shasha seumur hidupnya adalah Aliran Longhu." Setelah mengucapkan kalimat itu, Pria Bertopi membawa jenazah Qiu Shasha, lalu berbalik badan dan meluncur ke arah kaki gunung tempat markas Sekte Gan Shi.
Tempat yang paling tidak ingin dikunjungi Qiu Shasha adalah Aliran Longhu? Ini... apa yang sebenarnya terjadi? Aliran Longhu adalah rumahnya!
Aku merenungkan kata-kata yang diucapkan Pria Bertopi ini, semakin kupikir semakin tidak mengerti.
"Shisan, kita tidak boleh berlama-lama di sini. Kita juga harus pergi." Zhao Man mendekatiku dan berkata sambil menatapku.
Mendengar perkataan Zhao Man, aku mengangguk dan berjalan bersamanya menuruni gunung...
Setelah keluar dari Sekte Gan Shi, saat menuruni gunung, tiba-tiba salju mulai berjatuhan di langit. Angin pun mereda, udara tak lagi sedingin sebelumnya.
Angin sepoi-sepoi berhembus, pepohonan di sekitar berdesir. Tiba-tiba kulihat seorang gadis, ujung bajunya berkibar pelan. Matanya juga menatapku, seolah membawa senyum tipis.
Tawa jernih terus bergema di telingaku, terbawa angin melayang ke atas. Bayangan gadis itu tiba-tiba menjadi kabur, lalu menghilang. Hanya derai tawa jernih yang tersisa, bergema di langit yang dipenuhi salju yang melayang...
