Begitu mendengar dering ponsel, aku buru-buru menyalakan lampu dan bangkit dari kasur. Setelah mengambil ponsel dari lemari, kulihat itu telepon dari Zhao Man.
Buat apa dia menelepon larut malam begini? Apa ada darurat? Dengan perasaan penasaran, aku mengangkat telepon.
“Halo, Shisan, kamu di mana sekarang?” Suara Zhao Man di seberang terdengar panik.
“Aku di rumah pria gemuk. Ada apa, Kak Zhao Man?” tanyaku.
Zhao Man langsung bicara cepat, “Tunggu di situ! Aku segera menyusul dengan mobil.” Sebelum sempat kujawab, dia sudah mematikan telepon.
Karakternya yang ceplas-ceplos memang tidak pernah berubah.
Aku duduk di kasur dalam keadaan bingung, apa sebenarnya urusan mendesak yang membuat Zhao Man buru-buru mencariku? Sambil berpikir, kuambil baju dan turun ke ruang tamu. Kuisi gelas dengan air, lalu duduk di sofa sambil menunggu kedatangannya.
Tak sampai setengah jam, suara ketukan di pintu terdengar. Segera kubuka pintu dan mengintip lewat lubang pengintip. Tampak Zhao Man berdiri di luar sambil memegang kantong kulit hitam.
Cepat kubuka pintu. Begitu melihatku, Zhao Man langsung masuk.
Dia menuju ruang tamu, meletakkan kantong hitam di atas meja, lalu bertanya sambil terengah-engah: "Shisan, ada air tidak?"
"Ada!" Kataku sambil mengambil gelas, menuangkan air panas dan menyerahkannya padanya.
"Kak Zhao Man, ada urusan apa yang begitu mendesak?" Tanyaku.
Zhao Man menenggak air itu secepatnya, lalu berkata sambil tersengal: "Shisan, kutemukan catatan tentang 'Pulau Yin-Yang' di Sungai Kuning untukmu."
Setelah mendengar perkataan Zhao Man, awalnya aku tidak langsung bereaksi. Tapi ketika aku memahami maksudnya, hatiku langsung dipenuhi kegembiraan. Dengan penuh semangat aku bertanya padanya: "Ka... Kak Zhao Man, kamu tidak bercanda kan?" Bukan aku tidak percaya padanya, tapi terkait catatan tentang "
", aku pernah mencarinya di internet sebelumnya dan sama sekali tidak menemukan informasi apapun.
Mendengar ucapanku, Zhao Man meletakkan gelas air di meja dengan agak kesal: "Shisan, apa aku datang buru-buru ke sini di tengah malam hanya untuk mengerjaimu?!"
Aku segera menggelengkan kepala dan meminta maaf: "Bukan begitu maksudku. Aku hanya terlalu gembira sampai sulit percaya ini nyata. Maaf ya, Kak Zhao Man."
Zhao Man tidak mempermasalahkannya. Ia mengibaskan tangan lalu membuka tas hitam di meja, mengeluarkan sebuah buku kuno yang sangat tua dan menyerahkannya padaku.
Saat kuterima buku itu, terlihat sampul kulitnya yang sudah lapuk bertuliskan judul besar: 《Catatan Fenomena Aneh Sungai Kuning Sebelum Era Pembebasan》.
Memandang buku kuno《Catatan Misteri Sungai Kuning Sebelum Pembebasan》yang sudah puluhan tahun usianya di tanganku, aku bertanya kepada Zhao Man yang sedang duduk di sofa: "Kukira Kak Zhao, dari mana kau mendapatkan buku tua ini? Usianya mungkin lebih tua dari kakekku." Sambil berkata, kubuka sampul《Catatan Misteri Sungai Kuning Sebelum Pembebasan》itu dan menyapu pandangan ke daftar isi. Benar saja, ada satu entri tentang "Pulau Yin-Yang".
Zhao Man tidak segera menjawab. Ia kembali mengambil gelas di atas meja dan menyodorkannya padaku:
"Buatkan aku segelas air lagi. Setelah minum, baru akan kuceritakan."
Kumenuruti, menuangkan air lagi untuk Zhao Man dan menyerahkannya padanya, menanti ia mulai bicara.
"Buku 《Catatan Fenomena Aneh Sungai Kuning Sebelum Era Merdeka》 ini, kucuri dari Museum Koleksi Fenomena Gaib Tim Penyelidik Gaib kami." Zhao Man menjelaskan setelah minum air, menatapku.
"Kaucuri?" Aku terdiam sejenak, agak tertegun.
"Benar. Saat ini barang-barang semacam ini termasuk aset negara. Bahkan aku dan Kapten Yue pun tak punya wewenang mengeluarkannya langsung dari museum. Harus membuat laporan terlebih dahulu, lalu mengajukan permohonan resmi. Baru setelah semua persetujuan turun, buku ini bisa diambil. Tapi kalian besok sudah berangkat mencari 'Pulau Yin-Yang' di Sungai Kuning. Jika harus menunggu proses administrasi, pasti tidak akan cukup waktu. Makanya..." Ia menunduk, "Kuputuskan untuk mencurinya."
"Kak Zhao, bagaimana kamu tahu kami akan berangkat besok?" Aku memandangnya dengan bingung sambil bertanya. Aku sama sekali tidak memberitahunya tentang rencana keberangkatan ini.
"Malam ini si pria gemuk mengirim SMS memberitahuku. Setiap kali kalian memutuskan aksi apa pun, dia selalu memberitahuku duluan. Kalau tidak, mana mungkin aku buru-buru mengantarkan buku ini," kata Zhao Man sambil tersenyum.
Goblog! Si keparat tukang kawin itu tega mengkhianatiku demi perempuan! Dasar teman tak berprinsip, salah pilih pergaulan.
"Ngomong-ngomong Shisan, aku ke sini bukan cuma mengantarkan buku. Ada satu hal lagi yang ingin kubicarakan," tanya Zhao Man sambil menatapku.
"Apa itu?" tanyaku.
"Besok kalian berangkat ke Sungai Kuning, aku ingin ikut," ujar Zhao Man dengan tatapan tajam dari matanya yang jernih.
"Tidak mungkin! Mencari 'Pulau Yin-Yang' yang kabur itu terlalu banyak ketidakpastian," tegasku menolak. Bukan tak punya perasaan, tapi aku tak ingin melibatkannya.
"Tidak setuju?" Zhao Man mengulang tanyaannya.
"Tidak," gelengku.
"Kalau begitu kembalikan buku 《Catatan Fenomena Aneh Sungai Kuning Sebelum Era Merdeka》 itu padaku," desak Zhao Man.
Goblog! Ini namanya berunding atau memeras?!
"Kak Zhao, bukannya tadi bilang mau berdiskusi?" tanyaku.
"Betul. Kau bisa memutuskan izinkanku ikut, aku pun bisa memutuskan apakah buku ini 'kakak' berikan padamu. Jadi... mari kita berunding," jawabnya sambil tersenyum manis.
"Aku..." Setelah mendengar perkataan Zhao Man, aku sejenak kehilangan kata-kata. Jelas sekali kedatangan Zhao Man kali ini bermaksud ikut bersama kami. Buku 《Catatan Misteri Sungai Kuning Sebelum Pembebasan》 ini mungkin memuat catatan tentang "Pulau Yin-Yang" itu. Kemampuan menemukan pulau tersebut melalui buku ini sangat krusial bagiku saat ini, karena itu aku membutuhkan buku ini.
"Shisan, gimana? Sudah memutuskan?" Zhao Man menatapku dan bertanya lagi.
"Apa ada pilihan lain?" Kataku sambil tersenyum getir.
"Kamu setuju saja sudah cukup, aku tidak memaksamu kok. Ini semua hasil musyawarah kita." Zhao Man mengalihkan pandangannya menyisir setiap sudut rumah pria gemuk itu, lalu bertanya padaku: "Shisan, kamar tidurmu yang mana?"
Aku mengacungkan jari menunjuk.
Melihat itu, Zhao Man bangkit dan berjalan menuju kamar tersebut sambil berkata: "Malam ini sudah larut, aku akan menginap di kamarmu. Kamu tidur di sofa."
Menyaksikan Zhao Man masuk ke kamar dan mengunci pintu, aku duduk pasrah di sofa. Kuambil segelas air sambil merenung: Mengapa Zhao Man tiba-tiba bersikeras ikut kami mencari "Pulau Yin-Yang" ini?
Aku tidak cukup naif untuk mengira dia tertarik padaku atau si pria gemuk. Pasti ada rahasia yang ingin disembunyikannya. Delapan puluh persen tujuan keikutsertaannya ke Pulau Yin-Yang ini terkait motif pribadi.
Tapi karena sudah menyetujui keikutsertaannya, aku tak perlu terlalu memikirkannya. Lebih baik fokus mempelajari catatan tentang "Pulau Yin-Yang" dalam buku ini dulu.
"Begitu terpikir, aku membuka daftar isi, membalik ke halaman tentang catatan 'Pulau Yin-Yang', langsung terdiam membeku."
"Karena di buku ini, beberapa halaman yang mencatat tentang 'Pulau Yin-Yang' ternyata telah disobek seseorang."
"Sekali lagi dikibuli oleh Zhao Man itu!! Begitu terpikir, aku buru-buru berdiri dan bergegas menuju kamar tempat Zhao Man berada..."
"Kak Zhao Man, kenapa beberapa halaman tentang catatan 'Pulau Yin-Yang' di buku yang kamu kasih ini semuanya disobek?" Aku mengetuk pintu dan bertanya.
"Ada padaku. Besok pagi kalian bangunkan aku, baru akan kuberikan. Dengan begini aku tak perlu khawatir kalian kabur diam-diam tinggalkan aku sendirian. Bisa tidur nyenyak deh. Selamat malam, Shisan..." Suara malas Zhao Man terdengar dari dalam kamar.
