Pria gemuk yang menyetir di samping mendengar percakapan kami, buru-buru bertanya: "Shixiong, kalian ngomongin apa? Asli atau palsu?"
Melihat ekspresi gugupnya, kuceritakan ulang isi kertas tentang "Pulau Yin-Yang" tersebut secara detail.
Usai mendengar, dia berkata: "Jangan remehkan! Kita sudah mengalami banyak hal mistis sebelumnya. Bisa jadi ini nyata."
Zhao Man menyambung: "Tidak usah perdebatkan keasliannya. Prioritas kita sekarang cari SPBU, isi bensin dulu."
Pria gemuk baru menyadari meter bahan bakar yang hampir kosong. Setelah mengisi penuh di SPBU terdekat, kami melanjutkan perjalanan.
Di perjalanan, aku kembali memindai beberapa lembar kertas kekuningan di tanganku dengan cermat. Terlihat bahwa kertas-kertas ini mencatat kisah nelayan yang menemui "Pulau Yin-Yang", sama sekali tidak menyebutkan lokasi pasti pulau tersebut.
Jika di sini tidak tertulis posisi "Pulau Yin-Yang" di Sungai Kuning, lalu bagaimana Zhao Man bisa mengetahui bahwa pulau itu berada di dekat Kota Huanghekou, Kabupaten Kenli?
Memikirkan ini, hatiku mulai meragukan. Jangan-jangan Zhao Man masih menyembunyikan sesuatu dariku dan si pria gemuk, yang belum diungkapkannya sampai sekarang?
Aku ini orang yang blak-blakan, lebih suka bicara terus terang. Tidak tahan menyimpan pertanyaan, aku segera menoleh ke Zhao Man yang duduk di kursi belakang mobil: "Kak Zhao Man, kulihat tidak ada catatan lokasi 'Pulau Yin-Yang' di kertas-kertas ini. Dari mana kamu menyimpulkan pulau itu ada di Kota Huanghekou, Kabupaten Kenli?"
Zhao Man di kursi belakang tertegun sejenak mendengar pertanyaanku yang tiba-tiba, lalu menjawab: "Aku... sebelumnya membaca di buku 《Catatan Fenomena Aneh Sungai Kuning Sebelum Era Liberasi》. Halaman yang menjelaskan lokasi pasti 'Pulau Yin-Yang' tidak kurobek. Apa kamu tidak melihatnya?" Balasnya sambil menatapku.
Baru sekarang aku ingat. Waktu itu setelah menemukan halaman tentang "Pulau Yin-Yang" yang sudah terkoyak, aku tidak memeriksanya dengan seksama sehingga melewatkan informasi itu.
“Ternyata begitu, aku memang tidak memperhatikan.” Aku mengangguk, lalu bertanya pada Zhao Man: “Omong-omong Kak Zhao, kamu juga tahu sifatku yang tidak bisa menyimpan rahasia. Sebenarnya ada hal yang selalu ingin kutanyakan padamu.”
“Tanyakan saja, tapi aku tidak janji akan menjawab semuanya.” Zhao Man menatapku sambil berkata.
“Shixiong-ku ingin bertanya apakah kamu punya pacar!” Tiba-tiba pria gemuk yang sedang menyetir menyela, membuat suasana dalam mobil langsung canggung. Dasar pria tak tahu malu ini! Kalau mau tanya sendiri ya tanya saja, dasar pakai aku sebagai tameng. Benar-benar tidak sopan!
Wajah Zhao Man berubah mendengar ucapan pria gemuk tadi. Ia mengalihkan pandangan ke luar jendela mobil, namun tetap berkata dengan santai: “Maaf, pertanyaan itu kutolak untuk dijawab.”
“Hei gemuk, bisakah kau diam sebentar?!” teriakku pada pria gemuk itu.
Pria gemuk itu tertawa canggung: “Hanya bercanda, teruskan saja...”
“Kak Zhao, sebenarnya aku selalu penasaran – mengapa kamu bersikeras ikut aku dan si gemuk mencari ‘Pulau Yin-Yang’ di Sungai Kuning itu?” Tanyaku sambil menatap Zhao Man. Masalah ini terus menghantuiku. Sejak urusan dengan Qiu Shasha, aku jadi semakin sensitif. Semakin kupikir, semakin yakin Zhao Man pasti punya maksud tersendiri mengikuti kami ke Pulau Yin-Yang.
Aku tidak keberatan dia punya kepentingan dan tujuan pribadi, yang kusebalkan adalah ditipu. Aku benar-benar trauma dengan kebohongan.
Zhao Man menatapku lama dengan kedua matanya sebelum akhirnya berbicara: "Shisan, apa kau curiga aku akan seperti Qiu Shasha yang tiba-tiba berbalik memusuhi kalian, atau ada seseorang di belakangku yang memaksaku ikut?"
"Bukan begitu. Aku hanya bingung kenapa kau bersikeras ikut dengan aku dan si gemuk." Jawabku. Sebenarnya jika Zhao Man dipaksa orang, aku pun tak percaya. Wanita ini terlalu keras kepala, dengan sifat pantang menyerah sampai mati, siapa yang bisa memaksanya?
Tunggu! Meski belum lama mengenal Qiu Shasha, aku cukup paham karakternya. Sifatnya mirip Zhao Man, bukan tipe yang mudah dipaksa. Saat mati, Qiu Shasha jelas-jelas tersenyum bahagia, seperti terbebas. Artinya dia tidak takut mati. Jika seseorang tak takut mati, apa lagi yang bisa memaksanya?
Keluarga! Hanya keluarga dekat yang bisa memaksa wanita berkarakter seperti Qiu Shasha dan Zhao Man.
"Orang yang punya perasaan dan prinsip, lebih memilih mati sendiri daripada melihat keluarga sedarahnya terluka. Mungkinkah dalang yang memaksa Qiu Shasha ini menggunakan keluarganya sebagai taruhan, menjadikannya boneka yang bisa dikendalikan sesuka hati?"
"Shisan, kalau kau benar-benar tak mau aku ikut atau terus mencurigaiku, aku akan pulang sendiri." Zhao Man menatapku dengan nada keras kepala yang mulai muncul.
Melihat Zhao Man marah, aku segera meminta maaf. Sambil meminta maaf, aku berpikir: "Ah, kenapa sekarang aku jadi semakin sensitif dan curiga? Pengalaman memang bisa mengubah seseorang."
Zhao Man dan Si Bekas Luka sebelumnya sudah sering membantu aku dan si gemuk. Mereka tak pernah minta imbalan, memperlakukan kami sebagai sahabat. Tapi aku malah mencurigainya sekarang. Dasar aku brengsek!
"Kak Zhao Man, minumlah air untuk meredakan amarah." Kukeluarkan botol air mineral dari mobil dan menyodorkannya padanya.
Zhao Man menyambar botol itu dengan geram, membuka tutupnya kasar, meneguk beberapa kali sebelum menutupnya kembali dan melemparkannya keras ke arahku. Rupanya dia masih kesal dengan kecurigaanku.
Memang wajar. Dituduh itu tidak enak. Meski sudah minta maaf, hatiku tetap tak nyaman.
……
Mobil kemudian melaju ke arah Kota Hekou Sungai Kuning di Kabupaten Kenli. Jarak antara Kota Dongdian dan Kabupaten Kenli cukup jauh, setidaknya mencapai ratusan li.
Untungnya di perjalanan, pria gemuk dan Zhao Man bergantian menyetir. Sekitar pukul sepuluh malam hari itu, kami akhirnya tiba di Kabupaten Kenli.
Malam itu kami bertiga mencari penginapan di Kabupaten Kenli lalu menginap di sana.
Tak ada kejadian sepanjang malam. Keesokan paginya, kami kembali berangkat dari Kabupaten Kenli menuju Kota Hekou Sungai Kuning di sebelah timur.
Kurang dari dua setengah jam, kami sampai di Kota Hekou Sungai Kuning. Setelah bertanya kepada beberapa warga desa lanjut usia di sekitar, tetap tidak ada yang mengetahui legenda tentang "Pulau Yin-Yang".
Hal ini membuatku agak kecewa. Zhao Man di sampingku mencoba menyemangati: "Tak masalah. Meski tidak mendapat informasi, kita sudah tahu pulau itu berada di aliran Sungai Kuning dekat Hekou. Kalau perlu, kita bisa sewa perahu nelayan untuk menyusuri sungai. Area pencarian tidak terlalu luas. Selama kita tidak menyerah, pasti akan ketemu."
Mendengar perkataan Zhao Man, kupikir alasannya masuk akal. Aku segera menyemangati diri dan melanjutkan pencarian informasi dengan bertanya kepada warga desa yang lewat.
Syukurlah Tuhan tidak mengkhianati orang yang berusaha. Saat kami mewawancarai orang tua ke-N, seorang paman yang menghisap rokok tembakau tradisional mengernyitkan mata melihat kami bertiga: "Kalian mau cari 'Pulau Yin-Yang' itu? Tempat itu berbahaya. Lebih baik kalian cepat-cepat pulang saja dari mana datangnya."
Setelah mendengar perkataan paman tua itu, Zhao Man maju selangkah dan menatapnya sambil bertanya, "Paman, kami pasti tidak akan pergi. Hanya penasaran dengan cerita 'Pulau Yin-Yang' ini. Bolehkah kami bertanya, pulau macam apa sebenarnya 'Pulau Yin-Yang' itu? Dan pernah muncul di mana saja?"
Paman tua itu menyedot rokok tembakaunya dengan suara berdecak beberapa kali setelah mendengar pertanyaan Zhao Man. Setelah menghembuskan asap rokok, barulah ia menjawab, "Nak, bukan maksudku menakut-nakuti kalian. Pulau aneh itu pernah muncul di aliran sungai belakang desa kami ini. Sepuluh tahun lalu masih ada yang melihatnya, tapi tak ada yang berani mendekat. Sekarang... sulit dikatakan. Pulau hantu itu sudah lama tak muncul lagi..."
