Pria gemuk itu mengangguk setengah mengerti setelah mendengar penjelasanku, lalu bertanya: "Shixiong, maksudmu kita baru akan bertindak setelah energi Yin yang melayang di tubuh nelayan itu bergerak, lalu menangkapnya basah-basahan?"
"Benar, itu rencana yang ada di hatiku," jawabku.
Zhao Man yang berdiri di samping ikut bersuara: "Hei kalian berdua, bisakah bicara lebih pelan? Kalau terus berteriak-teriak begitu, takut tidak energi Yin itu akan menyadari kehadiran kita?!"
Ucapan Zhao Man langsung membuatku tersadar. Segera kukeluarkan beberapa lembar Yin Fu dari tas ransel. Kutempelkan satu di dadaku sendiri, lalu bangkit untuk menempelkan satu di dada pria gemuk itu. Saat hendak menempelkan ke Zhao Man, tanganku terhenti di udara. Dengan wajah memerah kukatakan: "Kak Zhao, aku... hampir saja terbawa kebiasaan. Lebih baik kau tempelkan sendiri." Kuserahkan Yin Fu itu padanya.
“Sudah sana pergi kau, tadi hampir saja kau sentuh.” Kata pria gemuk sambil memandangku dengan pandangan merendahkan.
“Pergi sana!” Aku membentak pria gemuk itu. Sebenarnya ini bukan masalah ingin mengambil keuntungan dari Zhao Man, tapi karena kepalaku masih terus memikirkan tentang "Pulau Yin-Yang" dan energi Yin dari orang yang pingsan itu, sampai tidak bereaksi tepat waktu dan hampir menempelkan jimat itu di dada Zhao Man.
Zhao Man tidak mempermasalahkannya. Dia mengambil Yin Fu dari tanganku sambil bertanya, "Shisan, apakah jimat ini harus ditempelkan di dada?"
Kujawab, "Bisa juga ditempelkan di kening."
"Kalau begitu lebih baik di dada saja." Ujar Zhao Man sambil menempelkan Yin Fu tersebut di dadanya.
Alasan melakukan ini adalah untuk menggunakan energi Yin dari jimat tersebut untuk mengendalikan energi Yang yang ada pada tubuh kami, agar tidak terdeteksi lebih awal oleh energi Yin itu. Kalau sampai energi itu tidak muncul malam ini, bukankah usaha kami sia-sia?
Setelah semua persiapan selesai, kami bertiga pun menunggu dengan tenang di dalam rumah...
Karena khawatir keberadaan energi Zhen akan menakuti energi Yin tersebut, aku tidak melakukan latihan "Energi Zhen Wuji". Kami bertiga hanya duduk di kasur saling berpandangan tanpa bicara, terus menunggu.
Waktu pun berjalan terus, detik demi menit berlalu. Ketika aku mengeluarkan ponsel dari saku untuk melihat waktu lagi, ternyata sudah pukul sebelas tiga puluh malam. Waktu berjalan begitu cepat, tanpa terasa hampir tengah malam.
"Shixiong, sekarang jam berapa?" Pria gemuk itu mulai gelisah, menatapku sambil bertanya.
"Sebelas tiga puluh. Sebentar lagi pukul dua belas." Biasanya hantu Yin dan makhluk halus mulai aktif pada pukul dua belas, saat peralihan Yin-Yang. Karena itu kuduga energi Yin itu akan segera muncul.
"Kalau begitu aku ke toilet dulu." Pria gemuk itu turun dari kasur dan berjalan menuju pintu keluar rumah.
Tepat saat kakinya melangkah melewati ambang pintu, tiba-tiba dia membeku seperti patung, tak bergerak sama sekali.
Melihat tingkahnya yang aneh, aku pun mendekatinya dengan penuh kecurigaan.
"Lek? Lek?..." Kupergoki wajahnya saat mendekat. Matanya dipenuhi ketakutan yang mencekam.
Aku segera mengikuti arah pandangannya. Melalui kaca jendela pintu, kumemandang ke arah luar rumah.
Sungguh di luar dugaan! Pemandangan yang kulihat itu membuat bulu kudukku meremang.
Saat ini, di halaman tergeletak seorang pria paruh baya. Kedua tangan dan kakinya menyentuh tanah, wajahnya pucat, sudut bibirnya penuh noda darah merah terang. Ekspresi wajahnya mengerikan, dengan sepasang mata memancarkan cahaya hijau, menatap tajam ke arah rumahku di luar.
Di tangan pria aneh itu, ia menggenggam erat seikat rambut hitam. Ujung rambut tersebut tersambung pada kepala seorang wanita!
Kepala itu mati dengan mata terbuka, pandangan kosong. Di sudut bibirnya tergantung senyuman dingin yang menyeramkan, juga menatap ke arah tempat kami berada.
Melihat ini, keringat dingin mengucur deras di sekujur tubuhku. Yang membuatku terkejut bukanlah penampilan mengerikan pria itu. Aku yang pernah melihat hantu berusia ribuan tahun dan mayat hidup berusia ratusan tahun, mana mungkin takut pada makhluk setengah manusia setengah hantu seperti ini?
Yang mengagetkanku adalah benda aneh ini telah merasuki tubuh pria paruh baya itu. Ia bisa membunuh di hadapanku tanpa kusadari sedikitpun. Yang lebih menakutkan, meski berdiri berseberangan di halaman dan saling tatap denganku, aku sama sekali tidak bisa merasakan energi Yin darinya - tidak hanya energi Yin, bahkan energi Yang pun tak terdeteksi.
Segala sesuatu di dunia ini memiliki unsur Yin-Yang. Tapi makhluk yang kini berdiri di hadapanku dan si pria gemuk ini, tubuhnya sama sekali tidak memiliki energi Yin maupun Yang. Hal ini membuat bulu kudukku meremang...
Melihat pria paruh baya itu, aku mulai merasa khawatir. Jika dia bisa membunuh seorang wanita tanpa suara, pasti juga bisa membunuh orang lain. Apakah seluruh anggota keluarga besar ini sudah menjadi korban kebuasanannya?
"Shisan, si gemuk, kalian sedang melihat apa di sana?" tanya Zhao Man penasaran sambil berjalan mendekat ke arah kami.
Mendengar suara Zhao Man, aku segera mundur beberapa langkah dan menghalanginya agar tidak terus maju.
"Ada apa, Shisan? Sebenarnya ada apa di luar halaman?" Zhao Man langsung membaca sorot mataku dan menyimpulkan pasti ada sesuatu di luar pekarangan.
"Itu cuma gangguan Energi Yin yang kami bawa dari kapal. Kak Zhao Man, lebih baik kamu dan si gemuk tetap di dalam rumah. Aku akan memeriksanya sendiri." Kataku sambil mengeluarkan Fu Pengusir Enam Jia dari tas ransel dan menggenggamnya di tangan kiri, sementara tangan kanan mencabut Pisau Naga Lilin dan Burung Feniks, lalu berjalan keluar menuju pintu.
Begitu aku membuka pintu dan melangkah keluar, tiba-tiba terlihat bayangan hitam panjang melesat dari samping kakiku dan langsung menerjang ke arahku.
Setelah kuperhatikan, bayangan hitam di bawah kakiku ternyata adalah seekor ular penjaga rumah!
Ular penjaga itu kini mengangkat kepalanya sebesar mangkuk, menatapku dengan sepasang mata berkilau yang tajam.
Begitu menyadari itu hanya ular penjaga, hatiku pun langsung tenang.
Ular jenis ini memang hanya untuk menakuti orang. Sama sekali tidak menggigit, tidak berbisa, dan berwatak jinak meski berwajah sangat sangar dan buruk rupa.
Setiap kali ada hewan lain atau orang asing masuk ke "wilayah kekuasaan" yang telah ditetapkannya sendiri, ular penjaga ini akan berani menerjang ke depan dan saling menatap tajam dengan musuh. Beberapa hewan yang belum pernah melihat makhluk menakutkan seperti ini biasanya akan kabur dalam kepanikan.
Oleh karena itu, di banyak desa kuno yang masih terbelakang, orang yang tidak suka memelihara anjing akan menangkap mereka (ular penjaga), merawatnya dengan baik. Saat seluruh anggota keluarga pergi, mereka ditempatkan di luar pintu untuk menjaga rumah. Memelihara mereka bukan untuk menakuti orang, tapi untuk mengusir serigala atau anjing liar yang ingin mencuri unggas seperti ayam, bebek, atau kambing.
Aku mengangkat kaki menghindari ular penjaga yang hanya bisa menakuti ini, lalu berjalan keluar ke tengah halaman sambil merobek Yin Fu yang selama ini menempel di dadaku.
Pada saat seperti ini, karena Energi Yin sudah muncul, tidak ada lagi alasan bagi kami untuk terus bersembunyi.
Sesampainya di tengah halaman, pertama-tama aku melirik pria paruh baya itu, lalu menoleh ke arah rumah bagian utara.
Rumah bagian utara memiliki enam tujuh ruangan, tapi semuanya sunyi senyap. Melihat ini, hatiku langsung menggigil. Jangan-jangan semua orang di rumah utara sudah dibunuh oleh pria paruh baya yang kerasukan ini?!
Memikirkan ini, aku segera mengumpulkan energi Yang dan langsung berlari ke arah rumah utara. Prioritas saat ini bukanlah mengalahkan pria paruh baya ini, tapi memeriksa apakah masih ada yang hidup di dalam rumah-rumah itu.
Bagaimanapun juga, nyawa manusia lebih berharga dari segalanya.
Tapi tepat saat aku hendak bergerak, pria paruh baya yang sebelumnya terpaku di lantai tiba-tiba mengeluarkan teriak aneh. Ia meloncat dari lantai dan langsung menerjang ke arahku!
"Sialan! Aku tidak mengganggunya, malah dia yang menyerang duluan!" Hati ku mendidih. Dengan suara mengguntur ku berseru: "Jíjí rú lǜ lìng!" Tanganku mengayunkan Fu Pengusir Enam Jia itu, langsung menempelkannya di titik vital dada pria itu.
