Menyaksikan Wang Acheng terus-menerus membungkuk di haluan, si gemuk melirikku curiga: "Shixiong, ini... ada apa? Kenapa dia bersujud di sana?"
"Delapan puluh persen dia sedang memuja 'Shen Sungai'," jelas Zhao Man sambil menunjuk Wang Acheng kepada si gemuk.
Setelah mendengar ucapan Zhao Man, pria gemuk itu berpura-pura tenang sambil tersenyum: "Di Sungai Kuning ini mana ada Shen Sungai, kalau ada monster air mungkin lebih masuk akal." Sambil berbicara, dia memegang sandaran kursi di haluan kapal dan berjalan ke arah Wang Acheng.
Sebelum pria gemuk itu sampai ke tubuh Wang Acheng, gemuruh kedua terdengar, perahu nelayan kembali berguncang hebat.
Tampaknya persembahan kepala babi untuk "Shen Sungai" dari Wang Acheng tidak dihiraukan oleh makhluk itu.
Saat ini, Wang Acheng yang berlutut di haluan kapal sudah lama wajahnya pucat ketakutan, tidak tahu harus bagaimana, terpaksa terus berlutut di sana, terus-menerus membungkuk menghormat.
Memanfaatkan lambung kapal yang sedikit lebih stabil, aku berjalan menuju haluan kapal.
Saat mendekati haluan, aku menatap tajam ke dalam air sungai yang keruh di bawah kapal. Tiba-tiba, kulihat bayangan hitam pekat di Sungai Kuning. Sekilas melihat, bayangan hitam raksasa ini bersembunyi di bawah air, kadang terlihat kadang tidak, panjangnya paling tidak 7-8 meter!
“Penemuan ini membuatku langsung menarik napas dalam-dalam. Kapal nelayan milik Wang Acheng dan putranya ini panjangnya hanya sekitar sepuluh meter. Mana mungkin tahan dihantam makhluk sebesar itu bolak-balik?! Jika dibiarkan dihantam beberapa kali lagi oleh benda di sungai itu, kapal ini pasti akan remuk.”
“Shisan, kamu lihat tidak? Sebenarnya ada apa di dasar sungai ini?” Zhao Man berlari mendekatiku sambil bertanya.
“Aku juga tidak melihat jelas, hanya melihat bayangan hitam sepanjang minimal 7-8 meter.” Aku memberi tahu Zhao Man dengan jujur.
Mendengar perkataanku, Zhao Man menarik napas dalam. Saat kami sedang merenungkan langkah selanjutnya, tiba-tiba kulihat empat brengsek botak itu berjalan mendekati Sekretaris Yang dan rekannya.
Keenam orang itu berkumpul sambil berbisik-bisik. Melihat pemandangan ini, aku akhirnya paham. "Ternyata Sekretaris Yang dan para brengsek botak itu satu tim! Mereka sudah saling mengenal dan berkolaborasi dalam kejahatan ini."
Setelah diskusi mereka selesai, keempat brengsek botak itu serempak bergerak menuju beberapa wanita yang sedang bersembunyi di sisi kapal.
"Serahkan anak itu!!" Teriakan brengsek botak yang memiliki tato kalajengking di wajahnya menggelegar, ditujukan pada wanita yang sedang menggendong anak.
"Ka...Kalian mau apa?! Mengincar anakku untuk apa?!" Wanita itu gemetar ketakutan menghadapi para brengsek berbadan besar, memeluk erat anaknya yang sedang menangis. Suaranya bergetar saat bertanya.
“Kak, bukan kami tidak punya perasaan, tapi anak yang kau peluk itu sudah menodai shen sungai. Kami semua melihat tadi kau mengencingi sungai sambil menggendong anak. Ini membuat shen sungai murka! Kalau kami tidak segera membuang anakmu sekarang, semua penumpang di kapal ini bisa ikut menjadi tumbal bersama anakmu!” Kata-kata itu keluar dari mulut si brengsek yang dipanggil Wen Ge.
Mendengar ucapan Wen Ge, aku tertegun. Di era modern seperti ini, di daerah terpencil yang terbelakang ini, masih ada praktik takhayul feodal yang terjadi di depan mataku.
Itu kan nyawa manusia. Rupanya tingkat pendidikan para brengsek ini juga tidak tinggi.
Perempuan itu semakin erat memeluk anaknya, “Tidak akan kuberi! Jangan omong kosong! Sekalipun BUNUH saya, aku takkan melempar anakku ke sungai!” Anak ini adalah daging hatinya, mana mungkin dia rela.
“Nggak mau nyerah?! Baik-baik diajak malah ngeyel, mau dihormati dengan anggur tapi malah memilih hukuman!!” Selain Wen Ge, tiga botak lainnya serempak mendekati perempuan itu, berusaha merebut bayi yang menangis keras dari pelukannya.
“Aku mohon... Tolong biarkan anakku. Aku yang akan lompat! Asal anakku selamat, aku rela terjun ke sungai, ya?” Perempuan itu memohon dengan sendu tangis, sorot matanya mencari pertolongan pada penumpang di sekitarnya.
Tapi di saat seperti sekarang ini, siapa yang mau ikut campur? Beberapa wanita yang bersama dia pura-pura tidak melihat. Sebenarnya mereka takut pada brengsek-brengsek botak itu. Selain itu, di dalam hati mereka juga berpikir: apakah kejadian di sungai ini benar-benar ada hubungannya dengan anak kecil itu?
Menyangkut nyawa sendiri, manusia mulai menjadi egois dan kejam. Inilah kelemahan tersembunyi dalam jiwa setiap orang, termasuk saya sendiri.
Zhao Man di sampingku tidak tahan melihat ini. Baru mau mendekat untuk membantu wanita yang menggendong anak itu, kapal kembali berguncang hebat. Kali ini lebih dahsyat dari sebelumnya, disertai kemiringan kapal yang bahkan memercikkan air.
Melihat ini, para brengsek botak itu semakin panik. Langsung menendang wajah wanita itu dengan sekuat tenaga.
Aku lihat Zhao Man dan si Gemuk bersama-sama bergerak mendekat untuk membantu wanita dengan anak itu. Sementara aku tetap berdiri di haluan kapal, menatap tajam ke air Sungai Kuning.
Empat brengsek botak itu, Zhao Man sendiri pun bisa mengatasi mereka. Tak perlu aku ikut turun tangan. Prioritas utama sekarang adalah menemukan makhluk air raksasa di sekitar kapal kita.
Hanya dengan menemukan dan mengusirnya, kita punya kesempatan bertahan hidup. Kalau tidak, menunda-nunda seperti ini hanya akan berakhir di jalan buntu.
Tiba-tiba, aku melihat di sisi kiri kapal nelayan, ada bayangan hitam besar yang perlahan berenang mendekat ke arahku.
Melihat ini, aku segera mengambil "Energi Zhen Wuji" dari Dantian dan memusatkannya di tangan kanan, lalu menghantamkan telapak tangan langsung ke arah bayangan hitam itu.
Energi Zhen ungu muda segera terbang dari telapak tangan kananku, tepat menghantam tubuh bayangan hitam tersebut.
Setelah terkena "Energi Zhen Wuji" yang keluar dari tubuhku, tubuh besar bayangan itu bergetar. Permukaan sungai langsung bergelombang, lalu makhluk itu cepat-cepat menyelam ke dasar air.
Melihat ini, aku tetap waspada. Aku masih berdiri di buritan kapal sambil mengamati sekeliling. Setelah menunggu lama dan tak melihat bayangan besar itu muncul lagi, akhirnya aku menghela napas lega dan perlahan menarik kembali energi Zhen yang terkumpul di kedua tanganku.
Ketika menoleh ke arah Zhao Man dan pria gemuk, aku terkejut!
Ternyata keduanya telah dicegat oleh empat botak yang menyodokkan pistol ke kepala mereka, menguasai situasi untuk sementara.
Zhao Man masih memeluk erat anak yang sebelumnya digendong wanita itu. Rupanya dia merebutnya dari tangan para botak. Karena harus mengurus anak, dia tak sempat menggapai pistolnya. Akhirnya dia dan pria gemuk kehilangan inisiatif dan dikuasai para brengsek botak itu.
Melihat pistol di tangan para botak itu, aku mulai curiga. Dari mana asal para brengsek botak ini? Kok setiap orang membawa senjata? Pantas saja berani seenaknya mau merebut anak itu untuk dilempar ke sungai. Mungkin ada backingan kuat di belakang mereka.
Aku kembali mengumpulkan Energi Zhen yang kusimpan dalam tubuh, memusatkannya di kedua tangan. Bersiap untuk menyerang kapan saja.
"Dasar pelacur! Lempar anak itu ke sungai, atau kuborchardin kepalamu!" Ancam salah satu botak sambil menempelkan pistol ke kepala Zhao Man.
Zhao Man malah semakin erat memeluk anak yang terus menangis di pelukannya. Jawabannya sudah jelas dari tindakannya.
"Bangsat! Mau mati kau?!!" Si brengsek botak itu mulai menarik pelatuk.
Segera kulepaskan telapak tangan. Energi Zhen ungu menyembur dari genggaman, menghantam tubuh si brengsek. Tanpa sempat berteriak, tubuhnya terhempas dari kapal ke dalam Sungai Kuning.
Dua botak tersisa tertegun. Zhao Man dan pria gemuk tak menyia-nyiakan kesempatan. Si gemuk menerjang satu target, sementara Zhao Man mencabut pistol dari paha dan menodongkannya ke kepala botak lainnya.
“Braak!!” Suara tembakan terdengar, aku sekaligus merasakan lengan kiri terasa panas, lalu rasa sakit menusuk jantung menyebar dari lengan kiri. Aku menoleh dan melihat lengan kiriku tertembak, darah mengalir deras.
Aku menengadah ke depan, pria bernama Wen Ge sedang mengarahkan pistol ke arahku. Tanpa melihat Zhao Man, dia berbicara dengan nada dingin: "Jangan biarkan dia mati, segera lemparkan anak di pelukanmu ke sungai!!"
