"Shisan, sedang memikirkan apa?" Zhao Man menghampiriku sambil bertanya.
Kutatap Zhao Man sejenak, lalu tersenyum menjawab, "Aku masih penasaran, apakah pulau tak bernama di depan kapal ini benar-benar 'Pulau Yin-Yang' yang selama ini kucari?"
Mendengar pertanyaanku, Zhao Man menoleh melihat titik hitam kecil di depan. Setelah lama diam, dia berkata: “Seharusnya tidak salah. Shisan, bisakah kamu melihat ada Energi Yin di pulau itu sekarang?”
Aku menggelengkan kepala: “Jaraknya terlalu jauh, ditambah kabut di tengah. Saat ini belum terlihat.”
“Setelah mendengar ucapanku, Zhao Man mengangguk, lalu menoleh ke arah Sekdes Yang dan yang lain. Kemudian dia kembali menatapku dan berkata, ‘Sekdes Yang itu digigit monster tadi. Kukira darahnya tak bisa dibendung. Tampaknya ia tak akan bertahan lama.’”
Perkataannya benar. Monster asal-usul meragukan yang status hidup-matinya tak jelas itu, tidak hanya membawa Energi Yin, tapi juga 100% pasti mengandung virus berbahaya bagi manusia. Dua baris taring hitam tajam di mulut monster itu cukup membuktikan hal ini.
“Bangsat seperti Sekdes Yang, lebih baik mati,” kataku.
Zhao Man tersenyum, tak lagi berbicara.
Segera Kak Wen dan yang lain membantu Sekdes Yang menghentikan perdarahan, membalut lukanya. Sekdes Yang yang ditopang orang lain perlahan bisa berdiri di atas papan kapal. Melihat kondisinya sudah stabil, ia segera memanggil Wang Acheng dan putranya kembali ke kabin untuk melanjutkan perjalanan menuju pulau di depan.
Benar-benar orang yang matanya silau melihat harta. Untuk mengejar emas "Pulau Yin-Yang" yang sulit dipahami namun nyata itu, ia sungguh berjuang keras, sama sekali tidak memperdulikan luka di bahunya.
"Kecepatan kapal bertambah, bergerak menuju titik hitam di depan. Seiring jarak yang semakin dekat, aku yang berdiri di haluan kapal melihat titik hitam itu perlahan membesar. Kemudian, sebuah pulau besar dipenuhi vegetasi hijau muncul di hadapan kami.
Saat melihat jelas pulau itu, aku segera mengumpulkan energi Yang untuk mengamatinya. Benar saja, di pulau tersebut tidak hanya terlihat kabut hitam Energi Yin, tapi juga energi Yang putih tipis. Hati langsung dipenuhi kegembiraan. Keberadaan kedua energi Yin-Yang ini membuktikan bahwa pulau di depan mata adalah "Pulau Yin-Yang" yang selama ini kami cari!
"Shisan, apa kamu bisa melihat adanya Energi Yin di pulau depan?" tanya Zhao Man tiba-tiba. Dia tampak tak sabar ingin memastikan apakah pulau itu benar "Pulau Yin-Yang".
"Kita sampai. Di pulau itu ada Energi Yin sekaligus Yang. Itulah 'Pulau Yin-Yang' yang kita incar," jawabku pada Zhao Man.
Sorot mata Zhao Man berkilat sesaat mendengar ucapan itu. Meski cepat menghilang, aku masih sempat menangkap kilatan kegirangan dan antisipasi di matanya.
Tampaknya Zhao Man punya agenda tersendiri dalam misi pencarian "Pulau Yin-Yang" bersama kami. Sepertinya dia sengaja menyembunyikan sesuatu dariku dan si pria gemuk.
"Mungkin semua ini hanya kekhawatiranku yang berlebihan, aku sendiri juga berharap kalau aku hanya terlalu paranoid..."
Memikirkan hal itu, tanpa sadar aku menghela napas pelan. Pria gemuk itu mendekatiku di saat yang sama, juga menengadah melihat pulau di depan, lalu menyalakan sebatang rokok untuk dirinya sendiri sambil berkata, "Shixiong, itu pulau Yin-Yang di depan? Menurutmu, apakah setelah kita bertiga naik ke pulau itu, bakal ada 'duplikat' manusia yang persis sama tercipta di sana?"
Aku menggelengkan kepala, "Ngapain mikir segitu jauh? Udah sampai sini, meski benar bisa menduplikasi kita, tetap harus naik. Hey, jangan-jangan kamu takut?"
"Apa?! Shixiong bilang aku takut?! Tahu nggak kalau ucapanmu itu menghina martabatku!!" Begitu mendengar tuduhanku, pria gemuk itu nyaris melompat dari buritan kapal.
"Martabat? Nggak ngerepotin orang aja udah syukur. Kalau benar nggak takut, siap-siap aja. Bawa semua perlengkapan, jangan sampai ada yang ketinggalan. Begitu kapal merapat, langsung kita turun bawa tas." Melihat kapal nelayan kami yang tinggal berjarak seratus meter dari Pulau Yin-Yang, aku segera mempersiapkan diri bersama pria gemuk dan Zhao Man untuk segera turun setelah sandar.
Beberapa menit kemudian, perahu nelayan berhenti di tepi "Pulau Yin-Yang" yang misterius ini. Setelah mendengar Wang Acheng dan putranya melempar jangkar dan menurunkan papan kayu, aku segera menyapa mereka sebelum bersama pria gemuk dan Zhao Man menuruni papan kayu sambil membawa peralatan dan tas ransel.
Begitu menginjakkan kaki di papan kayu, baru kusadari Sekretaris Yang dan Wen Ge cs ternyata sudah lebih dulu turun. Melihat mereka yang sudah berdiri di Pulau Yin-Yang sambil melongok-longok, aku menggelengkan kepala. Orang-orang ini benar-benar tidak sabaran.
Setelah kami bertiga turun, Wang Acheng dan putranya sempat ingin ikut. Kularang mereka dengan alasan harus ada yang menjaga perahu. "Tidak mungkin semua turun. Harus ada yang berjaga-jaga," kataku sambil mengingatkan pentingnya antisipasi.
Mendengar perkataanku, Wang Acheng dan putranya mengangguk. Setelah berpesan beberapa hal, mereka buru-buru naik ke kabin kapal untuk menunggu kepulangan kami.
Begitu menginjakkan kaki di Pulau Yin-Yang, mataku langsung menyapu seluruh area sekitar.
Meski vegetasi di pulau ini sangat subur, namun sama sekali tidak ada tanda kehidupan. Kesuburan tanaman ternyata tidak bisa mewakili vitalitas. Tidak terdengar suara burung atau serangga sama sekali di balik rimbunnya dedaunan.
Kesan pertama yang kudapat dari Pulau Yin-Yang ini adalah: Suasananya mati suri! Selain rombongan kami yang baru turun dan vegetasi subur, sepertinya tidak ada makhluk hidup lain di sini!
"Shisan, aku... aku selalu merasa pulau ini tidak beres. Sejak menginjakkan kaki di sini, entah mengapa hatiku semakin sesak." Pada saat itu, Zhao Man melihat sekeliling sambil berbicara padaku.
Pria gemuk di samping mengangguk setuju, tapi aku sama sekali tidak merasakan sesak di hati. Mungkinkah karena energi Yang dalam tubuhku yang kuat?
"Shisan, sebelum tidur, aku akan memberimu beberapa pesan tentang 'Pulau Yin-Yang' ini. Kau harus benar-benar mengingatnya." Tiba-tiba Taotie yang selama ini diam mulai berbicara padaku.
Mendengar perkataannya, aku segera menyahut: "Katakan saja, pasti akan kuingat."
"Baik, dengarkan baik-baik: Saat langit gelap dan bulan tertutup, jangan tinggal di pulau. Wangi aneh menusuk hidung, pejamkan mata. Buah tanpa bunga jangan dimakan. Bila hati manusia hitam, putih di mata. Yang kau lihat di pulau benar atau palsu, semua palsu pun nyata." Suara Taotie terus terdengar dari giok hitam kuno itu.
Aku segera membisikkan mantra itu perlahan: "Saat langit gelap... semua palsu pun nyata..." Setelah menghafalnya, sebagian besar maknanya kupahami, tapi tiga kalimat terakhir masih membingungkan. Kubesegera bertanya: "Bagian awal masih kumengerti, tapi apa arti tiga kalimat terakhir? Jelaskan padaku!"
Setelah selesai berbicara, aku menunggu sejenak. Tak ada suara lagi yang terdengar. Sepertinya Taotie itu entah tidak mau bicara denganku atau sudah tertidur.
Aku menghela napas, terpaksa harus mempelajarinya sendiri nanti.
"Hei, kalian bertiga, kita sudah sampai di pulau. Jangan pura-pura turis lagi. Sekarang kita punya tujuan yang sama. Bagaimana kalau bersama-sama menjelajah lebih dalam ke pulau ini? Jika ada masalah, bisa saling bantu." Tiba-tiba Wen Ge di depan kami menoleh dan berteriak ke arah kami.
Mendengar perkataan Wen Ge, hatiku menyeringai dingin. Rupanya sejak tiba di pulau, mereka juga merasakan suasana seram di "Pulau Yin-Yang" ini. Sekarang mereka mulai ketakutan.
Tapi kurasa bukan karena itu mereka mau bergabung. Lebih mungkin mereka takut jika berpisah, kami akan menemukan emas lebih dulu, naik kapal dan meninggalkan mereka di pulau. Makanya mereka mengajak dengan "undangan" berjebakan ini.
"Baik, mari bersama. Kau benar, jika ada masalah bisa saling bantu." Aku menyetujui dan berjalan bersama pria gemuk serta Zhao Man mendekati kelompok Wen Ge dan Sekretaris Yang.
