Saat berjalan mendekati Sekretaris Yang dan Wen Ge bersama Zhao Man serta dua orang lain, tiba-tiba Zhao Man dari belakang mendekatiku dan berbisik, "Shisan, pasti ada niat jahat dari mereka. Hati-hati dalam segala hal."
Aku mengangguk, tidak berbicara, bergegas melangkah ke depan.
Setelah bertemu dengan Wen Ge, Sekretaris Yang dan yang lain, kami memilih sebuah arah setelah berdiskusi, kemudian berjalan masuk ke dalam "Pulau Yin-Yang" bersama-sama.
Sebenarnya di "Pulau Yin-Yang" ini tidak ada orientasi yang jelas. Satu-satunya tujuan adalah mencari "Rumput Yin-Yang" yang bisa membawa An Rushuang kembali ke dunia manusia. Jadi arah mana pun boleh, biarkan mereka yang memutuskan.
Memasuki vegetasi lebat di depan, meskipun langit tetap kelabu, aroma hijau segar mulai menyergap. Dari mata hingga jiwa, segalanya tenggelam dalam hijau - berbagai gradasi hijau bersih mengepung kami dari segala penjuru.
Kaki pun terbenam dalam hijau zamrud. Di tempat ini, tiba-tiba aku merasa seperti berada di surga duniawi, lupa akan segala keresahan.
Udara di "Pulau Yin-Yang" ini terasa luar biasa segar, harum dengan wangi pepohonan. Di antara hutan lebat ini, berbagai vegetasi membentuk lapisan-lapisan yang mengesankan, samar terlihat jalan setapak alami.
Sebelum datang, aku membayangkan berbagai bentuk "Pulau Yin-Yang", tapi tak pernah menyangka pemandangannya secantik surga tersembunyi ini.
"Indah sekali di sini, tidak seperti awal musim semi sama sekali," Zhao Man berkomentar sambil berjalan.
Pria gemuk tiba-tiba merusak suasana dengan berkata:
“Bunga yang semakin indah semakin banyak durinya...” Namun perkataan pria gemuk ini tidak sepenuhnya salah. Di balik rimbunnya hutan lebat ini, pasti tersembunyi bahaya mematikan yang tak boleh diremehkan.
Sampai di sini, Sekretaris Yang mengeluarkan teropong dari tas kulit yang selalu dibawanya, lalu mengamati ujung jalan setapak di depan dengan seksama.
"Sekretaris Yang, menurutku pulau ini sama sekali tidak terlihat seperti pernah didatangi orang. Di saat seperti ini, jangan sampai kau mengakali kami. Anjing terpojok pun bisa melompati tembok." Tiba-tiba Wen Ge yang berjalan berdampingan dengan Sekretaris Yang berbicara dengan nada mencurigakan.
Mendengar itu, Sekretaris Yang menoleh ke arah kami bertiga sejenak sebelum membalas: "Saudara Wen, apa aku terlihat seperti orang tak bisa dipercaya? Informasinya sangat valid!" Katanya penuh percaya diri.
"Baguslah. Kalau hari ini kami pulang tangan hampa, mungkin aku bisa menerima, tapi dua anak buahku ini belum tentu." Wen Ge tersenyum kecut pada Sekretaris Yang, namun ancaman jelas terasa dari nada bicaranya.
Melihat adegan ini, hatiku dipenuhi kegembiraan terselubung. Rupanya kelompok Sekretaris Yang dan Wen Ge mulai menunjukkan gejala konflik internal.
Justru lebih baik seperti ini. Biar mereka saling serang seperti anjing menggigit sesamanya.
Sejak aku menginjakkan kaki di pulau ini, satu pertanyaan terus mengusik pikiranku. Mengapa sebelumnya di atas kapal nelayan, saat ada kesempatan membunuh Wen Ge dan kawanan brengsek itu, Taotie tiba-tiba menyuruhku berhenti?
Masalah ini tak kunjung terpecahkan. Jangan-jangan Wen Ge selama ini pura-pura lemah? Apa dia sebenarnya punya kemampuan khusus? Tapi ini tak masuk akal, karena energi Yang di tubuhnya tak lebih banyak dari orang biasa.
Karena tak kunjung menemukan jawaban, akhirnya kubiarkan saja. Kami berdelapan terus berjalan menyusuri jalan setapak alami di tengah hutan, mengikuti langkah mereka menuju kedalaman "Pulau Yin-Yang"...
Semakin dalam kami memasuki pulau ini, vegetasi di sekitar semakin lebat. Pandangan dipenuhi warna hijau, namun kurasakan energi Yin di sekeliling semakin pekat menyelimuti kami.
"Shisan, Pria Gemuk, lihat dua pohon itu!!" Tiba-tiba Zhao Man berbisik kepada kami.
Aku segera menoleh ke arah yang ditunjuk tangan kanannya.
Di sana terlihat dua pohon raksasa yang sangat rimbun. Aku tak tahu jenis pohon apa itu. Batang cokelatnya selebar mangkuk, tegak lurus dengan ranting penuh buah merah kecil. Daun hijau cerahnya seperti topi rumput terbalik yang menyelimuti kepala kedua "paman" pohon itu.
"Pohon, meskipun kami tidak saling mengenal, aku justru terkejut karena kedua pohon ini tumbuh persis sama. Dari batang utama hingga ranting dan daun, bahkan cabang yang patah pun identik. Pemandangan di hadapanku ini membuatku membeku di tempat, seolah pohon kedua di sampingnya adalah hasil fotokopi."
Benar-benar "hasil duplikasi"...
"Kenapa dua pohon ini bisa serupa sempurna? Jangan-jangan catatan di beberapa halaman yang kita lihat sebelumnya itu benar?! Kalau sampai ada Hu Pangzi kedua, aku jadi punya saudara kembar dong?" Si pria gemuk juga menyadari keanehan kedua pohon itu dan mulai berbicara.
Aku tidak menjawab ucapan si gemuk, memalingkan kepala ke arah Wen Ge dan Sekretaris Yang serta rombongan mereka.
Kulihat mereka tidak memperhatikan dua pohon besar yang terselip di antara hutan lebat itu, terus berjalan maju tanpa berhenti.
"Jangan berlama-lama di sini, ikuti mereka dulu." Setelah sekali lagi memandang dua pohon kembar itu, aku memberi isyarat pada Zhao Man dan si gemuk lalu menyusul Sekretaris Yang dan Wen Ge di depan.
Baru beberapa menit berjalan, Wen Ge yang membuka jalan di depan tiba-tiba menjerit kesakitan dan terjatuh.
Melihat kondisi Wen Ge, aku segera memusatkan energi Yang, mengoptimalkan kondisi fisik seketika sambil mengamati area depan dengan cermat, tapi tak menemukan sesuatu yang mencurigakan.
“Sialan nenek!! Sepertinya ada sesuatu yang masuk dari telapak kakiku, aaaaa~!!” Wen Ge berteriak kesakitan.
Mendengar suara Wen Ge, aku baru sadar bahwa dia bukan bertemu makhluk angker Yin, tapi mungkin terkena "lipan sandal jerami" yang suka masuk ke telapak kaki manusia untuk menghisap darah.
Ternyata di "Pulau Yin-Yang" ini selain vegetasi, masih ada makhluk hidup.
"Lipan sandal jerami" adalah istilah daerah kami, nama ilmiahnya Scutigera coleoptrata. Bentuknya mirip lipan tapi tubuhnya lebih pendek dengan kaki-kaki panjang.
Di kepala "lipan sandal jerami" terdapat sepasang rahang berkait dengan ujung berbentuk cakar. Cakar ini memiliki kelenjar racun yang bisa menyebabkan lepuh dan rasa perih jika menyentuh kulit manusia.
Kami bertiga mendekati Wen Ge. Saat dia melepas sepatu dan mengangkat kakinya, kulihat jelas seekor "lipan sandal jerami" hitam sedang menggali masuk ke daging telapak kakinya, separuh tubuhnya masih terlihat.
Melihat lipan itu, Wen Ge langsung mengumpat dan berusaha mencabut "lipan sandal jerami" itu langsung dari telapak kakinya.
Melihat kejadian ini, awalnya aku ingin menghentikannya karena tubuh "sandal jerami" ini mirip ekor tokek. Saat sebagian kakinya tertangkap, bagian itu akan terputus dari tubuhnya agar bisa kabur, sementara separuh yang putus tetap tertinggal di tubuh manusia dan terus menggali ke dalam! Tapi mengingat si keparat Wen Ge ini sebelumnya hampir menembakku, akhirnya kutatapkan diam.
Sebenarnya cara terbaik mengatasi sandal jerami yang masuk ke telapak kaki adalah melepas sepatu lalu memukul keras bagian menonjol di betis sampai sandal jerami itu mundur sendiri.
Jelas sekali si botak Wen Ge ini tidak tahu trik ini.
Begitu Wen Ge mencengkeram bagian tubuh "sandal jerami" yang terlihat, belum sempat ditarik, separuh tubuhnya sudah putus sendiri. Separuh yang tersisa tetap menggali masuk melalui telapak kakinya.
Wen Ge menjerit kesakitan sambil terus berteriak meminta dua anak buahnya mencari solusi.
Dua botak lainnya, sampai sekarang juga saling pandang bingung, tak ada cara. Justru Sekretaris Yang di saat krusial ini berbicara kepada kedua botak itu: "Cepat, cepat pakai sol sepatu kalian pukul betis Wen Ge, pukul sekuat tenaga! Kalau terlambat, sol jerami itu masuk ke pahanya bisa merenggut nyawanya!!"
