Si botak yang tergantung di udara itu melihat ular raksasa itu perlahan mendekatinya, mulutnya terkanga ketakutan, gemetar hebat sepanjang tubuhnya hingga tak bisa bicara.
Setelah mendekat, ular sanca itu langsung membuka mulutnya dari atas ke bawah dan mulai menelan kepala si botak.
Pemandangan ini membuatku terperangah. Bukankah ular sanca biasanya melilit mangsanya sampai mati lemas baru ditelan? Tapi ular besar ini langsung menyambar.
Rupanya segala sesuatu di "Pulau Yin-Yang" ini tidak normal. Jangan-jangan ini hasil mutasi?
Kami bertiga bersama Sekretaris Yang dan Brother Wen menyaksikan ular itu menelan si botak perlahan. Dua kaki terakhir yang tersisa di luar mulut ular yang mengembang itu masih bergoyang, sebelum akhirnya seluruh tubuh si botak lenyap ditelan tubuh raksasa ular yang bergelombang...
Setelah menelan kepala botak itu, ular sanca raksasa itu awalnya melilit di pohon untuk beristirahat sejenak, seolah-olah aksi menelan tadi telah menghabiskan banyak stamina tubuhnya.
"Shi... Shixiong, cepat cari cara, sekarang harus bagaimana? Kalau terus begini, kita semua bakal mati, ditelan ular sanca itu masuk ke perut!" Pria gemuk itu berbicara padaku di saat genting ini.
Mendengar perkataannya, hatiku sangat gelisah. Tapi kegelisahan tak menyelesaikan masalah, saat ini sama sekali tak ada cara untuk melepaskan diri dari tanaman merambat yang melilit tubuh kami.
Tepat pada saat itu, ular sanca itu sepertinya telah pulih tenaga. Tubuhnya mulai merayap perlahan. Target awalnya adalah Yang Shuji yang berada paling dekat, namun entah mengapa, setelah merayap beberapa langkah ke arahnya, ular itu tiba-tiba berhenti. Kepalanya berbalik, sepasang mata besar bercahaya menyala menatap tajam ke arah kami bertiga.
Tidak... Tunggu, lebih tepatnya, ia sedang menatapku!
Tubuh ular sanca itu bergerak, meninggalkan Yang Shuji yang sudah di depan mulutnya. Badannya yang besar berputar di atas ranting pohon, mulai merayap mendekati kami.
Melihat ini, detak jantungku berdegup kencang. Apa... Apa yang terjadi? Jangan-jangan ular sanca ini punya kriteria khusus saat memilih mangsa?
“Sial! Habis, habis, Shixiong, pamanmu yang dasar itu datang mencari kamu!” Pria gemuk itu kini juga menyadari ular sanca itu merayap ke arahku, matanya terus memandang gelisah ke arah ular sambil berkata.
“Shisan!!...” Zhao Man saat itu matanya merah menyala, memanggil namaku.
Dalam situasi seperti ini, aku sudah tidak peduli apapun lagi, di otak hanya ada satu pikiran:
Bertahan hidup!! Orangtuaku dan keluarga masih menungguku pulang, istriku An Rushuang masih menunggu untuk kuselamatkan. Aku mati di sini!
Memandang ular sanca yang perlahan mendekat, aku menarik napas dalam-dalam, cepat-cepat memusatkan seluruh energi Zhen dalam tubuh di antara kedua tangan, berencana menggunakan teknik "mengeluarkan energi Zhen" untuk menyerang ular itu.
Sampai saat ini, hanya ini satu-satunya cara.
Seiring mendekatnya ular sanca, udara mulai dipenuhi bau darah yang menusuk. Dua bola matanya semakin mendekat ke arahku. Aku berusaha tetap tenang, perlahan memutar telapak tangan menghadap ular sanca, siap melepaskan energi Zhen yang terkumpul kapan saja.
Tapi perhitunganku terlalu ideal. Perubahan mendadak terjadi tepat saat itu - "Tuan" Ular Sanca itu melototiku, lalu tubuh besarnya tiba-tiba menggeliat dengan cepat, merayap naik ke ranting pohon di atas kepalaku.
"Sialan! Binatang sialan ini masih berusaha menelanku dari atas ke bawah, perlahan-lahan mulai dari kepalaku hingga masuk ke perut."
Bagaimana cara ular sanca ini memakanku sama sekali tidak kupedulikan, yang kukhawatirkan adalah ular ini sudah sepenuhnya keluar dari jangkauan serangan energiku.
Di saat seperti ini, satu-satunya cara untuk menyelamatkan diri sama sekali tidak berguna.
Menghadapi ular raksasa yang melingkari kepalaku, aku sudah berada di ujung tanduk. Ingin melawan tapi tubuh tak bisa bergerak, pergelangan tangan juga tak bisa diputar ke atas. Hanya bisa menutup mata menunggu ajal.
Apakah nyawaku benar-benar akan berakhir di sini hari ini?
Aku tidak rela! Sungguh tidak rela.
Memikirkan ini, kukumpulkan lagi seluruh energi Yang di tubuhku dan mulai meronta sekuat tenaga. Tapi tanaman merambat yang melilit tubuhku bagai baja, tetap erat melilit meski sudah kugoyangkan-goyangkan.
"Creek..." Tiba-tiba terdengar suara di atas kepalaku. Kulihat ke atas dan langsung melihat kepala besar ular itu perlahan mendekat. Jelas-jelas ia hendak menelanku.
"Goblog!"
"Shisan, cepat cari cara kabur!! Kau jangan sampai mati..." Suara pria gemuk dan Zhao Man bergantian terdengar. Suara Zhao Man sudah mulai tertahan sendu tangis.
"Apa yang mereka katakan selanjutnya, aku sama sekali tidak mendengarnya. Perhatianku sepenuhnya tertuju pada kepala ular sanca yang hampir menyentuhku ini."
Tiba-tiba, ia mengulurkan lidah bercabang merah darah ke arahku. Mulut berdarahnya terbuka lebar, menyemburkan bau anyir menusuk. Melihat rahang mengerikan itu perlahan mendekati kepalaku, hatiku membeku. Aku menunduk dan memejamkan mata, pasrah menanti ajal...
"Zuo Shisan, jika kau memanggilku Nenek, hari ini akan kuselamatkan nyawamu." Secara tiba-tiba, suara gadis yang akrab namun asing memenuhi pendengaranku.
Qiu Shasha!! Begitu mengenali suara itu, dadaku berdebar gembira. Tapi seketika sadar: Bukankah Qiu Shasha sudah mati? Tertikam pisau belati oleh tanganku sendiri. Bagaimana mungkin dia datang?
Senyum kecut mengembang di wajahku. Pasti ini halusinasi. Di ambang kematian, otakku mulai menciptakan ilusi...
Tapi... Kenapa ular itu tak kunjung menggigit? Keraguan mengusik benakku. Perlahan kunaikkan kepala, menyaksikan ular raksasa itu telah mengatupkan mulut sebesar baskom. Matanya yang merah darah menatap tajam ke suatu arah.
Tubuh ular sanca itu melengkung waspada. Seluruh tubuhnya dalam posisi siaga. Jelas, ada sesuatu di hadapannya yang dianggap sebagai ancaman.
Dengan keraguan di hati, aku mengikuti pandangan ular sanca itu ke depan.
Terlihat seorang gadis berdiri di ranting pohon besar, setelah kulihat lebih dekat, ternyata dia adalah Qiu Shasha yang mengenakan jubah Tao biru muda!!
Pada saat ini, hampir saja kupikir mataku berkunang-kunang. Setelah kututup mata dan kubuka lagi, Qiu Shasha masih tetap berdiri tersenyum di atas pohon seberang.
Mungkinkah ini roh Qiu Shasha?
Memikirkan ini, segera kukumpulkan energi Yang di penglihatanku, lalu kuperhatikan lagi tubuh Qiu Shasha.
Yang membuatku terkejut, tubuh Qiu Shasha dipenuhi energi Yang, sama sekali bukan hantu yin!
Saat ini, pikiranku kosong melompong. Tak bisa kuungkapkan perasaan ini. Aku linglung, benar-benar linglung...
"Ka...kamu...kamu ini Qiu Shasha?!" Pria gemuk yang tergantung tak jauh dariku berbicara gagap-gagap sambil menatap Qiu Shasha.
Jelas terlihat, kemunculan Qiu Shasha juga membuat pria gemuk itu terkejut bukan main.
Qiu Shasha melirik ke pria gemuk itu, terkecil pelan: "Kalau bukan Qiu Shasha, lalu siapa lagi? Apa ada wanita lain di dunia yang wajahnya persis sepertiku?"
"Buk...bukankah kamu sudah mati?! Dibunuh oleh..." Pria gemuk itu menghentikan ucapannya tiba-tiba, sadar akan ketidakpantasan perkataannya.
Qiu Shasha tertawa: "Dulu hidup atau matiku tidak penting, yang penting sekarang kalian mau tidak aku bantu?" Sambil berkata, tangan kanannya bergerak cepat memutar, sebuah kuas kaligrafi putih tiba-tiba muncul di tangannya. Energi Yang di tubuhnya pun meningkat drastis.
"Mau! Mau! Mau!" Pria gemuk itu hampir tidak bisa menahan diri, tiga kali berturut-turut mengucapkan 'mau'.
"Tapi syaratnya, Zuo Shisan harus memanggilku 'Nenek' dulu." Qiu Shasha menatap ke arahku sambil berkata.
Saat ini kesadaranku sudah pulih sebagian. Ingin kutanyakan bagaimana dia bisa 'hidup kembali', tapi melihat situasi genting ini, kusimpan semua pertanyaan. "Asal kau bisa selamatkan kami, bukan cuma 'Nenek', bahkan 'Ibu' pun akan kupanggil!" Bertahan hidup adalah prioritas utama sekarang.
