Di saat yang sama, kawanan serigala liar itu tiba-tiba seperti dikagetkan sesuatu, berhenti serentak di tempat dengan kepala mendongak ke langit malam sambil melolong.
Reaksi aneh serigala-serigala ini membuat kami kewalahan. Sebelum sempat memahami apa yang terjadi, lolongan mereka tiba-tiba terhenti dan seketika mereka menerjang cepat ke arah kapal nelayan kami.
“Gemuk tembak sekarang!!” Zhao Man yang pertama bereaksi, berteriak mengingatkan si gemuk di sampingnya.
Pria gemuk mendengar perkataan Zhao Man, segera mengangkat senapan dan membidik ke arah kawanan serigala yang sedang menerjang.
Zhao Man fokus total, kedua tangan erat menggenggam pistolnya, menunggu dengan tenang sampai kawanan serigala itu masuk ke jarak tembak efektif.
"Paman Wang, di mana tongkat penombak ikan di kapal kalian? Tolong ambilkan beberapa." Aku menoleh ke arah Wang Acheng dan ayahnya bertanya.
"Ada, ada! Aku segera ambil!" Wang Acheng langsung berbalik dan berlari ke buritan kapal setelah mendengar perkataanku.
Bersamaan dengan itu, kawanan serigala liar itu telah memasuki jarak tembak efektif. Zhao Man dan pria gemuk menembak secara serentak ke arah gerombolan serigala yang sedang melompat maju.
Semburan cahaya api bermunculan. Setelah satu putaran peluru ditembakkan, bahkan dengan kemampuan menembak Zhao Man pun hanya dua ekor serigala yang mati. Apalagi si pria gemuk, satu magazen habis tapi tidak satupun kena.
Kawanan serigala ini terlihat sangat mistis. Mereka bergerak cepat membentuk pola "S" seolah ada seseorang yang secara diam-diam memerintahkan mereka untuk menghindari peluru dari pistol Zhao Man dan pria gemuk. Mustahil serigala biasa memiliki kecerdasan seperti ini.
Selain itu, tubuh serigala-serigala ini besar dan gemuk, jelas bukan serigala kelaparan. Jika itu kawanan serigala normal, mereka hanya akan menyerang manusia bersenjata jika benar-benar terdesak. Dari beberapa indikasi ini, aku menduga pasti ada yang mengendalikan serigala liar ini.
Setelah Zhao Man dan pria gemuk mengganti peluru, mereka kembali menembak ke arah kawanan serigala. Pada saat yang sama, Wang A'Cheng datang berlari sambil membawa lima enam tongkat penombak ikan.
Aku mengambil satu tongkat penombak ikan dari tangan Wang A'Cheng, lalu segera menyuruhnya membagikan sisa senjata kepada Wen Ge dan yang lain. Bagaimanapun juga senjata sudah diberikan, hidup atau mati bergantung pada nasib.
Melihat kembali kawanan serigala liar di pulau itu, kusadari jarak antara kawanan predator dengan kapal nelayan kami kini sudah kurang dari seratus meter. Mereka bisa tiba seketika.
Tak bisa menunda lagi! Tak berani mengambil risiko, tak bisa menangkap serigala. Harus nekad! Dengan pikiran ini, aku berteriak ke arah Zhao Man dan pria gemuk: "Kak Zhao, Pria Gemuk, awas cara kalian menembak! Jangan sampai kena aku!" Setelah melempar ucapan itu, aku menggenggam tongkat penombak ikan, mengumpulkan energi dan melompat dari kapal.
Begitu mendarat, kakiku langsung bergerak menyergap kawanan serigala. Saat-saat seperti ini adalah waktu untuk mempertaruhkan nyawa. Jangan sampai tampak pengecut.
"Shisan, kau harus benar-benar waspada! Kalau tidak bisa, langsung lari kembali!!" Terdengar suara Zhao Man dari belakangku.
Saat aku menerobos ke tengah kawanan, seekor serigala abu-abu langsung menerjang. Dengan cepat kukumpulkan energi Yang di kedua tangan, kuhela napas dalam lalu menusuk tajam ke arah serigala itu dengan tongkat penombak ikan!
Serigala abu-abu yang sudah melompat di udara sama sekali tidak bisa menghindar. Tongkat penombak ikan di tanganku menghunjam keras ke perutnya, darah mengucur deras, menusuk tembus jantungnya. Setelah jatuh ke tanah, ia merintih lemah sekarat.
Baru saja mengatasi satu serigala, dua ekor lainnya tiba-tiba melayang keluar dari samping tubuhku. Dengan cepat kusilangkan tongkat penombak ikan, berhasil memukul terpental satu ekor, lalu kuhujamkan senjata itu ke kepala serigala abu-abu yang satunya.
Tepat saat aku akan menyerang, seekor serigala ganas lain melompati tubuhku, melakukan serangan licik dari belakang.
Dalam situasi ini, sama sekali tak ada celah untuk menghindar. Kuatkan hati, kuputuskan mengabaikan serigala di belakang dan fokus membunuh yang di depan terlebih dulu.
Saat tongkat penombak ikan menembus kepala serigala di hadapanku, terdengar jeritan "Auuu~!" dari serigala yang menerjang dari belakang. Tubuhnya terjatuh dari udara ke tanah.
Melihat ini, kupaling ke kapal nelayan. Zhao Man memberi kode "OK" dengan tangannya. Rupanya dialah yang menembak mati serigala pengecut tadi.
Untunglah dia yang melakukannya. Andaikan pria gemuk itu yang menembak, mungkin justru aku yang roboh kali ini...
Tapi krisis tadi juga mengingatkanku, sekarang sama sekali tidak boleh nekat menerjang ke tengah kawanan serigala ini. Terjepit dari depan dan belakang, terpaksa mundur sementara, bersandar di samping kapal nelayan. Paling tidak punggungku aman, baru bisa fokus melawan musuh.
Setelah berpikir sampai di sini, aku kembali menikam seekor serigala buas lalu cepat-cepat mundur.
Tepat setelah aku mundur beberapa langkah, dari pulau kecil di depan tiba-tiba terdengar suara sendok yang sangat aneh. Meski tidak keras, suara itu jelas tertangkap telingaku.
Begitu suara sendok itu berhenti, tiba-tiba di udara terdengar suara burung aneh yang berulang-ulang. Mendengar suara burung itu, aku mengumpulkan energi Yang sambil melesak mundur, sekaligus melirik cepat ke atas langit.
Seketika kulihat lebih dari sepuluh burung hitam mirip elang terbang mendekat dari kejauhan.
Bangsat! Kali ini benar-benar gawat. Rupanya musuh melakukan operasi gabungan darat dan udara, ingin bertarung sampai binasa.
"Goblog, cepat lihat! Ada sesuatu yang berenang di laut!!" Tiba-tiba kudengar teriakan Wen Ge yang berdiri di atas kapal. Habis! Aku meremehkan mereka. Ini bukan cuma operasi gabungan darat-udara, tapi benar-benar invasi tiga matra darat-laut-udara!
Tadinya perang darat lawan darat, sekarang malah jadi serangan udara dan laut dengan perlindungan tembakan!
Saat itu, aku sudah mundur ke samping kapal nelayan. Saat kawanan burung aneh mirip elang itu terbang mendekat, sayap mereka terkepak rapat lalu serentak menyambar ke arah kami dengan cepat.
Melihat situasi di udara, Zhao Man dan pria gemuk langsung mengalihkan tembakan dari serigala ke arah burung-burung aneh itu.
Aku juga menggunakan energi Zhen untuk menjatuhkan seekor burung aneh yang menerjang ke arahku.
Meski hati ini gundah, aku hanya bisa memandang dengan cemas. Saat ini saja menghadapi kawanan serigala di depanku sudah sulit, apalagi membantu orang-orang di kapal.
Siapa sangka di era teknologi maju ini masih ada Pengendali Binatang yang begitu hebat. Bahkan tanpa muncul, mereka sudah melancarkan serangan gabungan laut-darat-udara sebesar ini. Kalau hari ini kita kalah dari binatang-binatang ini, bukankah kita bahkan lebih buruk dari binatang?!
Meski panik, tiba-tiba muncul ide di kepalaku: Tangkap pemimpinnya dulu!
Karena tadi ada suara sendok di hutan, pasti ada seseorang bersembunyi di balik Hutan Lebat di depan pulau ini yang mengendalikan pasukan tiga jenis binatang. Jika aku bisa menemukan dalangnya, krisis ini akan berakhir.
Setelah memutuskan, aku segera mengumpulkan energi Yang di mata dan menengadah memandang ke arah hutan lebat di depan.
Setelah mengamati dengan cermat sekeliling, yang membuatku patah hati adalah Aku sama sekali tidak menemukan energi Yang di hutan lebat di depan. Apakah semua tebakanku sebelumnya salah? Benarkah tidak ada Pengendali binatang di pulau ini?
Kawanan serigala telah menerjang hingga dekat. Dengan gigih, aku melompat menghindar dari serigala-serigala itu lalu menatap lagi ke depan. Kali ini aku mengamati lebih seksama, dan benar melihat seberkas energi Yang berwarna putih di sebuah sudut!
"Di situlah! Setelah memilih target di hati, aku segera berteriak ke arah orang-orang di atas perahu nelayan: "Kalian harus bertahan, sekarang aku akan menjatuhkan dalang yang mengontrol binatang sialan ini!!" Sambil berkata demikian, aku mengumpulkan energi Yang di kedua kaki, melompat dengan bantuan momentum, lalu melesat keluar dengan gesit. Melewati kawanan serigala, aku berlari secepat mungkin menuju hutan lebat di pulau itu.
Dengan satu gerakan lincah, aku masuk ke dalam hutan lebat. Mengunci energi Yang itu, aku kembali melesat mengejar.
Tapi kecelakaan juga terjadi tepat pada saat ini, di depan saya entah sejak kapan, dari bawah gundukan tanah, muncul sekelompok kalajengking berekor merah dengan tubuh hitam, ratusan ekor yang membuat kulit kepala saya langsung merinding.
Astaga, Pengendali binatang ini benar-benar hebat, bahkan perang terowongan bisa dia mainkan...
