"Tak mau cerita ya sudah, tak kupaksa." Kataku padanya. Ini bukan taktik provokasi. Percayalah, setiap kebenaran pasti terungkap jika diselidiki tuntas.
"Zuo Shisan, kau...!" Qiu Shasha memotong ucapannya separuh, lalu berbalik menuju haluan kapal.
Kuikuti dengan tersenyum. Setelah memeriksa luka Wang A'cheng dan ayahnya, kudapati meski banyak cakaran elang di tubuh mereka, semuanya hanya luka kulit. Setelah dihentikan pendarahannya dan didesinfeksi, kondisi mereka sudah stabil.
"Meskipun pria gemuk dan Zhao Man juga memiliki luka cakaran, tapi mereka sudah punya banyak pengalaman menghadapi bahaya. Dibandingkan ayah-anak Wang A'cheng, luka di tubuh mereka tidak parah."
"Justru Wen Ge dan sekretaris Sekretaris Yang yang berdiri di samping sama sekali tidak terluka, tubuh mereka utuh tanpa cedera."
"Melihat ini, aku langsung tahu pasti saat kejadian sebelumnya mereka bersembunyi. Tapi anak buah Wen Ge tidak seberuntung mereka, saat bersembunyi kebetulan kena tembak racun dari makhluk laut, tewas di kapal."
Aku mendekati mayat botak yang terbaring menghitam tak bergerak di dek, berkata pada Wen Ge dan sekretaris Sekretaris Yang: "Kalian bawa mayat ini turun ke pulau, cari tempat untuk menguburkannya."
Wen Ge langsung gemetar ketakutan mendengar perkataanku, berbisik: "Ini... Adik, bukan kami tidak mau. Kalau tiba-tiba ada ular sanca atau kawanan serigala di pulau itu, nyawa kami seratus kali pun takkan cukup!"
"Tenang saja. Binatang-binatang itu dibawa pengendali binatang. Sekarang si pengendali sudah kubunuh. Para sialan itu sudah kabur dari pulau ini. Kalian boleh turun dengan aman untuk mengubur mayat." Kataku sabar pada Wen Ge.
"Tapi jangan-jangan..."
“Tidak ada 'jika', kalian tidak pergi sekarang juga, akan mati seketika!!” Aku langsung mengeluarkan Pisau Naga Lilin dan Burung Feniks dari tas ransel, memutarnya cepat di tangan, lalu menghadangkannya di depan Wen Ge dan sekretaris Sekretaris Yang. Ingin menakut-nakuti mereka.
Benar saja, melihat belati berpendar dingin di tanganku, kedua orang ini langsung menelan kembali kata-kata yang hampir terucap, buru-buru mengangguk setuju, lalu bersama-sama mengangkat mayat itu dan berlari kecil menuruni kapal nelayan.
Memandangi mereka yang perlahan turun membawa jenazah, kusarungkan kembali pisau itu. Hingga detik ini, aku masih tak mengerti - mengapa Taotie melarangku menyerang mereka? Untuk apa menyimpan nyawa mereka??
“Hei Shisan, kamu masih mau makan nggak?” Suara Zhao Man terdengar dari belakangku. Saat pasukan biadab itu menyerang tadi, kami baru setengah jalan menyantap hidangan.
“Kak Zhao, aku nggak dulu. Kalian saja yang makan.” Kubalikkan badan menjawab Zhao Man, lalu berjalan sendiri ke buritan kapal.
Di buritan, kutemukan papan kayu tempat gulungan tali tambat. Kudukuki sambil memandangi Pulau Yin-Yang yang misterius dan mengerikan itu. Ribuan pikiran bergejolak di hati, tak kunjung tenang...
Mengapa di pulau yang penuh rahasia ini bisa muncul manusia hasil "duplikasi"? Dan dari kekuatan mana sebenarnya Pengendali binatang itu berasal? Apakah di jalan Yin-Yang ini masih ada sekte lain selain Aliran Longhu dari Tao, jalan Buddha, dan Sekte Gan Shi?
Sambil berpikir, aku mengeluarkan plakat yang kudapatkan dari mayat Pengendali binatang tadi, lalu mengamatinya dengan seksama di telapak tangan.
Plakat sekte apa ini? Mengapa di permukaannya terukir pola manusia-kalajengking dengan tubuh atas manusia dan tubuh bawah kalajengking? Makhluk aneh setengah manusia ini sebenarnya apa? Jangan-jangan benar-benar ada di dunia nyata?
Saat aku sedang fokus berpikir, tiba-tiba kusadari ada seseorang yang mengendap-endap mendekatiku dari belakang. Seiring dengan kedekatan orang itu, kumencium aroma harum khas gadis. Zhao Man tidak pernah memakai parfum, kemungkinan besar orang yang datang ini adalah Qiu Shasha.
"Zuo Shisan, kamu jelas merasakan kedatanganku, tapi masih duduk diam berpura-pura! Munafik." Suara Qiu Shasha terdengar dari belakangku.
"Setelah mendengar ucapannya, aku menyimpan plakat di tanganku, lalu meluruskan pinggangku dan berkata: 'Aku memang bukan seorang Junzi (pria bijak), menjadi Junzi terlalu melelahkan. Aku juga bukan Junzi yang bertindak jujur dan terang-terangan, bukan pula Xiaoren (orang hina) yang licik dan terang-terangan. Aku bukan Junzi sejati, juga bukan Xiaoren sejati. Kebaikan dan kejahatanku tak pasti, keadilan dan keangkeranku bergantung pada posisi.'"
"Lidahmu seperti parang, jelas kau orang tak bermoral. Kebajikan Junzi bagai angin, kebajikan Xiaoren bagai rumput. Rumput pasti tunduk saat diterpa angin." Qiu Shasha berkata sambil duduk di sampingku.
Aku tak menghiraukan kata-kata sarkastik Qiu Shasha, hanya tersenyum lalu kembali menatap "Pulau Yin-Yang" di kejauhan. Hanya dalam sehari, empat orang telah tewas. Jika besok kami kembali ke pulau itu, bahaya dan kejutan apa lagi yang akan terjadi?
"Zuo Shisan, apa yang kau pikirkan?" Qiu Shasha yang duduk di sampingku bertanya penuh rasa ingin tahu.
"Aku berpikir, jika besok kami melanjutkan perjalanan ke 'Pulau Yin-Yang' ini, bahaya dan kecelakaan apa lagi yang mungkin terjadi. Mencegah lebih baik daripada mengobati." Aku langsung menyampaikan isi hatiku kepada Qiu Shasha.
Mendengar ucapanku, Qiu Shasha berkata dengan wajah tak peduli: "Cuma pulau kecil saja sudah membuatmu ketakutan begini? Sama sekali tak seperti pria sejati."
“Aku adalah manusia, dan rasa takut adalah emosi psikologis normal yang dimiliki setiap orang. Jika aku tidak merasa takut sama sekali di manapun, bukankah itu berarti aku benar-benar bukan manusia?” Saya menoleh dan melihat Qiu Shasha sambil berkata.
“Kamu... Aku... Aku malas berdebat denganmu, hanya bisa unggul dalam retorika.” Qiu Shasha merajuk, seolah benar-benar marah.
“Ngomong-ngomong Qiu Shasha, aku belum pernah bertanya, bagaimana kamu tahu kami ada di pulau ini, dan bagaimana caramu menemukan kami?” Saya bertanya penuh keheranan pada Qiu Shasha.
Mendengar pertanyaanku, Qiu Shasha mengedipkan mata berkilauannya sambil tersenyum: “Setiap gerak-gerikmu, Qing You tahu dengan jelas. Menurutmu sulitkah bagiku menemukanmu?”
“Pria Bertopi? Mengapa dia bisa tahu semua gerak-gerikku?” Setelah mendengar perkataan Qiu Shasha, hatiku pertama terkejut, kemudian bingung.
“Itu harus kamu tanyakan pada dirimu sendiri. Apa yang sebenarnya terjadi antara kalian berdua, hanya kalian yang paling tahu. Bagaimana aku bisa tahu?” Kata Qiu Shasha.
Menggabungkan perkataan Qiu Shasha tadi, setelah kurenungkan baik-baik, segera muncul petunjuk - mungkinkah karena gelang yang dia berikan padaku ini?!
Memikirkan ini, aku segera menggulung lengan baju tangan kiriku. Gelang hitam yang selalu kupakai segera terlihat, berkilauan cahaya redup sesekali di bawah sinar bulan.
Tampaknya alasan Pria Bertopi bisa mengetahui setiap gerak-gerikku, sembilan dari sepuluh, adalah karena gelang yang dia berikan ini.
“Shisan, semua pertanyaanmu sudah kujawab. Sekarang aku punya pertanyaan untukmu.” Qiu Shasha tiba-tiba berkata padaku.
“Tanyakanlah.” Kataku sambil menurunkan lengan baju kiri.
“Kudengar kalian datang ke tempat bernama 'Pulau Yin-Yang' ini untuk mencari sebatang 'Rumput Yin-Yang'. Sepengetahuanku, meskipun tumbuh di Dunia Manusia dan sangat langka, rumput itu tak berguna bagi orang Yang. Untuk apa sebenarnya kalian mencarinya?” Qiu Shasha menatapku bertanya.
“Kalau sudah ditanya, akan kuberi tahu jujur...” Maka kuceritakan secara singkat tentang upaya menyelamatkan Rushuang di alam baka, bertemu Hakim Cui dan Raja Yama.
Mendengar ceritaku, mata Qiu Shasha menyipit seperti bulan sabit. “Zuo Shisan, tak kusangka kau begitu setia pada perasaan.”
“Aku selalu setia pada perasaan!” Sahutku.
“Lalu di mana kesetiaanmu saat menusuk perutku dengan pisau itu?” Sorot mata Qiu Shasha tiba-tiba membeku, senyumannya menghilang tanpa jejak.
“Waktu... Waktu itu kan kau juga ingin membunuh kami? Saat itu pilihanku hanya: terbunuh olehmu atau membunuhmu. Ada pilihan lain?” Kataku pasrah.
Cahaya di mata Qiu Shasha meredup. Ia menghela nafas: “Shisan, satu pertanyaan terakhir. Jawablah jujur.”
