Di saat yang sama, dari tubuh pria botak yang berdiri di hadapanku mulai memancarkan kabut hitam energi Yin. Sementara itu, pembuluh darah hitam seperti akar di tubuhnya perlahan mulai merayap ke luar...
Kedua bola matanya yang hitam itu menatapku tajam, sudut bibirnya yang berlumuran darah kotor hitam terangkat seolah sedang tersenyum. Ditambah sorotan senter kuat Zhao Man yang menyinari wajahnya, membuat penampilannya terlihat sangat seram dan menyeramkan.
Sejak aku menginjakkan kaki di gerbang Jalan Tao ini, berbagai hantu dan makhluk angker sudah sering kulihat. Tapi situasi seperti hari ini benar-benar pertama kalinya. Setelah rasa kaget awal, tanpa ragu lagi aku segera bertindak. "Serang duluan!" Tanganku dengan gesit membentuk mudra sambil berbisik mantra: "Qi tak tercerai, shen tak redup. Dalam keheningan, Yang Satu terlahir. Lóng Hŭ Qī Shè Yìn! She!!" Tangan kananku berpendar cahaya kuning. Aku melangkah cepat dua langkah ke depan dan menghantamkan telapak tangan ke dada si botak dengan keras.
Botak yang telah bermutasi itu sama sekali tidak menghindar. Dengan keras ia menahan pukulan telapak tanganku.
Saat Lóng Hŭ Qī Shè Yìn menghantam titik vital di dadanya, seketika tubuhnya terpental seperti karung usang. Gaya inersia yang besar membuatnya berguling-guling di lantai gua yang licin sebelum akhirnya berhenti tak bergerak.
"Shixiong, sudah beres?" tanya pria gemuk itu sambil menunjuk ke arah botak yang sudah lama terbaring tak bergerak.
Saat ini aku juga tidak tahu apakah botak yang telah bermutasi ini sudah mati sepenuhnya setelah terkena tamparanku tadi, karena meskipun mayat-mayat ini bisa berjalan seperti orang hidup setelah bermutasi, keberadaan energi Yin di tubuh mereka kadang muncul dan menghilang. Aku sama sekali tidak bisa menentukan apakah botak ini sudah benar-benar mati hanya dengan melihat ada atau tidaknya energi Yin.
Bagaimanapun juga, lebih baik mendekat dan memeriksa langsung. Begitu keputusan ini terlintas, aku pun mulai berhati-hati melangkah mendekati si botak.
Saat sudah berada di sampingnya, sorotan senter memperlihatkan dengan jelas lubang sebesar telapak tangan di titik vital dadanya - hasil pukulan jurus Lóng Hŭ Qī Shè Yìn-ku. Dari lubang itu mengalir terus-menerus cairan hitam kental seperti darah...
Melihat kondisi botak yang terbaring tak bergerak ini, akhirnya aku bisa bernapas lega. Titik vital yang hancur adalah vonis mati bahkan untuk zombie atau arwah Yin sekalipun. Segera kuperintahkan rombongan untuk menghindari mayat ini dan melanjutkan perjalanan ke dalam gua.
Kali ini aku memimpin dengan langkah dipercepat. Jika mereka menempatkan salah satu botak sebagai penyergap, besar kemungkinan pergerakan kita sudah diketahui. Setidaknya dalang di balik semua ini yang mengendalikan Sekdes Yang dan mayat-mayat lainnya pasti sudah menyadari keberadaan kita.
Karena sudah terlanjur mengganggu ular dalam semak, sekarang satu-satunya pilihan adalah bergegas mengejar agar mereka tidak sempat melarikan diri.
Namun yang mengejutkan kami semua, gua yang terlihat panjang dan dalam ini ternyata hanya membutuhkan waktu kurang dari sepuluh menit berjalan kaki untuk mencapai ujungnya. Setelah melewati belokan, kami berjalan puluhan meter ke depan dan menemukan pintu keluar yang dipenuhi rumput liar.
Aku melihat jelas banyak rumput yang terinjak di sekitar pintu keluar depan itu. Rupanya Sekdes Yang dan si botak yang bermutasi keluar dari sini.
Begitu rombongan kami keluar dari gua, pemandangan di depan mata benar-benar membuat kami terpana!
Di depan kami terbentang hamparan rumput luas. Ranting-ranting pohon yang saling bertautan membentang subur dengan dedaunan lebat yang membentuk naungan. Jenis pepohonan ini belum pernah kulihat sebelumnya, namun mereka sudah berbuah. Buah-buah merah itu seperti anggur, kontras dengan daun hijau zamrud yang membuatnya terlihat sangat mencolok.
Pohon pinus, pohon huai, poplar, dan ginkgo berjejal di belakang tebing batu ini. Hamparan rumput liar yang lebat menjadi alasnya, menciptakan pemandangan yang memesona.
Melihat lebih jauh, terdapat tanaman aneh berwarna hijau-putih. Meski bentuknya ganjil, mereka memiliki keindahan unik. Di "kepala" setiap tanaman tumbuh bulir panjang berbulu halus berwarna abu-abu keputihan.
Tiupan angin menerpa, membuat bulir-bulir itu serempak bergoyang ke satu arah. Serbuk putih beterbangan seperti salju di ruang terbatas ini. Seluruh pemandangan memberikan kesan melankolis yang menyayat hati - keindahan tragis layaknya Daiyu dalam angin.
“Wah, tempat ini sangat indah~！……” Zhao Man dan Qiu Shasha serentak berteriak kagum melihat pemandangan di depan mata. Sifat alami wanita yang menyukai keindahan tercermin di tempat yang seperti surga dunia ini.
Sementara pria gemuk di samping mereka tidak memiliki minat menikmati pemandangan seperti Zhao Man dan Qiu Shasha, malah mencari sudut dan sangat merusak pemandangan dengan buang air kecil...
Setelah terkesima oleh keindahan di depan mata, aku segera melihat ke sekeliling lagi. Tempat ini sunyi senyap, sama sekali tidak terlihat bayangan Sekdes Yang yang telah bermutasi dan si botak.
"Kak Zhao, Shasha, kalian tunggu di sini dulu. Aku akan mencari ke mana perginya dua orang itu. Oh ya, awasi si gemuk. Buah-buahan di pohon sekitar sini, jangan biarkan dia menyentuhnya," kataku pada Zhao Man dan Qiu Shasha sambil menatap rerumputan indah namun seram di depan.
"Aku ikut denganmu." Zhao Man menatapku bertanya. Sementara Qiu Shasha di samping hanya melirikku tanpa bicara.
"Tidak perlu, aku sendiri cukup." Setelah berkata demikian, tanpa menunggu Zhao Man bicara lagi, aku segera melompat dengan gesit menuju rerumputan yang berhiaskan serat putih itu.
Jaraknya tidak jauh. Dengan beberapa lompatan gesit, aku sampai di depan rerumputan itu. Dengan bantuan momentum, aku melompati area tersebut dan melanjutkan pandangan ke belakang. Ternyata di balik rerumputan itu terdapat ujung pulau, tak jauh dari sana terhampar sungai kuning pucat yang tak terlihat ujungnya...
Mutasi Sekdes Yang dan si botak itu lari ke mana? Aku memandang hamparan rumput kosong di sekitarku, bingung bukan main. Area ini tidak terlalu luas, dan tempat persembunyian pun terbatas. Kemana mereka bisa menghilang secepat itu?
Aku berdiri di tempat sambil memindai sekeliling. Tak sengaja, pandanganku tertuju pada dua pohon aneh yang identik di sebelah kiri. Disebut aneh karena meski bentuknya serupa seperti dicetak dari cetakan yang sama, dedaunan di rantingnya sama sekali tidak berwarna hijau.
Satu pohon memiliki daun hitam legam di seluruh rantingnya, sementara pohon satunya lagi dipenuhi daun putih bersih.
Dua pohon hitam-putih itu hanya berjarak satu meter, berdiri bagai Yin-Yang dalam simbol Taiji.
Keanehan kedua pohon ini langsung menyedot perhatianku. Seumur hidupku, belum pernah kulihat atau kudengar tentang pohon berdaun dwi-warna seperti ini.
Segera kuhampiri kedua pohon itu. Semakin dekat, aroma mistis semakin menusuk hidung. Anehnya, satu pohon memancarkan energi Yang putih, sementara yang lain mengeluarkan kabut hitam energi Yin.
Seluruh tubuhku seperti terhipnotis aroma ganjil ini. Tanpa sadar, langkahku terus mendekati kedua pohon itu...
Pada saat ini, kabut putih tipis perlahan-lahan muncul di sekeliling, secara bertahap menyelimuti area yang tidak terlalu luas ini. Dari dalam kabut, aku mulai melihat sosok wanita langsing yang membelakangiku, berdiam tak bergerak.
Postur tubuhnya mirip Zhao Man. Bagaimana mungkin dia tiba-tiba datang dan berdiri di bawah dua pohon aneh ini? Melihat Zhao Man, hatiku dipenuhi keraguan. Aku mendekat dan buru-buru bertanya, "Kak Zhao, kenapa kamu datang? Di mana si pria gemuk dan yang lain?"
Zhao Man yang terus berdiri di bawah dua pohon aneh itu perlahan berbalik menghadapku. Dia tidak berkata apa-apa, hanya tersenyum lembut. Matanya memancarkan kelembutan bak bunga pir yang tersipu hujan, sosoknya yang samar-samar di balik kabut justru memancarkan daya tarik yang ganjil.
Entah mengapa, tiba-tiba muncul perasaan aneh terhadap Zhao Man yang berkaki panjang dan pinggang ramping ini. Perasaan ini seperti api terpendam yang selama ini tertekan dalam diriku, tiba-tiba menyala ketika melihat senyuman manjanya.
Melihat lekuk tubuhnya yang sempurna, wajahnya yang memikat, dada yang tegak, pinggang ramping yang seolah bisa dipeluk, serta paha langsing nan bulat - semua ini bagai kayu bakar yang semakin membakar kegelisahan dalam tubuhku...
