Melihat pria gemuk itu menatap tajam dua pohon di sampingku dengan ekspresi bego seperti pecinta gila, saya menduga dia mengalami hal yang sama seperti saya sebelumnya. Pertama mencium aroma harum aneh dari dua pohon ini, lalu kewarasannya mulai terganggu.
Memikirkan hal ini, saya segera bergegas mendekati posisinya.
"Pria gemuk, pria gemuk, pria gemuk..." Aku mendekati si pria gemuk, berteriak kencang padanya. Namun dia yang terus berjalan menuju dua pohon itu sama sekali tidak melihat kehadiranku atau mendengar teriakanku, tetap melangkah mantap menuju sepasang pohon aneh hitam-putih di belakangku.
Tak bisa kuhalangi, akhirnya kuputar posisi ke belakangnya. Kulecutkan tendangan sekuat tenaga ke pantatnya dengan kaki yang kangkat.
Tendangan itu langsung menjatuhkannya. Tapi yang mengejutkan, meski sudah terjatuh, pria gemuk itu tak juga sadar. Dia bangkit, tepuk-tepuk debu di bajunya, lalu melanjutkan langkah ke depan...
Goblog! Aroma dupa dari dua pohon itu benar-benar sakti. Sudah separah ini, si gemuk belum juga tersadar.
"Zhao Man, kamu... mengapa memanggilku ke sini?" Kini pria gemuk itu sudah berdiri di bawah salah satu pohon, berbicara penuh gemulai pada batang pohon. Suaranya membuat bulu kudukku merinding.
Delapan puluh persen, dia sedang berhalusinasi seperti aku tadi - mengira pohon ini sebagai Zhao Man.
"Aku... pasti mencintaimu! Bagaimana mungkin tidak? Sejak pertemuan pertama, hatiku sudah terpikat. Jika kau tanya seberapa dalam cintaku, bulanlah saksinya! Jika kau tanya seberapa lama, selama jantung ini berdetak, selama itu pula cintaku!" Pria gemuk itu kini benar-benar tak sadarkan diri, memandang penuh kelembutan ke pohon aneh di hadapannya.
Aku terbatuk kering, dalam hati berpikir pria gemuk ini cukup pandai merangkai kata-kata. Ungkapan perasaannya terstruktur rapi, mungkin dia sudah mempersiapkan dialog klise ini sejak lama untuk mengungkapkan perasaan pada Zhao Man.
"Zhao Man, kamu... kamu juga menyukaiku, apa yang kau katakan tadi benar?!?" Pria gemuk itu kini menatap batang pohon dengan ekspresi penuh sukacita.
Secara bersamaan, beberapa helai hitam-putih yang saling terjalin seperti ular kecil mulai perlahan-lahan turun dari pohon tersebut, mulai melilit leher pria gemuk itu dari belakang.
Yang kutunggu adalah kamu ini!
Saat melihat ranting itu melilit tanaman merambat, aku segera melangkah maju ke arah pria gemuk itu. Pisau Naga Lilin dan Burung Feniks yang sudah kugenggam segera kuhunjamkan ke ranting tersebut.
Ranting yang terpotong olehku langsung menyusut seperti rusa yang ketakutan, menghilang dengan kecepatan luar biasa.
Melihat ranting yang tadi hendak mengambil nyawa pria gemuk itu menarik diri kembali, aku segera menoleh ke arahnya. Namun yang kulihat adalah wajah gemuknya yang sudah memerah, mimisan mengalir dari hidungnya. Sambil terengah-engah menghadapi pohon itu, ia bergumam: "Zhao Man, Zhao Man... J-jangan seperti ini, nanti dilihat orang. Aku bukan tipe orang yang..." Meski mulutnya menyangkal, tangannya tak berhenti meraba-raba batang pohon. Setelah beberapa saat memeluk erat batang itu, ia menempelkan wajahnya sambil mencium-ncium batang pohon dengan penuh nafsu.
Melihat kelakuan anehnya, aku ingin tertawa tapi juga kesal. Namun tiba-tiba aku tersadar: tingkahku barusan mungkin sama memalukannya dengan si gemuk ini. Menertawakannya sama saja menertawakan diriku sendiri.
Menahan tawa, ku dekati pria gemuk yang masih asyik menciumi batang pohon itu. Tanpa ba-bi-bu, tamparan keras kuhantamkan ke pipinya.
Tamparan itu mendarat sempurna di wajahnya. Tapi dasar si gemuk, tetap saja melanjutkan aksi ciumannya sambil bergumam: "Zhao Man... jangan keras-keras... jangan pukul wajah... si kaki jenjang..."
"Pria gemuk, pelan-pelan Nenekmu! Jangan berkhayal dasar, cepat bangun." Aku berteriak kencang ke arah pria gemuk itu. Tepat saat itu, tiba-tiba kudengar suara langkah kaki dari balik semak. Hati ini langsung berdebar, segera kugenggam erat pisau belati sambil berputar menghampiri semak dan melihat ke arah sumber suara.
Yang datang bukan orang lain, ternyata Qiu Shasha dan Zhao Man.
Sebenarnya kedatangan mereka biasa saja, tapi sekarang tidak boleh. Kalau sampai Zhao Man tahu bahwa pria gemuk ini membayangkan dirinya dengan cara mesum dalam pikiran, mengingat sifatnya yang keras kepala, mungkin langsung saja dia menembak pria gemuk ini di tempat.
"Shisan, apa yang dilakukan pria gemuk itu memeluk-meluk pohon sambil bergoyang-goyang?" Qiu Shasha yang berjalan bersama Zhao Man menatap pria gemuk di belakangku dengan wajah penuh tanya.
"Ti-Tidak ada. Kok kalian bisa datang ke sini?" tanyaku.
"Aku dan Qiu Shasha khawatir karena sudah lama tidak melihat kalian kembali, jadi kami mencari ke sini. Itu pria gemuk sedang apa?" Zhao Man juga menatap pria gemuk itu sambil bertanya.
"A-Aku akan panggil dia sekarang." Kataku sambil bergegas mendekati pria gemuk itu. Tanpa ba-bi-bu, kulecutkan tendangan sekuat tenaga ke pantatnya. Sekali tendang tidak bangun, dua kali, tiga kali, empat kali...
"Shisan, kamu ngapain? Kenapa memukulinya?!" Zhao Man berlari mendekat dan menarik lenganku dengan kuat.
Aku menatap pria gemuk yang masih memeluk erat pohon aneh itu, dalam hati berpikir semuanya sudah berakhir. "Shixiong, bantuanku sampai di sini. Sisanya tergantung keberuntunganmu sendiri."
"Si kaki jenjang, si kaki jenjang~..." Pria gemuk itu terus memeluk batang pohon aneh sambil bergumam. Namun suaranya terdengar seperti rintihan...
Zhao Man langsung berubah ekspresi wajahnya begitu mendengar. Ia memandang pria gemuk itu dengan dingin bagai embun beku: "Pria gemuk, apa yang kau lakukan memeluk pohon di sana?!"
"Si kaki jenjang, Zhao Man, aku sangat mencintaimu..." Pria gemuk itu masih dalam keadaan linglung, menyebut nama Zhao Man dengan suara tak jelas.
Kali ini Zhao Man benar-benar paham. Sebagai wanita cerdas, melihat gerakan tak pantas pria gemuk terhadap batang pohon, wajahnya langsung memerah karena malu dan marah. Dengan cepat ia menendang sekuat tenaga ke arah wajah pria gemuk itu.
Tendangan Zhao Man berbeda dengan tendanganku sebelumnya. Tanpa peduli hidup matinya, tendangan ke wajah itu membuat pria gemuk terjungkal. Kulihat sebuah gigi putih terlempar dari mulutnya.
“Braak!” Dentuman berat terdengar, pria gemuk terjatuh ke tanah, berguling-guling beberapa meter sebelum berhenti. Dia berteriak sambil bangkit, menggelengkan kepala, dan membentak tanpa melihat: “Siapa yang nyolong-nyolongin tadi?!”
“Aku!!” Zhao Man menatap pria gemuk itu dengan gigi terkunci dan nada dingin yang seolah bisa membekukan udara.
Pria gemuk terdiam sejenak mendengar perkataan Zhao Man, lalu bertanya bingung: “Zhao Man, tadi kau... kau kan ramah? Kenapa jadi berubah semenjak shixiong-ku datang, apa kau masih suka dia?!”
“Suka apanya?! Aku akan menghabisi muka tebalmu!!” Zhao Man gemas mendengar ucapan itu, langsung berlari menghampirinya.
Melihat Zhao Man hendak menyerang lagi, aku segera menahannya.
“Zuo Shisan, lepaskan! Hari ini gigi-giginya harus kuremukkan!” amarah Zhao Man memuncak.
“Kak Zhao, tenang dulu. Pria gemuk tadi bukan sengaja, dia terkena aroma wangi dari dua pohon itu,” jelasku.
“Aku tahu dia kemasukan, tapi kenapa harus aku yang dicari?!” Zhao Man menoleh, matanya yang indah menatapku tajam.
Setelah mendengar perkataan Zhao Man ini, aku sendiri jadi merasa tidak aman, terpaksa berkata: "Pohon ini hanya melihatmu dan Qiu Shasha, intinya pasti salah satu dari kalian berdua." Ini hanya tebakanku. Apakah benar demikian, hanya kedua pohon itu yang tahu.
Zhao Man mendengar ini diam sejenak. Setelah beberapa saat baru melunak, melepas lengan tanganku dengan kasar sambil menatap pria gemuk itu: "Hei gendut, kuberi tahu! Kalau kau masih punya pikiran kotor padaku, pasti kusayat lidahmu!"
Di saat ini justru si pria gemuk yang terlihat bingung. Tapi dia tetap menatap Zhao Man: "Siapa suruh dirimu cantik begini..."
"Kau!!..." Zhao Man nyaris menerjang ke arahnya untuk menendang. Kali ini Qiu Shasha berhasil mencegahnya dan menenangkannya.
Tampaknya sifat keras Zhao Man memang tak bisa diremehkan. Jika kau menyentuh batas bawahnya, wanita ini benar-benar bisa mempertaruhkan nyawa melawanmu. Kini semakin jarang gadis yang menganggap kesucian diri lebih berharga dari segalanya.
