"Gendut, cepat minta maaf pada Kak Zhao!" Aku menegur pria gemuk itu. Sebenarnya hatiku juga deg-degan. Kalau benar harus minta maaf, pasti akulah yang pertama. Tapi melihat amukan Zhao Man tadi, kalau aku jujur, pasti dia akan nekat melawan kami berdua.
Setelah mendengar perkataanku, Pria Gemuk itu meminta maaf pada Zhao Man sekadar formalitas, sambil masih bergumam pelan:
"Ini bagaimana sih, tadi kan dia sangat ramah..." Hingga saat ini, Pria Gemuk itu masih belum menyadari situasi.
Melihat kebingungan di wajahnya, aku mendekat dan berdiri di sampingnya sambil menjelaskan kejadian sebelumnya serta kisah dua pohon aneh itu.
Pria Gemuk menyimak dengan serius, wajahnya penuh keterkejutan. Matanya bolak-balik menatapku dan dua pohon hitam-putih di belakangku, lalu bertanya ragu: "Shixiong, apa yang kau katakan tadi benar? Aku dasar baru saja ngentotin pohon?! Itu si kaki jenjang juga lihat, benar-benar nggak bisa hidup lagi..."
Aku mengangguk:
"Apa perlu aku bohong padamu?!" Tapi ucapan Pria Gemuk ini memang kurang pantas - maksudnya 'ngentotin pohon' itu bagaimana...
"Goblog, kenapa nggak bangunin aku lebih cepat?" Pria Gemuk menatapku. Anak ini malah menyalahkanku sekarang.
"Aku sudah menendangmu berkali-kali. Kau sendiri yang nggak bangun, malah nyalahin aku?" Jawabku sambil tersenyum getir.
"Hancur, hancur. Benar-benar hancur. Menurutmu setelah kejadian ini, apa Zhao Man akan sangat membenciku?" Pria Gemuk bertanya dengan wajah khawatir.
Aku menggeleng:
"Hati perempuan itu seperti jarum di dasar laut. Mana mungkin aku tahu? Sudah, aku harus memeriksa dua pohon aneh ini dulu." Sambil berkata demikian, aku berbalik dan berjalan menuju dua pohon itu.
Pada saat ini, Zhao Man dan Qiu Shasha juga berdiri di bawah pohon ini, mengamati sesuatu dengan cermat.
"Kak Zhao, Shasha, kalian menemukan sesuatu?" Dari fakta bahwa Qiu Shasha dan Zhao Man bisa mendekati kedua pohon ini dengan aman, aroma yang dipancarkan pohon-pohon ini tampaknya tidak berpengaruh pada wanita.
"Mengapa jenazah Sekdes Yang dan preman ini ada di atas dua pohon ini? Pohon apa sebenarnya ini?" Zhao Man menoleh ke arahku dan bertanya.
Aku mengangkat bahu sambil tersenyum getir, "Aku juga ingin tahu... Ngomong-ngomong, di mana Brother Wen si botak itu? Kok tidak kulihat dia ikut kalian?" Baru sekarang aku sadar ada seseorang yang hilang.
Qiu Shasha berkata dengan nada dingin, "Kusuruh dia menunggu di tempat. Tidak nyaman melihat orang seperti itu mengikutiku."
"Kamu tidak takut dia kabur?" tanyaku pada Qiu Shasha. Taotie pernah berulang kali menyuruhku untuk menjaga nyawa Brother Wen ini. Pasti ada alasannya, makanya aku khawatir dia tiba-tiba melarikan diri.
"Lari ya sudah! Ada apa sih, Shisan? Kok kamu begitu perhatian pada preman brengsek? Jangan-jangan kamu suka sesama jenis?" Entah mengapa, sejak kejadian ditusukku dulu, Qiu Shasha selalu mencari-cari kesalahanku dan mudah sekali bertengkar.
Memang kebanyakan wanita adalah makhluk yang mudah menyimpan dendam.
"Sudahlah, sudahlah. Kalian berdua jangan banyak bicara. Menurutku, dua pohon aneh hitam-putih ini merupakan inti dari 'Pulau Yin-Yang' ini. Bahkan bisa dibilang, dua pohon inilah yang membentuk denyut nadi geomansi keberadaan pulau ini." Zhao Man menyela pertengkaran antara aku dan Qiu Shasha.
"Kak Zhao, bagaimana kamu bisa tahu?" Tanyaku dengan curiga sambil memandang Zhao Man. Sebelumnya kuduga dia menyembunyikan sesuatu, kini terbukti. Pasti pengetahuannya tentang "Pulau Yin-Yang" ini lebih banyak dari kami.
Isi buku 《Catatan Fenomena Aneh Sungai Kuning Sebelum Era Merdeka》 yang sebelumnya dia tunjukkan padaku dan pria gemuk, pasti ada bagian yang disobek dan disembunyikannya sendiri, tidak semuanya diperlihatkan pada kami.
Meski tak ingin mempercayainya, nyatanya Zhao Man memang sengaja merahasiakan sesuatu. Alasan dia ikut ke "Pulau Yin-Yang" ini bersama kami, bukan semata-mata membantu mencari "Rumput Yin-Yang", melainkan ada agenda pribadi.
Mendengar perkataanku, wajah Zhao Man berubah kecanggungan. Dia menyisir rambutnya yang berantakan di dahi untuk menutupi rasa malunya, lalu berkata: "A-Aku cuma nebak... Karena ada kata 'Yin-Yang' di nama pulau ini, sementara dua pohon ini sangat sesuai. Lagipula terlalu banyak misteri di tubuh mereka, jadi kuberpikir seperti itu."
Setelah mendengar ucapan Zhao Man, aku mengangguk, lalu menatap kedua pohon itu dan berkata: "Bagaimanapun juga, dua pohon aneh yang bisa Gu-huo terhadap pikiran orang ini pasti bukan barang baik. Kak Zhao, apakah di tasmu ada bahan bakar padat? Aku akan menyalakan api untuk membakarnya dulu." Aku sengaja mengatakan ini pada Zhao Man, sebenarnya tujuan utamanya adalah untuk mengujinya.
Benar saja, mendengar kata-kataku, wajah Zhao Man berubah. Ia batuk kecil dan berkata: "Shisan, tidakkah kau ingin menyelidiki asal-usul kedua pohon ini terlebih dahulu??"
Aku menggelengkan kepala, memandang Zhao Man: "Tujuan kita datang ke 'Pulau Yin-Yang' hanya satu: mencari 'Rumput Yin-Yang'. Dua pohon aneh yang merugikan orang ini lebih baik dibakar dulu, agar tidak ada masalah tambahan."
Zhao Man hendak melanjutkan bicara, tapi terpotong oleh suara Qiu Shasha:
"Cepat kemari lihat! Apakah rumput ini yang kalian cari, 'Rumput Yin-Yang' itu?!"
Mendengar teriakan Qiu Shasha, hatiku berdebar. Aku segera bergegas berlari ke arahnya. Setelah mendekat, kutatap ke bawah mengikuti arah telunjuknya. Di antara tumpukan rumput berbulu putih, terdapat sebatang tumbuhan aneh berwarna hitam-putih.
Daun hitam-putih di tubuhnya saling memeluk seperti sarung pedang. Di bagian pangkal terdapat beberapa lapis sisik membran berbentuk sarung. Daunnya oval atau berbentuk tombak telur.
Dari keseluruhan bentuknya, ini benar-benar "Rumput Yin-Yang" yang selama ini kami cari!
Melihat "Rumput Yin-Yang" ini, hatiku dipenuhi kegembiraan. Hanya dengan menemukannya, aku bisa membawanya ke alam baka untuk menemui Raja Yama dan membawa Rushuang kembali ke dunia manusia. Bagaimana mungkin aku tidak gembira?
"Jangan disentuh dulu. Kita tunggu di sini sampai malam baru mengambilnya." Sambil berkata demikian, aku mengeluarkan tali merah dari tas ransel dan mengikat "Rumput Yin-Yang" yang tumbuh di antara semak ini.
Raja Yama pernah memberitahuku bahwa waktu terbaik untuk mengambil "Rumput Yin-Yang" adalah tepat tengah malam pukul 12. Hanya pada saat itu pengambilan dari tanah bisa membuatnya tetap segar dan tidak layu.
"Terima kasih, Qiu Shasha." Aku merapikan postur tubuh sambil memandangi Qiu Shasha di sampingku. Kalau bukan karena kewaspadaannya, mustahil kami bisa menemukan "Rumput Yin-Yang" yang tersembunyi ini.
Qiu Shasha mendengus pelan sebagai tanda setuju, lalu berbalik pergi. Sepertinya belakangan ini dia semakin enggan berkomunikasi denganku.
Memandang punggung Qiu Shasha yang menjauh, aku hanya bisa menggelengkan kepala pasrah. Segera kusuruh si gemuk mendirikan kemah dan memasang tenda di tempat ini. Kita harus menjaga "Rumput Yin-Yang" ini dengan ketat - tinggal satu langkah terakhir, jangan sampai ada kesalahan.
Meskipun Taotie pernah berkata: "Jika langit gelap tertutup bulan, jangan tinggalkan pulau." Tapi demi "Rumput Yin-Yang", kami harus mengambil risiko.
Untungnya Wen Ge yang menunggu di kejauhan, mungkin karena takut kembali sendirian ke hutan lebat yang dipenuhi ular sanca dan serangga beracun, tetap menunggu kami dan tidak melarikan diri. Dengan demikian, kami mendapat satu tenaga kerja tambahan.
……
Setelah aku, pria gemuk, dan Wen Ge menyelesaikan pekerjaan, langit mulai remang-remang. Kami bertiga mengumpulkan kayu bakar di sekitar, menyalakan api unggun di depan tenda, lalu memanggil Zhao Man dan Qiu Shasha untuk duduk bersila bersama menikmati kaleng makanan kompresi.
Mengenai dua pohon aneh hitam-putih itu, awalnya aku ingin membakarnya habis untuk menghilangkan ancaman di masa depan. Namun Zhao Man menggunakan berbagai alasan untuk mencegahku, bahkan Qiu Shasha ikut membelanya sementara pria gemuk tetap netral. Akhirnya minoritas harus tunduk pada mayoritas, aku pun mengalah.
Tapi di hatiku masih terus bertanya-tanya: Mengapa Zhao Man bersikeras mempertahankan dua pohon aneh hitam-putih ini? Apa lagi yang dia sembunyikan dari kami?
Aku menelan sesuap biskuit kompresi, memandang Zhao Man yang duduk di seberang.
Dalam cahaya api unggun, wajah cantik Zhao Man terlihat semakin mempesona. Tapi rahasia apa yang tersembunyi di balik kecantikan ini?
Tiba-tiba Zhao Man seolah menyadari tatapanku. Dia mengangkat kepala dan menatapku. Dalam tatapan mata kami yang saling bertaut, jelas kulihat kilatan penghindaran dan penyembunyian di matanya...
