Saat mengajukan pertanyaan itu, di hatiku juga bergema pertanyaan serupa: Andai aku yang menemukan kertas ini, akankah aku mempercayainya?
Setelah mendengar perkataanku, Zhao Man mengangkat sudut mata kirinya yang panjang, memindahkan pandangannya dari api unggun ke arahku. Ia menatapku dan membalas: "Apakah kamu tidak percaya apa yang tertulis di sini??"
"Baik itu membuatmu awet muda maupun hidup abadi, semua hal ini tidak terlalu kupercayai." Aku menatap Zhao Man dan berkata terus terang.
"Sebenarnya awalnya aku sendiri juga tidak percaya, bahkan malu untuk menceritakan hal ini padamu. Tapi sejak kita memasuki 'Pulau Yin-Yang' ini, kejadian aneh terus berulang. Apalagi 'aku' yang lain yang identik juga muncul, persis seperti yang tertulis dalam buku itu. Dan yang paling penting, dua pohon Yin-Yang hitam putih itu benar-benar ada." Zhao Man menoleh ke arah dua pohon Yin-Yang yang tidak jauh sambil berkata.
"Jadi kamu mulai percaya pada apa yang tertulis di kertas itu?" Aku bertanya pada Zhao Man.
Pada titik ini, Zhao Man sama sekali tidak menyembunyikan apapun. Ia segera mengangguk.
Melihat Zhao Man yang duduk dihadapanku, kali ini aku terdiam. Aku menunduk memandangi api unggun kecil di depanku, baru setelah beberapa saat berkata padanya: "Kak Zhao, apakah kamu benar-benar ingin mencoba apakah getah dua pohon Yin-Yang ini bisa membuatmu awet muda?" Sebenarnya aku sudah tahu jawabannya dari perkataannya, tapi tetap bertanya tanpa menyerah.
"Ya. Jika tidak, aku tidak akan menghentikanmu membakarnya." Zhao Man kini telah menjelaskan semuanya padaku.
"Kak Zhao, aku mau bicara jujur dulu. Kalau semua yang tertulis di kertas itu salah, cuma dugaan si penulis, lalu kamu minum getah dua pohon itu sampai keracunan mati, kamu gak bakal nyesel?" Aku menatap Zhao Man bertanya.
Zhao Man tak ragu langsung menjawab: "Gak nyesel. Kalau dalam hidupku ada kesempatan awet muda beneran, risikonya worth it buat dicoba."
"Tapi aku gak mau kamu ambil risiko." Aku bicara serius sambil menatapnya. Sejak kenal Zhao Man sampai sekarang, aku selalu anggap dia sahabatku. Rahasia apapun selalu kubagi, kita sudah melalui banyak hal bersama. Bisa dibilang persahabatan sehidup semati. Makanya dari hati paling dalam, aku gak tega liat dia cedera sedikitpun.
Meski di "Pulau Yin-Yang" ini ada manusia yin-yang hasil "duplikat", plus pohon yin-yang yang tumbuh, aku dari awal sampai akhir tetap gak percaya ada cara bikin orang hidup abadi atau awet muda di dunia ini.
Sama sekali gak percaya!!
Cuma aku bingung, kenapa Zhao Man yang keras kepala dan kuat ini bisa nekat pertaruhkan nyawa demi kecantikan. Ini berbeda dengan sosoknya yang dulu kukenal.
Mikir sampe sini, aku bertanya padanya: "Kak Zhao, aku beneran gak ngerti. Penampilan fisik emang segitunya penting buat cewek? Sampe nyawa sendiri gak dihargai?"
"Shisan, pernah kepikiran gak satu hal."
"Hal apa??" tanyaku.
“Begitu kita mencapai usia dua puluh tahun, tiga puluh tahun, bahkan empat puluh atau lima puluh tahun, ketika sudah menjadi tua dan tak berharga, sampai jalan pun tak sanggup dilangkahi, lalu di manakah makna kehidupan ini? Tidakkah kau mendambakan tubuh muda penuh vitalitas seumur hidup? Dan sekarang, kesempatan itu ada di depan mata kita.” Zhao Man berhenti sejenak, lalu melanjutkan bicaranya padaku: “Aku bicara serius, setiap kali memikirkan ini, di hati saya langsung dipenuhi ketakutan, bahkan sampai muncul perasaan putus asa. Aku benar-benar takut, takut menjadi tua, takut kehilangan kecantikan...” Suaranya mulai tercekat, emosinya mulai tak terkendali.
Aku menatapnya sambil merenungi hati sendiri. Jika aku adalah seorang wanita, dengan wajah dan tubuh secantik itu, apakah aku juga akan tergoda ketika dihadapkan pada cara mempertahankan kemudaan?
Jawabannya pasti. Tak hanya Zhao Man, bahkan pria sepertiku pun pasti akan tergoda.
Aku mengusap hidungku, lalu berkata pada Zhao Man: “Kak Zhao, tak perlu disebut wanita secantik dirimu, bahkan kami para pria pun tak ingin menua. Tapi aku tak takut menjadi tua.”
Mendengar perkataanku, Zhao Man mengangkat kepala. Matanya menatapku tajam, gigi mutiara menggigit bibir bawahnya. Tak sepatah kata pun terucap, menunggu kelanjutan pembicaraanku.
“Karena aku merasa makna keberadaan sejati manusia yang hidup adalah melalui proses kelahiran, penuaan, penyakit, dan kematian. Ini adalah proses yang harus dilalui setiap orang, sama seperti rasa asam, manis, pahit, dan pedas. Saat kecil kita melewati proses ini, setelah dewasa pun kita harus mengalaminya. Tentu saja, proses menjadi tua juga tak bisa dihindari. Justru karena pengalaman-pengalaman berbeda inilah kehidupan manusia menjadi lebih berwarna. Dalam proses ini kita akan bersama-sama mengalami rintangan, suka-duka, dan perpisahan.
Ada ikatan keluarga, persahabatan, dan cinta. Hanya dengan inilah kehidupan yang sesungguhnya terwujud. Hidup manusia tak mungkin selalu mulus, inilah makna sejati keberadaan kita. Meski suatu hari nanti kita benar-benar tua, kita masih bisa berkumpul bercengkerama, minum teh, berbagi isi hati, dan berjanji untuk dikuburkan bersama setelah mati. Bukankah ini juga kebahagiaan besar dalam hidup? Jika bisa mati seperti ini, tak ada penyesalan seumur hidup.” Aku tersenyum pada Zhao Man.
Senyuman ini bukanlah kepura-puraan. Sungguh, aku membayangkan gambaran kita di masa tua yang duduk bernaung di bawah pohon besar sambil mengobrol. Gambaran ketenangan dan kedamaian itu membuat hatiku rindu, jadi senyuman kali ini benar-benar berasal dari hati terdalam.
Zhao Man mendengarkan ucapanku dengan serius. Dari penglihatan matanya, aku menangkap bayangan keraguan.
Saat ini adalah waktu yang tepat untuk memanfaatkan momentum, jadi aku melanjutkan dengan melihatnya berkata: "Sebenarnya apakah kita hidup dengan baik atau tidak, bahagia atau tidak, tidak perlu dibatasi oleh kemerosotan fisik dan penampilan. Seharusnya itu dipilih berdasarkan kebutuhan akan keindahan dan kebahagiaan di kedalaman hati. Selama hidup bahagia, apa salahnya menjadi tua?! Aku pernah mendengar sebuah kalimat: Salah satu hasrat yang paling menyusahkan kita adalah panjang pendeknya kehidupan, yang kedua adalah jumlah harta dan kekuasaan. Tapi ketika yang kita idamkan benar-benar menjadi kenyataan, kita akan menemukan bahwa itu ternyata tidak semegah itu, bahkan terkadang terasa penuh tipuan. Jadi menurutku, menemukan orang yang saling mencintai dan menua bersamanya adalah hal paling romantis..." Di sini, aku sendiri dalam hati mengutuk ketidaksopananku, demi membujuk Zhao Man, bahkan lirik lagu Zhao Yonghua pun kukutip...
Setelah mendengar ucapanku, penglihatannya terus menatap tajam api unggun di depannya, tidak berkata sepatah pun. Aku tahu dia sedang ragu-ragu. Memang tidak mudah bagi seorang wanita cantik untuk melepaskan kesempatan menjaga kecantikan abadi.
Tapi aku yakin, Zhao Man pasti bisa melepaskannya. Kepercayaan diri ini bahkan tidak kuketahui asalnya dari mana.
Tepat di saat ini, tiba-tiba kudengar suara langkah kaki samar dari belakang yang mendekat perlahan dari kejauhan.
Zhao Man juga mendengar suara langkah kaki itu. Meski agak berantakan, tetap bisa kubedakan hanya ada dua orang.
Saat ini, tiga karakter langsung muncul di pikiranku:
“Manusia yin-yang！！”
Mengingat ini, segera menoleh mengikuti suara langkah kaki di sebelah sana. Benar saja terlihat dua sosok bayangan hitam perlahan mendekat ke arah kami.
"Kak Zhao, tunggu di sini. Aku akan mendekat dulu untuk memeriksa." Sambil berkata demikian, aku mengeluarkan senter kuat dan menyalakannya, lalu bangkit dari tanah.
"Aku ikut denganmu." Zhao Man juga ikut berdiri, sekaligus mencabut pisau belati dari pinggangnya.
Kami berdua berjalan menuju dua sosok bayangan gelap gulita itu. Saat jarak semakin dekat, kedua sosok itu masuk ke dalam jangkauan cahaya senter kuat. Ketika kuperhatikan baik-baik, aku langsung terdiam seribu bahasa.
Karena dua manusia yin-yang yang datang itu, salah satunya adalah "Zhao Man" yang kabur sebelumnya. Di samping "Zhao Man" ini, manusia yin-yang lain yang menyertainya ternyata adalah "diriku" sendiri!!
Melihat "diriku" di seberang perlahan mendekat, terasa seperti menghadapi cermin besar...
Sialan kau terlalu licik! "Pulau Yin-Yang" ini jelas-jelas ingin memaksaku untuk menghabisi "diriku" sendiri...
Bagaimana mungkin aku mengincar diri sendiri?
